Mohon tunggu...
Putu Djuanta
Putu Djuanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keen on capital market issues, public relations, football and automotive | Putu Arya Djuanta | LinkedIn | Yatedo | Twitter @putudjuanta | https://tensairu.wordpress.com/ | https://www.carthrottle.com/user/putudjuanta/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Si Kecil Menjadi Co-Driver

1 Januari 2016   11:02 Diperbarui: 1 Januari 2016   11:57 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi berkendara, Dok. Pribadi"][/caption]Sepanjang liburan natal & tahun baru ini, saya dan putri pertama yang berusia 3,5 tahun sering pergi berdua naik mobil. Biasanya, ia duduk di kursi belakang bersama ibunya. Namun ketika kami pergi berdua, ia duduk di sebelah saya dan menjadi co-driver.

Lucunya, si kecil sudah paham mengenai konsep dasar safety driving yang diam-diam ia pelajari sendiri. "Papa, ayo pake seatbelt-nya," kata si kecil sebelum saya menyalakan mesin mobil. Dengan sedikit terkejut, saya iseng bertanya, "emang kenapa pake seatbelt?"

"Mister Maker pake seatbelt, kakak yang di Jurassic World kan juga pake," jawab si kecil dengan polosnya. "Hahaha, iya oke," tutup saya sambil tertawa dan memasang sabuk pengaman.

Begitu pula ketika sudah masuk jalan raya, tanpa sungkan ia katakan kalimat bijak, "Papa, jangan ngebut bawa mobilnya". Kalimat ini memang kadang diucapkan oleh istri saya. Ia tahu kalau suaminya punya skill pembalap, setidaknya untuk balapan di arcade game.

Ternyata anak saya paham apa yang dinamakan ngebut, dimana momentum mobil terasa lebih cepat dari kecepatan normal. "Iya nggak ngebut, thank you ya sayang," jawab saya yang dibalas dengan senyuman khas anak kecil.

Padahal angka di speedometer belum mencapai 40km/jam, tapi karena co-driver sudah bilang demikian, driver-nya harus patuh. Saya segera turunkan gigi dan mengurangi laju mobil. Keselamatan dan kenyamanan harus bisa mengalahkan ego pribadi. Inilah yang kadang terlupakan oleh pengemudi mobil.

Dalam sebuah kecelakaan, faktor yang disebabkan oleh manusia kadang lebih dominan daripada kerusakan teknis kendaraan. Ada kalanya kita lupa diri dan bertindak ceroboh ketika menyetir. Terutama ketika kondisi jalanan dan pengendara lain memancing emosi.

Pelajaran sederhana dari co-driver saya, tidak perlu usia dewasa untuk bisa membedakan mana cara menyetir yang aman dan tidak. Ketika Anda berada di dalam mobil bersama orang-orang tersayang, jadilah pendengar yang baik demi keselamatan bersama.

Salam Kompasiana, selamat tahun baru!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun