Mohon tunggu...
Putri Silaban
Putri Silaban Mohon Tunggu... -

merayu dalam menulis, berfikir kritis tapi tetap berimajinatif.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekisah, Negeri Tak Bermata

24 Agustus 2014   22:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:40 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terjinjit melihat butiran kaca dan serpihan beling di pinggiran raya yang entah siapa pelakunya. Kekerdilan layanan tak sepatutnya melumut di era modern ; mengemban jaman. Yang mega semakin membahana di negeri tak sepadan di mata orang kerdil. Apalagi akhir yang terabaikan kini t’lah saling memasungkan diri di istana sederhana tak bermata bagi negeri, tak bertatap pada kami. Orang-orang asing mematahkan singgah orang-orang kerdil, pemakai topeng berhati bopeng ; menampung emas di emperan. Mengatup di pepohonan yang hijau tapi enggan menebarkan aroma kesejukan, tertumbuh di dalam ; sekisah negeri tak bermata.

Medan, 13 Agustus 2014.

Putri Silaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun