Dalam kehidupan sekarang ini, sepertinya isu perselingkuhan menjadi isu yang sudah tidak asing lagi di telinga setiap orang yang mendengarnya. Karena banyaknya perselingkuhan yang terjadi di berbagai kalangan, isu ini mulai terlihat lumrah bagi pihak yang mengetahui dan melakukannya. Bahkan saat ini, perselingkuhan sudah tidak dianggap sebagai aib yang harus ditutupi, namun menjadi sesuatu yang pantas untuk diumbar dan disebarluaskan beritanya.
Membahas tentang perselingkuhan, terdapat contoh kasus yaitu sepasang suami istri menghancurkan pernikahannya sendiri dengan perselingkuhan yang dilakukan oleh sang suami. Rumah tangga yang telah dibangun kurang dari 10 tahun itu terpaksa kandas karena godaan wanita lain yang ditemui sang suami melalui sosial media. Mengapa bisa terjadi? Apa faktor utamanya?
Fenomena perselingkuhan pada awalnya dapat terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Namun, pada saat ini perselingkuhan dianggap sebagai suatu hal yang perlahan dapat diterima oleh masyarakat. Kehidupan yang dibangun oleh pengguna sosial media juga menjadi alasan terjadinya fenomena normalisasi hal-hal negative salah satunya perselingkuhan ini. Gaya hidup dan pola pikir yang semakin modern di kalangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hal ini.
Dalam beberapa cuplikan  film, perselingkuhan sering di visualisasikan dalam bentuk yang menarik dan dramatis. Karakter-karakter yang menjadi pelaku perselingkuhan sering kali digambarkan sebagai individu yang problematik dan menarik, menjadikan perselingkuhan tampak lebih dapat dimaklumi. Tokoh yang dipilih untuk menjadi pelaku perselingkuhan juga seringkali adalah tokoh-tokoh yang memiliki visual yang menarik. Hal ini yang dinilai dapat mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan masyarakat.
Dengan segala faktor yang mempengaruhinya, kini fenomena perselingkuhan berhasil mengubah kehidupan dan mindset masyarakat. Tidak hanya itu, saat ini pihak yang menjadi pelaku dan selingkuhan merasa lebih superior dibandingkan pihak yang menjadi korban. Tak jarang wanita yang menjadi selingkuhan merasa bangga akan tindakan yang dilakukannya dan malah menjatuhkan sang korban. Kejadian ini dapat kita lihat sebagai bukti nyata hilangnya moral masyarakat dari zaman ke zaman.
Wanita akan dinilai sebagai pribadi yang tidak memiliki value didalam dirinya. Dan yang lebih mencengangkan, wanita yang menjadi selingkuhan/simpanan ini merasa bangga karena dia berhasil memikat lelaki yang notabene sudah memiliki pasangan. Tak jarang juga, mereka yang dijadikan sebagai selingkuhan sangat berani mengunggah kemesraannya dengan kekasih orang lain di sosial medianya dan merasa bahwa keromantisan tersebut pantas untuk diperlihatkan, padahal kenyataannya perlakuan tersebut terkesan sangat memalukan.
Lalu, apakah ada kaitan teori komunikasi dalam fenomena ini? Apakah perselingkuhan terjadi semata-mata hanya karena perasaan cinta yang tumbuh diantara dua pribadi? Jika kalian menganggapnya hanya sekedar itu, artikel ini akan membantu anda untuk mengulik teori-teori yang ada dalam fenomena ini, salah satunya adalah teori komunikasi.
Dalam perselingkuhan, terdapat teori komunikasi yaitu Teori Penetrasi Sosial. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa suatu hubungan dapat berkembang melalui dalam dan luasnya komunikasi yang dibangun. Dalam konteks perselingkuhan, kedua belah pihak akan membangun komunikasi sedalam mungkin untuk menemukan kenyamanan yang tidak didapat dari hubungan yang sebelumnya. Semakin terbentuknya hubungan emosional yang dalam antara keduanya, maka akan semakin jauh pula teori ini berjalan di kehidupan asmara mereka.
Jadi, bagaimana? Masih ingin melibatkan orang lain dalam hubungan kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H