(KSG09) Teknologi hari ini semakin memudahkan manusia untuk memperoleh informasi. Apapun yang kita butuhkan terkait informasi dan pengetahuan dapat diakses dengan mudah melalui platform digital (internet). Dengan kecepatan yang luar biasa, kita mampu mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan. Oleh karenanya, di era perkambangan digital ini, kita perlu beradaptasi serta menyesuaikan diri agar menjadi pribadi yang melek teknologi.Â
Realita yang terjadi dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama perkembangan platform media sosial menimbulkan kekhawatiran bagi kantor-kantor berita diberbagai belahan dunia. Kantor-kantor berita yang semula menjadi pusat penyebaran informasi dan pusat dari berbagai produk media harus memutar otak dan kembali menyesuaikan diri agar mampu bertahan di era disrupsi. Lalu, bagaimana mereka bisa bertahan sampai hari ini dan seberapa besar pengaruh media sosial terhadap keberlangsungan kantor berita tersebut?
"Kita semua terus diingatkan bahwa industri media tengah berubah, bahwa selera masyarakat kepada media berubah, sementara teknologi baru terus berkembang dan mengusik model-model bisnis kita", begitulah ungkapan Garry Pruitt selaku CEO Associated Press (AP) dalam Kongres Dunia Kantor Berita di Riyadh, Arab Saudi pada Tahun 2013 silam (antaranews.com).Â
Pruitt selaku petinggi dalam bisnis kantor berita menganggap bahwa era ini merupakan "tantangan yang harus dihadapi" oleh kantor berita jika ingin tetap bertahan. Terkait dengan bagaimana kantor berita mampu bertahan, adalah tentang bagaimana pemilik media memiliki kesadaran (awareness) akan pentingnya "digitalisasi" dalam proses dan distribusi produk media.Â
Digitalisasi ini mencakup pengetahuan baru tentang penetrasi internet, dapur newsroom yang saling terhubungan satu dengan lainnya, pemanfaatan platform digital sebagai sumber berita, atau yang lazim disebut sebagai User-Generated Content (UGC), dan pemanfaatan media sosial untuk distribusi berita. Kesadaran ini akan membuat para pekerja media di kantor berita beradaptasi serta mengubah "cara bermain", dan pada akhirnya mampu memanfaatkan peluang dari perubahan yang ada.
Dengan tantangan yang dihadapi, AP yang dipimpin Pruitt melakukan riset dan menyimpulkan bahwa hari ini video merupakan platform yang dapat menjangkau audiens yang lebih luas. Ia mencoba memfokuskan sumber daya yang ada untuk melakukan digitalisasi serta memproduksi video dan geografi-geografi atraktif di Asia, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
Kantor berita yang tidak beradaptasi dengan teknologi cepat atau lambat akan merasakan dampaknya. Hal inilah yang dialami oleh Australian Associated Press (AAP). "Dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya dari platform digital yang mengambil konten orang lain dan mendistribusikannya secara gratis telah menyebabkan perusahaan memilih untuk tidak lagi menggunakan layanan profesional AAP," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan (satuharapan.com).Â
"Kami telah mencapai titik di mana tidak lagi layak untuk melanjutkan." AAP yang telah beroperasi selama 85 Tahun harus berhenti beroperasi pada 26 Juni 2020 karena penurunan jumpah pelanggan dan konten-konten gratis pada platform digital. AAP yang mengandalkan cara-cara konvensional harus menerima kenyataan pahit bahwa industri media telah berubah dan mereka masih tetap kokoh pada pendiriannya dengan cara-cara lama yang pada akhirnya tidak dapat membuat mereka bertahan.
Sementara itu, tentang seberapa besar pengaruh media sosial terhadap keberlangsungan kantor berita, dapat dilihat dari seberapa besar keseriusan mereka dalam memanfaatkan platform media sosial. Kantor-kantor berita seperti AFP, Reuters, Bloomberg telah menjadikan media sosial mereka sebagai "etalase" digital.Â
Etalase ini berfungsi untuk memikat para audiens dengan berbagai sajian konten-konten yang menarik dan banyak disukai oleh audiens. serta berita-berita yang berpotensi untuk viral. Kantor berita besar pasti memiliki strategi terkait pengelolaan media sosial masing-masing, hal ini berkaitan dengan karakter dan identitas mereka yang akan berpengaruh terhadap bagaimana mereka memproduksi dan mengemas berita agar dapat tersebar luas, serta mampu mempengaruhi publik.