Mohon tunggu...
narila putri
narila putri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

semata mata hanya untuk menyampaikan pendapat, saran dan kritik yang pastinya membangun, tidak lebih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setelah Dapat Hati, Buruh Demo Lagi Minta Jantung

23 November 2012   08:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:47 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1353658595271437891

[caption id="attachment_225431" align="aligncenter" width="300" caption="demo buruh (picture from kompas.com)"][/caption] Berhasil menaikkan upah minimum sebesar 2,2 juta, buruh ternyata masih ngotot ingin menghapus outsourching di Indonesia. Setelah hati, kemudian minta jantung. Buruh berbondong-bondong mendatangi gedung wakil rakyat di bilangan Jakarta dan berhasil menyebabkan kemacetan yang parah ketika musim hujan melanda di ibukota. Tak ayal hampir 24 jam buruh berunjukrasa menuntut satu lagi yang belum mereka dapat raih dari kebijakan pemerintah terhadap ketenagakerjaan. Membuat tenda, membawa anak istri, membawa cangkul (untuk apa?) kata supir taksi ketika kemarin malam tidak membawa penumpangnya melewati jalur yang melewati gedung senayan melainkan berputar-putar menghindari kemacetan Jakarta.

Dengan berbekal monitor dari operator perusahaan taksi, supir berusaha untuk mengupdate dimana saja point-point kemacetan selain akibat demo buruh yang berkepanjangan. Tetapi tetap saja terjebak macet karena memang semua terhubung dan mempengaruhi macetnya Jakarta. Tidak hanya hujan yang masih mengguyur, macet pun diperparah dengan banyaknya kendaraan yang putar arah sembarang (ga salah juga sih).

Entah apa yang mendorong para buruh bisa berbondong-bondong untuk datang ke gedung DPR tersebut? Apakah ada uang dibalik batu? Berapa banyak yang digelontorkan pihak oposisi terselubung untuk menghimpun jiwa-jiwa buruh yang polos?

Jangan diyakini kalau itu pure dari keinginan buruh sendiri. Di saat zaman seperti ini, dimana kesenjangan sosial makin tinggi, kebutuhan semakin meningkat, anak semakin banyak, mana mungkin ada gelombang pemikiran yang idealis atas aspirasi banyak orang bisa berkumpul sedemikian rupa kalau tidak karena dukungan logistik.

Bok ya, naiknya harga upah minimum dinikmati dulu, dipake untuk beli kebutuhan-kebutuhan yang penting. Lalu ketika ada kebijakan yang menyimpang baru diprotes lagi. Apalagi saat ini keadaan Indonesia masih bergejolak atas persoalan integritas wilayah yang mengancam utuhnya bangsa Indonesia seperti OPM di Papua dan integritas wakil rakyat yang terendus telah melenceng dari pilar-pilar kebangsaan.

Rehat sejenak itu lebih baik, buruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun