Muda, sukses dan berpengaruh. Itulah ciri yang melekat pada sosok Irman Gusman, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2014 - 2019. Pria kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, pada 11 Februari 1962 tersebut memiliki rekam jejak yang sarat kisah sukses.
Dari segi pendidikan, ia berhasil menyandang gelar MBA dari salah satu universitas di Amerika. Sedangkan dari sisi organisasi, Irman Gusman banyak terlibat sebagai 'aktivis' dan pimpinan di berbagai organisasi, mulai Muhammadiyah, HMI, HIPMI hingga ICMI. Sementara dari dunia bisnis, ia juga sukses memimpin sejumlah perusahaan.
Sebelum 'terjun' ke dunia politik, Irman Gusman merupakan seorang pebisnis murni yang mendasarkan perjalanan dan pengelolaan usahanya pada etika agama, atau nilai-nilai Islami sesuai agama yang dianutnya. Di antara perusahaan yang sukses dikelolanya itu adalah industri pengolahan kayu terpadu berorientasi ekspor di Sumbar, perkebunan kopi, dan pemimpin sejumlah media massa.
Dalam dunia politik, Irman Gusman merintis karirnya sebagai anggota Fraksi Utusan Daerah (FUD) MPR pada 1999. Ketika FUD dibubarkan akibat perubahan konfigurasi politik dan sistem ketatanegaraan sebagai imbas tuntutan reformasi, Irman Gusman tampil sebagai salah satu tokoh sentral yang membidani lahirnya Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
Tatkala mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI, ia mendapatkan suara dukungan yang meyakinkan  dari daerah pemilihannya di Sumbar. Dengan modal itu, ia kemudian maju di bursa pemilihan Ketua DPD RI. Irman Gusman juga sebagai inisator terbentuknya Kaukus Sumatra yang punya tujuan sebagai wahana membangun soliditas dan sinergi di antara mereka untuk memperjuangkan aspirasi bersama.
Salah satu aspirasi yang mencuat dari deklarasi yang ditandatangani segenap anggota DPD RI dari 10 provinsi yang ada di  Sumatera itu adalah bertekad mengusung wakil-wakil terbaik dari Sumatera untuk menduduki tampuk kepemimpinan, baik di DPD maupun MPR.
Senator asal Sumbar ini akhirnya terpilih sebagai Ketua DPD periode 2009-2014 setelah menyisihkan saingannya, anggota DPD asal Sultra, Laode Ida dalam pemungutan suara tahap tiga untuk memilih pimpinan lembaga. Irman Gusman berhasil meraih suara meyakinkan 81 suara dan Laode Ida mendapat 46 suara.
Pada pemungutan suara tahap terakhir itu, anggota DPD asal Yogyakarta GKR Hemas menyatakan mundur dari persaingan untuk posisi Ketua DPD sehingga akhirnya hanya tersisa Irman Gusman dan Laode Ida saja yang bertarung. Namun demikian, dalam komposisi kepemimpinan DPD periode 2009-2014, GKR Hemas tetap menjadi Wakil Ketua DPD bersama Laode Ida mendampingi Irman Gusman yang terpilih melalui voting sebagai Ketua DPD.
Sepanjang kepemimpinannya, Irman Gusman berhasil melakukan sejumlah terobosan untuk meningkatkan kewenangan DPD RI yang secara konstitusional masih lemah.
"DPD RI yang dipimpin Irman, pada periode 2009-2014, terbukti semakin diperhitungkan keberadaannya yang berupaya sejajar dengan DPR RI dan Presiden," menurut Saldi, Pakar hukum tata negara Universitas Andalas, Saldi Isra.
Menurut Saldi, di tengah keterbatasan kewenangan DPD RI, kepemimpinan Irman Gusman sudah efektif dan perannya cukup menonjol dalam dunia politik nasional.
"Peran DPD RI di bawah kepemimpinan Pak Irman, beberapa gagasannya telah menjadi inspirasi Presiden SBY," ujarnya.