Mohon tunggu...
PUTRI ISWINARTI
PUTRI ISWINARTI Mohon Tunggu... Guru - Tulisanku adalah lintasan sejarahku

Seorang guru yang senang menulis cerita anak dan penikmat puisi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

24 Februari 2024   22:39 Diperbarui: 24 Februari 2024   23:01 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan 'Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya' dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Pemimpin pembelajaran dalam suatu sekolah adalah pemimpin yang mampu menemukenali aset-aset yang ada di sekelilingnya. Aset-aset yang dimiliki oleh sekolah harus dapat dikelola secara baik agar dapat dikembangkan, dimanfaatkan menjadi sebuah  kekuatan dalam pengelolaan pembelajaran yang berkesinambungan. Sumber daya yang ada di sekitar lingkungan sekolah dapat berupa sumber daya biotik ( unsur yang hidup) dan sumber daya abiotik ( unsur yang tidak hidup). Unsur biotik seperti kepala sekolah, guru, murid, tenaga kependidikan, anggota masyarakat. Sedangkan unsur abiotik seperti sarana prasarana, keuangan, dan lingkungan alam.  Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya.

Selanjutnya, seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memetakan sumber daya tersebut ke dalam tujuh (7) jenis modal utama dalam pemetaan aset yang dimiliki. Dalam pelaksanaannya, tujuh (7) jenis modal ini akan saling beririsan satu sama lain. Ketujuh modal  tersebut adalah:

  • Modal manusia
  • Modal fisik
  • Modal lingkungan
  • Modal politik
  • Modal agama/budaya
  • Modal sosial
  • Modal finansial

Setelah memahami tujuh (7) Modal utama Seorang pemimpin pembelajaran harus menerapkan pemikiran yang berbasis asset atau asset based thinking. Asset based thinking  adalah suatu proses mengenal  aset yang kita miliki menjadi suatu kekuatan. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada hal yang berjalan dengan baik,  inspirasi yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Asset based thinking ini menjadi dasar Pengembangan Komunitas Berbasis Aset. Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. 

Modal manusia

Modal fisik

Modal politik

Modal agama/budaya

Modal lingkungan

Modal sosial

Modal finansial

Guru yang inovatif, kreatif, berwawasan luas, memiliki mindset terbuka akan menghasilkan murid yang berkarakter positif, kreatif, mandiri, serta berwawasan masa depan.

Sarana prasarana yang memadai  akan menunjang pendidikan dan pengajaran di sekolah berjalan dengan maksimal.

Keputusan-keputusan yang dibuat harus mampu mengakomodir kebutuhan seluruh warga sekolah.

Kegiatan pembiasan agama dan budaya, seperti kerohanian, Profil Pelajar Pancasila. Kegiatan tersebut diharapkan juga mampu berkontribusi menciptakan karakter siswa yang unggul.

Lingkungan yang aman, nyaman, bersih sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Relasai baik dengan berbagai pihak, masyarakat, orang tua sehingga akan membantu jalannya pendidikan di sekolah.

BOS/BOP, donatur, dan dari anggota masayarakat yang peduli dengan perjalanan pendidikan di sekolah.

Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Modul 1.1

Seorang guru penggerak juga seorang pemimpin pembelajaran. Dirinya adalah aset utama dalam menggerakkan pendidikan dan pengajaran. Tentunya harus memahami asas utama pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu pendidikan dan pengajaran. Pendidikan adalah tempat persemaian budaya. Guru adalah seorang petani yang bertugas untuk menyemai bibit-bibit perubahan dengan tetap berakar pada budaya yang ada.  Pengajaran merupakan proses oemberian ilmu yang berfaedah hidup anak secara lahir batin. Guru ahrus menuntun tumbuh kembang murid dengan kekuatan kodrat yang dimilkinya. Guru harus menebalkan potensi agar siswa menemuka kemerdekaannya dalam belajar.  Pendidikan juga merupakan ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat terus diwariskan. Pewarisan nilai-nilai ini merupakan upaya memanusiakan manusia. Semua proses tersebut merupakan sebuah upaya agar murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan etinggi-tingginya.

Modul 1.2

Seorang guru adalah penggerak dalam lingkungan di sekitar tempatnya bertumbuh. Dalam menjalankan tugasnya, seorang guru harus memahami dan menjalankan 5 nilai-nilai guru penggerak. K kelima nilai itu adalah : (1) berpihak pada murid, (2) reflektif, (3) mandiri, (4) kolaboratif, serta (5) inovatif.  Selain itu, seorang guru juga harus memahami dan menjalankan peran bagi sekelilingnya yaitu  1).  pemimpin pembelajaran, 2)  coach bagi guru lain,  3) pendorong kolaborasi,  4) mewujudkan kepemimpinan murid, dan 5) menggerakkan komunitas praktisi. Jika nilai-nilai dan peran guru penggerak ini dilaksanakan secara optimal, maka guru penggerak akan mampu menemukan, memetakan, serta mendorong aset yang ada sehingga tercipta murid yang berkarakter baik dan unggul.  

Modul 1.3

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengembangkan visi pembelajarannya melalui Inkuiri Apresiatif melalui konsep ATAP dan BAGJA. Kedua konsep ini juga dapat dilakukan untuk memetakan aset yang dimiliki oleh sekolah. Inkuiri Apresiatif (IA) adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif untuk menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan (Cooperrider & Whitney, 2005)

Modul 1.4

Budaya positif harus dapat dikembangkan di sekolah untuk memastikan aset biotik seperti murid, guru, dan yang lainnya dapat berkembang secara baik. Budaya positif ( disiplin positif, nilai-nilai kebajikan, keyakinan kelas, lima posisi kontrol, dan segitiga restitusi) akan memperkuat karakter murid. Dengan demikian, di masa depan, murid akan memiliki karakter positif yang akan berguna bagi hidupnya.

Modul 2.1

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Dapat juga dikatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pembelajaran dengan mengutamakan potensi serta karakter yang dimiliki oleh setiap murid dengan mengakomodasi kesiapan belajar, profil belajar, dan minat yang berbeda-beda. Tentunya hal ini menjadi suatu tantangan agar guru dapat menciptakan situasi yang kondusif dalam belajar, bukan? Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus memetakan aset yang dimiliki oleh setiap murid dan menjadi dasar dalam pembelajaran berdiferensiasi.

Modul 2.2

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus melaksanakan pembelajaran sosial emosional agar dapat memahami, menghayati, dan mengelola emosi ( mindfullness), menetapkan dan mencapai tujuan positif ( pengelolaan diri), merasakan dan meunjukkan empati kepada orang lain ( kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif ( keterampilan berelasi), membuat keputusan yang bertanggung jawab.  

Modul 2.3

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melakukan coaching kepada teman sejawat. Coaching dapat membantu para para guru dalam proses supervisi untuk menentukan tujuan dari proses pembelajaran di kelas. Coach dapat membantu coachee untuk mengembangkan tujuan pembelajaran dan potensi yang dimilikinya.

Modul 3.1

Salah satu tugas guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Pengambilan keputusan diharapkan dapat diterima oleh seluruh elemen yang terlibat di dalamnya. Proses pengambilan keputusan harus menggunakan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan, serta 9 langkah pengambilan keputusan.

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mempelajari modul ini, lebih sering mengambil keputusan berbasis masalah. Hanya mencoba untuk menyelesaikan masalah tanpa melihat lebih luas lagi aset atau hal positif apa yang dapat ditemukan dalam permasalahan tesebut. Setelah mempelajari modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, pengetahuan saya tentang pengelolaan aset atau sumber daya semakin terbuka. Segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan sekolah adalah aset berharga yang dapat membantu mengembangkan pembelajaran berjalan dengan maksimal. Aset-aset tersebut perlu dikelola secara maksimal dan berkesinambungan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan berbasis aset harus terus dikembangkan di lingkungan sekolah saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun