Kurikulum merupakan bagian penting dalam pendidikan. Di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Mulai tahun pelajaran 2022/2023 pendidikan di Indonesia menerapkan Kurikulum Merdeka secara bertahap. Kurikulum Merdeka mengembangkan Profil Pelajar Pancasila. Menurut Kemdikbud Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dengan enam elemen: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Profil Pelajar Pancasila telah diterapkan di berbagai sekolah salah satunya di SD Muhammadiyah Kadisoka Yogyakarta. Penerapan Profil Pelajar Pancasila dapat dilaksanakan dalam bentuk budaya sekolah. SD Muhammadiyah Kadisoka memiliki budaya 6S yang berarti Senyum, Salam, Sapa, Salim, Sopan, Santun. Sekolah membuat slogan dan poster budaya 6S yang dipajang di sudut-sudut sekolah dan di berbagai kelas. Budaya ini dilaksanakan oleh semua warga sekolah baik kepala sekolah, guru, peserta didik, dan karyawan. Sekolah membuat program jadwal piket guru untuk menyambut peserta didik yang datang. Guru piket harus datang lebih awal pada pukul 06.15 WIB. Kepala sekolah dan guru berdiri di halaman sekolah untuk menyambut peserta didik. Hal ini bermaksud untuk menumbuhkan kedisiplinan peserta didik dan guru. Guru menyambut peserta didik dengan senyum, salam, salim, menanyakan kabar dan memberikan semangat. Kegiatan ini juga bermanfaat untuk meningkatkan komunikasi dan sosialisasi antar guru, peserta didik, dan wali murid. Pukul 06.40 WIB bel berbunyi semua peserta didik dan guru masuk ke kelas masing-masing. Sebelum masuk pada materi pembelajaran peserta didik didampingi guru berdoa dan tahfidz maupun setoran hafalan.
Budaya 6S juga diterapkan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru menjadi teladan dalam penerapan budaya tersebut. Dalam pembelajaran guru membangun interaksi yang baik dengan peserta didik. Selama kegiatan pembelajaran guru membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Upaya membangun rasa aman, nyaman, dan menyenangkan dalam suatu lingkungan dibutuhkan kesinambungan antara semua unsur dalam pendidikan dan pembelajaran untuk menciptakan interaksi yang baik. Salah satu inti dari interaksi yang baik adalah dengan adanya pembiasaan senyum, salam, sapa, salim, sopan, dan santun.
Dengan menerapkan budaya 6S suasana di lingkungan sekolah menjadi hangat dan damai. Terjalin keakraban antara peserta didik dengan semua warga sekolah. Antar individu saling memiliki sikap peduli satu dengan yang lainnya tanpa memandang latar belakang. Budaya 6S yang berkelanjutan menumbuhkan karakter positif peserta didik sesuai dengan elemen Profil Pelajar Pancasila yaitu berakhlak mulia. Nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui budaya 6S antara lain nilai toleransi, nilai peduli sosial dan nilai cinta damai. Pembiasaan budaya 6S akan sangat berguna sebagai bekal peserta didik di masa mendatang.
Budaya 6S ini harus tetap dikembangkan dan dilaksanakan berkelanjutan. Pembiasaan budaya 6S ini bukan hanya dilakukan di sekolah saja melainkan di rumah dan di lingkungan masyarakat pada umumnya. Orangtua dan keluarga berperan utama dalam pengembangan budaya 6S di rumah. Pembiasaan baik dari rumah tersebut akan berdampak pada perilaku anak di sekolah dan di masyarakat. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak di luar sekolah dalam mewujudkan peserta didik yang memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H