Mohon tunggu...
Puput Sekar Kustanti
Puput Sekar Kustanti Mohon Tunggu... lainnya -

pengarang, suka naik gunung, dan terus ingin berbagi rasa melalui goresan tinta. silakan berkunjung juga ke www.puputsekar.blogspot.com. twitter @puput_erdkunde

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesta Demokrasi Usai, Mari Lanjutkan Perdebatan

10 April 2014   21:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jadi begini, siang ini saya super ngantuk, karena kerjaan yang bikin sakit mata tak kunjung selesai, lalu saya memutuskan break untuk membuat tulisan ini. Well, cuma sebentar...sebentar saja, dan jika tulisan ini tidak mengenakkan mohon tidak sampai kebakaran jenggot, eeh,...maaf, maksudnya tidak sampai panas kepala, hati, atau panas yang lain, mendingan makan soto atau apalah yang panas-panas hehe..Jadi begini, pesta demokrasi baru usai, pastinya akan dilanjut untuk demokrasi dalam memilih yang lain. Semua media ramai membahas partai andalan masing-masing. Pembahasan juga bukan usai pesta demokrasi, tapi sebelumnya juga dibahas-bahas. Kampanye via media apapun yang dimiliki, sampai media sosial juga ikut ramai.

Fine, sah-sah saja sih, mengkampanyekan partai andalan masing-masing. Sah-sah saja jualan kecap, mana ada kecap no 2 pasti semua mengakui kecap no 1. Tapi lagi-lagi dari awal saya perhatikan, urusan kampanye-mengkampanyekan partai andalan, malah jadi terjerembab pada hal-hal yang bersifat menjatuhkan. Parahnya lagi, siapa menjatuhkan siapa? yang didukung siapa yang "perang urat syaraf" di media siapa.

Dengan alih-alih diskusi, buka wawasan, tukar pikiran, tapi tetap saja judulnya debat kusir. Nah, nah, nah... lalu saya bertanya (ga usah jawab-saya enggak mau dijawab)  :D yup, saya bertanya, apa fungsi pertemanan di media sosial jika masih diwarnai perang urat syaraf? yang satu mengatasnamakan figur, demokrasi, ada juga yang mengatasnamakan agama. Ehm, sebab kalau agama yang saya anut, ada "warning" untuk menghindar dari perdebatan yang tidak perlu, apalagi sampai saling menjatuhkan, kecuali jika agama yang jelas-jelas dihinakan, maka wajib kita membela. Lantas kalau masalah pesta demokrasi yang kita juga tak merasakan dampak postif yang terlalu serius??

So,so,so, sebagai warga negara yang tertera di pelajaran PPKN, saya tetap menggunakan hak pilih saya. Tidak apatis, tidak juga berlebihan, cukup hanya sampai tataran ikut merayakan, tanpa ikut-ikutan yang lainnya. Tapi sepertinya sekarang saya malah yang sok ikut-ikutan nyempulung-geregetan dalam mengomentari perilaku-perilaku yang saya sebut diatas nih? Ah, tak usah tersinggung atau marah, anggap saja tulisan ini hanya sekedar racauan belaka ...

Semangat siang sahabat ^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun