Mohon tunggu...
PUTRIYANA ASMARANI
PUTRIYANA ASMARANI Mohon Tunggu... Editor - Bookstagrammer

Lahir di Mojokerto. Esai, resensi, puisi, dan cerpennya terbit di media lokal dan internasional; Jawa Pos, The Suryakanta, TelusuRI, The Jakarta Post, Cassandra Voices, Indian Periodical, dst.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bagaimana Jepang Melindungi Sinyo

22 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 22 Juni 2024   20:26 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            “Apakah Nyonya bisa memastikan situasi aman besok atau di kemudian hari? Nyonya tahu berapa banyak pribumi yang menginginkan Nyonya dan Sinyo mati?”

            Tante Alice menyisih, ia bangkit ditolong Tegar dan salah satu prajurit. Semua perabot diangkut tapi tidak untuk keperluan Tante Alice dan Tegar, keduanya hanya berbekal beberapa lembar pakaian. Segala yang berharga diserahkan pada mereka yang berkuasa atas perlindungan. Jeroen tak melakukan hal lain kecuali mencontoh Tante Alice yang membungkuk pasrah, sendika ratu pada kaum yang membuka jalan bagi mereka untuk menelanjangi Hindia Belanda.

***

            Mereka tak bohong soal Little Laan Wychert, di sudut jalan teronggok Kamp Kramat, puluhan perempuan Belanda beserta anak-anak mereka sudah bergerayangan di tempat itu entah sejak kapan. Berbeda dengan kamp lain yang memiliki pagar tinggi, berkawat duri, dan menara pengawasan, Kamp Keramat merupa hunian lenggang tak berpagar, bisakah tempat ini, sebagaimana mereka bilang, memberi perlindungan?

Di siang bolong pencuri pribumi mengendap-endap di halaman belakang, mencuri kutang, pakaian, dan gaun yang dibentangkan di jemuran. Ini membuat ibu-ibu gusar, mereka minta dibikinkan pagar tapi Komandan Isigawa berkata, “Kalau mau kalian bikin pagar sendiri.”

            “Jeroen,” Tante Alice mendongeng setelah menghadap Komandan Isigawa, ini bukan kali pertama, “aku sudah kehabisan legenda, tapi yang satu ini kau tak bakal menemukannya di seluruh mitologi Eropa; seorang pangeran putra pembesar Belanda dipenjara di tanah kelahirannya, di sana pangeran itu sendiri yang bikin dapur dan toilet bersama, menegakkan tiang jemuran, dan memagari dirinya sendiri sehingga tidak ada yang bisa menyelamatkannya.

            “Sang pangeran, ia seorang tawanan, seorang interniran, Jeroen. Tapi ia diizinkan keluar dari tahanan sebulan sekali untuk beli kebutuhan dapur. Ia boleh pergi ke mana pun asal harus mengalungkan kartu tanda tawanan di lehernya. Ia bahkan bisa berhenti sebentar di tukang foto untuk mengenang penampilannya yang masih belia. Ia bisa pergi ke mana saja, Jeroen, tapi di sore hari ia kembali ke penjaranya, seperti ayam ternak yang dibiarkan bebas tapi saat senja menjelang mereka berbondong-bondong kembali ke kandang.”

            Selama berbulan-bulan Jeroen mendengar dongeng yang sama, hingga tak terasa Kamp Kramat sudah penuh dan ia bersama Tante Alice dimuntahkan ke Kamp Cideng. Di Kamp Cideng Jeroen juga membantu menegakkan tiang jemuran dan membangun pagar, tidak ada yang berbeda, baik di Kramat maupun Cideng, hanya saja Tante Alice mulai sering diam dan Jeroen, sejak kecil, tak banyak bicara kecuali hanya untuk bertanya.

            “Tante, apakah papa tahu di mana aku berada? Mengapa aku tak pernah mendengar kabar darinya?”

            “Apa maksudmu, Pangeran?” Tante Alice tertawa-tawa, Jeroen tahu dengan siapa ia bicara, Tante Alice, tentu saja. Ia Tante Alice tapi bukan Tante Alice, Tante Alice selalu rapi dan meminyaki rambutnya, Tante Alice selalu wangi, selalu―, “Tentu saja baginda raja akan menyelamatkan putranya, tapi kau lihat itu?” Tante Alice menunjuk-nunjuk angkasa. Jeroen ingin kabur tapi Tante Alice mencengkeram lengannya. “Baginda raja tidak bisa berbuat apa-apa, dari dulu ia cuma memasang muka duka di antara awan yang berarakan di atas sana.”

Tentang Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun