Mohon tunggu...
SUARNI SAPUTRI
SUARNI SAPUTRI Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Di Universitas Fajar Makassar,Bekerja di PT.Lion Group Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perbedaan Budaya Bukanlah Hambatan dalam Komunikasi

26 Maret 2016   10:03 Diperbarui: 26 Maret 2016   10:15 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Setelah saya mendapat materi dari Dosen saya tentang komunikasi antar budaya dan lintas budaya,saya semakin memahami bahwa kita sebagai makhluk sosial memang sudah seharusnya saling menghargai.seperti kita ketahui Budaya memang adalah gaya hidup suatu kelompok manusia tertentu. Budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh sebagian orang dan tidak dimiliki oleh sebagian orang yang lainnya  tetapi budaya dimiliki oleh seluruh manusia.

Perbedaan-perbedaan budaya sebenarnya dapat menimbulkan resiko seperti komunikasi yang tidak lancar,perasaan tidak nyaman bahkan dapat  timbul kesalah pahaman di antara kita.
 Sebagai salah satu jalan keluar untuk menghindari  kesalah pahaman-kesalah pahaman akibat perbedaan budaya tersebut adalah dengan mengerti atau paling tidak mengetahui bahasa dan perilaku budaya orang lain, mengetahui prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya dan mempraktekkannya dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas budaya  semakin terasa karena semakin terbukanya pergaulan kita dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah (desa/kota),latar belakang pendidikan, dan sebagainya.

Sebagai contoh komunikasi antar budaya,sekarang saya kuliah di daerah yang mayoritas adalah orang-orang yang berasal dari suku Makassar. Saya sendiri dibesarkan dalam tata cara keluarga yang memiliki adat bugis. Secara spesifik memang tidak ada perbedaan yang mencolok selain dari bahasa yang digunakan. Sehingga saya sendiri tidak terlalu sulit berkomunikasi dengan teman-teman yang mayoritas tentu dapat berbicara dengan menggunakan bahasa makassar. Dengan memahami bagaimana bersikap baik diantara teman-teman saya, perlahan-lahan saya juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan teman-teman saya.

Terkadang saya memang mengalami kebingungan memahami kata-kata mereka ketika sedang mengobrol dengan menggunakan bahasa Makassar  (beberapa teman saya merasa lebih nyaman jika berbicara jika dengan bahasa tersebut). Hingga pada akhirnya saya pun dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut dengan menjelaskan kepada mereka bahwa saya tidak dapat bergabung dengan “pembicaraan” mereka jika mereka terus saja berbicara menggunkan bahasa yang tidak saya mengerti. Mereka pun akhirnya mengerti dan berusaha untuk tidak menggunakan bahasa Makassar  ketika sedang berbicara dengan saya.

Hal tersebutlah yang membuat saya memahami betul bahwa setiap individu memiliki berbagai budaya yang berbeda sehingga apabila perbedaan iu tidak ditanggapi secara tepat akan memunculkan konflik.

Perbedaan budaya antara saya yang berasal dari suku bugis  dan juga beberapa teman saya yang berasal dari suku makassar, merupakan perbedaan budaya yang tidak terlalu jauh. Pada dasarnya sikap dan norma-norma yang ada agak mirip. Hal ini membuktikan bahwa semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.

Namun, diantara kami ada pula seorang teman yang berasal dari  Bandar lampung , namanya bayu. Perbedaan budaya antara kami dan bayu, hampir saja menimbulkan konflik. Hal ini mingkin dikarenakan bahwa perbedaan budaya antara kami cukup besar dan tidak ada kemiripan. Justru membuat kami membentuk persepsi yang salah.

Kami  yang berasal dari Makassar ini memiliki kebiasaan berbicara dengan suara yang keras dan gamblang. tidak sedikit pun menyembunyikan yang di  rasakan atau yang di  pikirkan. Jika merasa tidak cocok, merasa tidak suka, maka secara terus terang langsung mengatakannya. Hal ini berbeda sekali dengan kebiasaan masyarakat yang ada di daerah dia. Ada perbedaan yang mencolok antara cara bicara, cara berpikir, bertindak serta menunjukan eksistensinya dalam sebuah kehidupan sosial.

Sedangkan dapat kita lihat contoh komunikasi lintas budaya,misalnya yang terjadi antara mahasiswa Malaysia dengan mahasiswa Indonesia, yaitu kita tau bahwa tipikal mahasiswa Malaysia sama seperti kita juga, tidak jauh beda, karena bangsa serumpun, sama-sama orang Melayu. Hal menarik adalah bahasanya, sulit bagi kita memahami cakap Melayu mahasiswa Malaysia ini. Bahasa Melayu bisa terdengar aneh di telinga kita, mungkin sama anehnya bahasa kita di telinga mahasiswa Malaysia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun