Mohon tunggu...
Putu Djuanta
Putu Djuanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keen on capital market issues, public relations, football and automotive | Putu Arya Djuanta | LinkedIn | Yatedo | Twitter @putudjuanta | https://tensairu.wordpress.com/ | https://www.carthrottle.com/user/putudjuanta/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Penurunan Indeks Saham dan Peluang Investor Lokal

26 Agustus 2015   12:28 Diperbarui: 26 Agustus 2015   12:28 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Screenshot Bloomberg | http://www.bloomberg.com/quote/JCI:IND | 24-Aug-2015"][/caption]Sewaktu liburan semester tahun 2006, saya pernah magang di salah satu perusahaan Tbk sebagai surveyor Divisi Marketing Intelligence. Saat briefing, supervisor kami menawarkan tim surveyor untuk membeli saham perusahaan tersebut di harga Rp600-an. Apakah saya tertarik? Sayangnya tidak, saat itu saya masih awam terhadap investasi di pasar modal. Berikutnya apa yang terjadi? Harga saham sempat turun drastis dan menyentuh harga Rp330 saat krisis hebat di tahun 2008. Namun siapa sangka, saham tersebut berhasil rebound dan mencapai harga tertinggi Rp3800 pada kuartal II 2013.

Seandainya saya menyisihkan gaji untuk membeli saham tersebut, bisa dibayangkan betapa senangnya ketika harga saham bisa naik 6x lipat dari harga pembelian. Penyesalan memang selalu datang belakangan, gaji magang saya sudah terlanjur habis sebelum diinvestasikan. Terdapat masalah klasik dimana ketidaktahuan tentang pasar modal menyebabkan investor lokal jadi enggan berinvestasi. Di Indonesia, investasi lebih identik dengan pembelian property ataupun emas yang dianggap relatif stabil dan minim risiko. Tidak mengherankan, pasar saham dan obligasi didominasi oleh pemodal asing.

Senin kemarin, IHSG sempat bikin investor cemas karena turun 5% ke level 4100-an. Beberapa hari terakhir, media memang cukup ramai membahas kenaikan harga Dollar dan penurunan IHSG. Secara kasat mata, turunnya IHSG merupakan salah satu imbas dari pemotongan nilai mata uang yang dilakukan China dan Vietnam. Di samping itu, kenaikan Dollar yang melewati Rp.14.000,- juga dianggap berperan signifikan sebagai faktor penghambat kinerja emiten. Secara persentase, penurunan IHSG sudah mencapai lebih dari minus 20% dari rekor tertinggi-nya pada tanggal 7 April 2015.

Bagaimana menyikapi penurunan tersebut? Bagi para investor, trend bearish memang bisa menjadi mimpi buruk karena merusak “pemandangan” portfolio. Seorang teman, kebetulan nasabah online trading, cerita ke saya betapa sebelnya melihat deretan warna merah setelah login ke aplikasi trading. Tentu hal ini lumrah karena profit merupakan target setiap investor. Namun sebaliknya, investor yang paham value investing justru bisa berburu saham-saham bagus yang sedang terkoreksi. Terkait hal ini, kita perlu mengenal istilah “jangan menangkap pisau jatuh” agar berhati-hati saat market sedang fluktuatif.

Kenapa saham layak jadi pilihan investasi? Sejarah menunjukan bahwa investasi saham bisa memberikan return yang tinggi sekaligus menjadi perlindungan terhadap inflasi. Secara umum, saham adalah representasi dari kinerja perusahaan. Perusahaan sendiri dipengaruhi oleh bidang usaha atau sektor industrinya. Artinya apa? Calon investor bisa melirik saham dari sektor industri yang prospeknya menjanjikan. Namun sebelum jauh membahas saham, kita perlu pahami dulu risiko-risikonya. Sebagaimana diketahui, risiko bukanlah suatu hal yang harus dihindari. Sebaliknya, risiko bisa dimitigasi dengan cara:

  • Melakukan analisis fundamental perusahaan melalui laporan keuangan terbaru
  • Melakukan due diligence terhadap pemegang saham perusahaan (shareholders) dan afiliasinya (jika ada)
  • Melakukan due diligence terhadap direksi dan komisaris perusahaan
  • Memperhatikan perbandingan kinerja perusahaan dengan kompetitor pada industri sejenis
  • Memperhatikan rekam jejak dan histori Good Corporate Governance (GCG) perusahaan dalam mematuhi peraturan dan perundang-undangan pasar modal
  • Meningkatkan kewaspadaan terhadap rumor dan potensi pembentukan harga saham oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, terutama saham dengan harga nominal kecil
  • Mengikuti perkembangan sentimen ekonomi terkini yang berperan dalam menentukan trend indeks saham, baik di dalam maupun luar negeri

Mengacu pada beberapa poin di atas, saya rasa tidak ada salahnya repot sedikit di awal supaya bisa terhindar potensi kerugian. Tips lain yang bisa dipertimbangkan oleh calon investor adalah dengan cara melihat Analyst Consensus. Sejauh yang saya cermati beberapa tahun terakhir, Analyst Consensus bisa digunakan sebagai ‘rambu-rambu’ buat para pelaku pasar. Tampilan seperti di bawah ini merupakan konsolidasi dari pandangan beberapa analis, yang idealnya berpedoman pada penyajian laporan riset yang independen, objektif dan tidak menyesatkan.

[caption caption="Screenshot Reuters | http://www.reuters.com/finance/stocks/overview?symbol=ASII.JK | 26-Aug-2015"]

[/caption]

Pada akhirnya, setiap keputusan investasi haruslah dipikirkan secara matang. Saran saya, jangan membeli saham karena faktor ikut-ikutan. Buat yang berniat investasi jangka panjang, tidak perlu tergesa-gesa untuk melakukan cut loss saat portfolio saham sedang merugi. Semakin baik fundamental suatu perusahaan, semakin positif pula pemulihan harga sahamnya. Yang perlu diperhatikan juga, usahakan agar tidak memulai investasi dari hasil pinjaman (hutang) ataupun uang yang bisa mengganggu cashflow. Sudah saatnya kita menjadi tuan rumah pasar modal dan investor di negeri sendiri.

Salam Kompasiana.

Sumber gambar [1] Bloomberg [2] Reuters

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun