Pertandingan kemarin seperti menjadi de javu dari keberhasilan 2 klub idola saya di luar negeri. Tahun 2010, Inter Milan berhasil juara liga Champions sekaligus menorehkan treble winners pertama di Italia. Saat itu Inter menang secara meyakinkan dengan skor 2-0 lawan Bayern Muenchen.
Dua tahun berselang, giliran Chelsea dari Inggris yang membawa piala tersebut ke Stamford Bridge untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sehingga, Jumat kemarin, saya berpendapat bahwa inilah saatnya klub lokal idola saya – Persib Bandung – jadi juara.
Di awal pertandingan, Persipura benar-benar menguasai lini tengah setelah unggul 1-0, seluruh pemain Persib seakan tertahan di zona lapangannya sendiri. Hal ini bikin saya frustasi. Namun pemecah kebuntuan akhirnya muncul di penghujung babak pertama, free kick Firman Utina berhasil membuat kemelut dan berbuah gol penyeimbang.
Ferdinand Sinaga, yang terpilih sebagai pemain terbaik Indonesia Super League (ISL) 2014, memiliki kontribusi pada gol tersebut. Sebelum tercipta gol bunuh diri, ia sempat melakukan salto yang bolanya ditinju kiper dan memantul masuk ke gawang. Gol tersebut benar-benar mengubah pertandingan, terlebih setelah kartu kuning ke-2 Bio Paulin yang membuat Persipura bertanding dengan 10 pemain.
Ada kejadian menarik yang hadir di menit 74, suara bobotoh begitu menggema di layar kaca. Mereka meneriakkan nama Konate dengan lantang. Berkat dukungan tersebut, Konate yang awalnya terbaring di lapangan langsung kembali semangat untuk bertanding. Harus diakui, that’s what fans are for.
Senyum lega muncul ketika Persib bisa unggul 2-1 lewat gol M. Ridwan yang baru pulang dari ibadah haji. Namun begitu skor menjadi 2-2 berkat gol Boaz di menit 79, saya jadi ikut cemas seperti yang dialami Djadjang Nurjaman, pelatih Persib yang terlihat membaringkan diri begitu melihat jaring gawang Made Wirawan bergetar.
Ternyata Persipura memang punya mental juara, jumlah pemain yang lebih sedikit bukan menjadi penghalang untuk tetap menyerang. Persipura bahkan sering mengancam zona pertahanan Persib lewat serangat kilat yang dimotori pemain pengganti Pahabol.
Di masa adu penalti, Made Wirawan akhirnya menjadi pahlawan bagi klub. Ia berhasil membaca arah dan menangkis tendangan Alom sebagai penendang ke-4 dari Persipura. Saat itu saya yakin, banyak doa juga yang mengiringi Achmad Jufriyanto sebagai penendang ke-5 Persib, yang menjadi penentu kemenangan.
Setelah menunggu 19 tahun, akhirnya Persib juara lagi. Kecintaan saya pada klub ini memang sejak dulu. Bandung adalah kota kelahiran saya. Dari puluhan klub yang berlaga di ISL, hanya jersey Persib yang saya beli. Sekalipun tinggal dan besar di Jakarta, Persib selalu di hati dan tidak akan terganti.
Thanks Persib, kalian hebat dan layak juara!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H