Pada Senin, 16 Desember 2024, Seorang Mahasiswa Pendidikan Masyarakat Universitas Negeri Jakarta Bernama Putri Ws, membuat kampanye digital bertajuk "Indonesia Darting" (Darurat Stunting) melalui aplikasi Campaign #ForTheBetterWorld. Acara ini tidak hanya mengenai kampanye seolah sedang berorasi berteriak meminta keadilan, tetapi acara ini adalah sebuah screening film berjudul "Indonesia's Silent Emergency: Stunting in Rural Populations". Acara ini dihadiri oleh beberapa narasumber berpengalaman seperti Dr. Elsa Fitri Ana, S.Keb, dari Program Studi Pendidikan Masyarakat, perwakilan dari Generasi Bebas Stunting (GBS) kak Amrita dan kak Najmi, dan tim dari aplikasi Campaign #ForTheBetterWorld sebagai wadah bertemunya penulis dengan para narasumber dan ide kampanye ini. Kegiatan ini menggabungkan berbagai perspektif untuk membahas isu stunting secara kolaboratif.Â
Screening film dengan teknik dokumenter menjadi awal penyampaian isu kepada para audience untuk masuk kedalam pembahasan ini lebih dalam lagi. Penulis bekerja sama dengan tim Futurizzteam yang menaungi terbentuknya ide ini, bersama dengan Campaign juga hadir dengan mendukung penuh, melalui aplikasi Campaign dan kegiatan ini menjadi salah satu kolaborasi antara mahasiswa Pendidikan Masayarakat untuk bisa membuat acara edukatif ini lebih banyak menjangkau anak muda untuk peduli pada isu stunting ini. Penulis menjadi pihak untuk jembatan antara narasumber dan kegiatan yang dilaksanakan ini supaya bisa mendapatkan tempat yang layak serta audience yang bisa untuk diajak berdiskusi demi membahas lebih dalam lagi.
Salah satu audience bertanya "Apakah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) cukup efektif dalam mencegah stunting?" Jawaban dari kak Amrita, Kak Najmi dan Bu Elsa dapat disimpulkan bahwa PMT ada beberapa jenis dan fungsi seperti PTM Pemulihan yang diberikan kepada balita yang mengalami gizi buruk, balita ini akan diberikan PMT dalam satu kali dalam sehari selama 90 har berturut-turut atau tiga bulan. Sedangkan PMT penyuuhan diberikan kepada balita oleh para kader posyandu untuk memberikan kudapan yang baik dengan gizi yang seimbang untuk balita.
Kak Amrita dan Kak Najmi mempunyai harapan pada generasi muda untuk menjadi kader-kader muda yang bisa turut serta menjadi garda terdepan untuk menjadi kader yang peduli pada isu stunting ini dengan ikut bergabung ke GBS salah satu caranya. Hal ini penulis setuju karena anak muda yang sudah mengetahui lebih gamblang menjadi ujung tombak yang runcing untuk berperang melawan stunting di Indonesia. Hal yang perlu dipersiapkan adalah pelatihan kader-kader muda yang kompeten agar ketika kader muda ini turun ke masyarakat maka akan menjadi kader yang mumpuni untuk menyampaikan pengetahuan stunting ini ke masyrakat luas.
Penulis adalah salah satu pendiri serta anggota dari Futurizzteam yang bergerak untuk menjadi salah satu student group yang terpilih dan menjalankan kampanye Cegah Stunting dari Campaign#ForTheBetterWorld. Penulis menyadari bahwa dengan bekerja sama dengan berbagai banyak pihak mulai dari MC dari Stundent Ambasador FIP, Moderator dari Duta Genre Jakarta, dan Bu Elsa dari dosen Pendidikan Masyarakat maka terbentuklah kerja sama yang indah dan komplit untuk melancarkan acara screening film ini.Â
Kegiatan ini selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Melalui sinergi antara akademisi, organisasi sosial seperti GBS, dan inovasi teknologi dari aplikasi Campaign, acara ini menunjukkan pentingnya kemitraan lintas sektor dalam menyelesaikan masalah global seperti stunting. Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan dampak berkelanjutan dalam mewujudkan Indonesia yang bebas stunting dan lebih sehat, sekaligus menjadi contoh konkret upaya pencapaian SDGs melalui kolaborasi yang inklusif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H