Setiap orang yang diciptakan oleh Allah di dunia ini pasti memiliki suatu hal yang sangat diinginkan. Hal trsebut adalah cita-cita atau impian. Sangatlah tidak mungkin jika semua manusia ciptaan allah tidak memiliki impian yang ingin diwujudkan. Contohnya aku. Banyak sekali impian yang sangat ingin untuk aku wujudkan.
Semua bermula ketika aku duduk di bangku SD. Impian semasa aku duduk di bangku SD waktu itu adalah aku sangat ingin menjadi seorang dokter. Tanya kenapa??? Karena sewaktu SD fisik dan mentalku sangat lemah,setiap kali ujian sekolah selesai dan setiap kali sebelum hari H pengambilan rapor pasti aku sakit, dan harus dirawat di rumah sakit. Bukan hanya sekali, tapi berkali kali. Hampir setiap tahun setiap kenaikan kelas aku selalu masuk rumah sakit. Waktu aku di rumah sakit, aku di periksa oleh seorang dokter,yang menurutku sangat terampil,sangat baik dan ramah, pokoknya the best lah terhadap pasiennya. Mulai dari situlah aku memiliki keinginan untuk menjadi seorang dokter. Setiap hari aku belajar, berusaha, jaga kesehatan agar jika aku besar nanti, impianku menjadi kenyataan. Lucukan kalau mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter tapi kita malah sakit-sakitan. Masa nanti dokter sering diperiksa sama dokter? Malu donk. Terakhir yang paling penting adalah Doa. Karena semua hal yang kita lakukan tidak akan menghasilkan sesuatu yang maksimal tanpa adanya doa.
Cerita SD ku berlalu dan sekarang di bangku SMP aku semakin yakin bahwa aku ingin menjadi seorang dokter. Mungkin sewaktu SD aku hanya tahu sedikit tentang dokter. Tapi sewaktu SMP, pengetahuanku tentang menjadi seorang dokter bertambah. Seorang dokter adalah profesi yang sangat mulia dan gaji yang diterima pun sangatlah besar. Apa lagi jika dokter itu adalah dokter spesialis. Maka ketiaka aku SMP aku memutuskan tetap menjadi seorang dokter, tetapi dokter spesialis kulit. Kenapa harus dokter spesialis kulit??? Karena itulah yang banyak di cari orang, apa lagi oleh kaum hawa,yang sedikit saja ada masalah dengan kulit, terutama wajah, pasti mereka tanpa berfikir panjang untuk memilih pergi memeriksakan wajahnya ke dokter kulit.
Hingga aku menginjak SMA keinginanku masih tetap, yaitu menjadi seorang dokter. Saat itu tidak terfikir sama sekali olehku untuk menjadi seorang perawat. Alasan yang lebih mendukung lagi kenapa aku memilih menjadi dokter dan bukan menjadi perawat yaitu, saat aku kelas XI SMA ayahku dirawat di salah satu rumah sakit di kota semarang. Saat itu ayahku sangat butuh tambahan darah. Entah perawat tersebut tau atau tidak cara pemasangannya yang pasti waktu itu banyak darah di selimut ayahku dan satu lagi, ketika perawat itu ingin memeriksa ayahku, wajahnya sangat terlihat judes, tidak banyak mengajak bicara. Padahal hal yang paling penting yang harus dimiliki seorang perawat itu adalah SOFT SKILL nya. Sangat parah, dan tidak handal/lihai dalam menjalankan tugas. Itulah yang membuat aku agak sedih, dan jengkel dengan profesi sebagai perawat. Tapi pemikiranku tentang profesi seorang perawat yang buruk itu lama-lama hilang, karena aku betemu dengan seorang perawat yang sangat caring dengan pasiennya. Selalu senyum dengan pasiennya dan yang pasti juga ramah dengan pasien. Kemudian aku berfikir bahwa tidak semua perawat itu buruk. Masih banyak di luar sana perawat yang berhati mulia dan yang pasti caring dengan pasiennya. Semenjak itu aku mulai membanding bandingkan antara dokter dengan perawat. Memang benar jika dilihat dari gaji, seorang dokter memiliki gaji yang lebih besar dari pada perawat. Tapi perawat memiliki lebih banyak pengalaman merawat, mengobati, memeriksa pasien dibandingkan dengan dokter. Buktinya, dari segi waktu. Dokter hanya memeriksa pasiennya beberapa hari sekali, sedangkan perawat, mereka setiap hari bahkan setiap jam memeriksa, merawat, mengobati kita. Jadi bisa dibilang yang mengerti penyakit dan keluhan-keluhan kita lebih detail itu adalah perawat. Nah mulai dari sinilah aku merasa ingin mengganti cita-citaku dari seorang dokter menjadi seorang perawat. Yang pasti menjadi perawat profesional yang caring dengan pasien-pasiennya.
Masa SMA berjalan dengan cepat dan tidak terasa sampailah aku di puncaknya. Saat itu mulai ada pembukaan pendaftaran untuk masuk ke perguruan tinggi negeri. Pertama aku memilih untuk mengikuti test masuk perguruan tinggi yaitu UGM. Seperti yang aku inginkan, pilihan pertamaku adalah ilmu keperawatan. Aku berharap aku dapat lolos, dan dapat di terima di UGM. Tapi ternyata tidak semulus yang aku bayangkan. Aku gagal. Aku tidak diterima. Mungki karena aku kurang belajar dan mungkin juga karena orang tuaku. Saat aku bilang aku ingin masuk ilmu keperawatan UGM, orang tuaku tidak setuju. Alasannya hanya karena aku tinggal dengan orang tuaku sejak kecil dan orang tuaku takut nantinya di sana aku kos dan takut aku tidak bisa menjaga diriku, takut kalau aku sakit dan tidak ada yang merawat,dll. Tapi aku tetap memaksa untuk ikut test tersebut. Dan alhasil aku tidak diterima. Di sini terbukti. Bahwa tanpa adanya doa,kita tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Akhirnya tercapai keinginan orang tuaku. Tapi sudahlah, aku yakin Allah pasti sudah merencanakan sesuatu yang lebih baik untukku. Aku lupakan masalah UGM dan sekarang berpindah ke UM 1 UNDIP. Sebenarnya aku agak bimbang untuk mengikuti UM 1 UNDIP, entah karena aku ingin ke UGM atau alasan lain yang aku juga tidak jelas, pokoknya aku masih bimbang dan belum siap untuk memilih. Akhirnya saat itu aku paksakan untuk mendaftar. Dan akhirnya terjadilah kesalahan. Komputerku error, dan aku klik terus mouse ku di sembarng tempat. Akhirnya dengan tidak sengaja tercetaklah kartu ujian tanpa sumbangan pembangunan alias Rp 0,- untuk ilmu keperawatan. Pagi harinya aku laporkan masalhku ini, dan panitianya berkata, "Maaf, kartu yang sudah di cetak tidak bisa di ubah, karena sudah masuk data." Pusing untuk yang kedua kalinya. Sampai hari H test aku tetap ikut, tapi hasil akhirnya, aku gagal untuk masuk ilmu keperawatan UNDIP. Aku sudah mulai meyerah, akhirnya aku mendaftar di salah satu sekolah tinggi kesehatan di kota semarang,dan aku di terima,orang tuapun juga sudah membayar biaya administrasinya. Bertepatan dengan itu aku juga mencoba mendaftar untuk mengikuti SNMPTN. Orang tuaku mendukung tapi aku sudah nyerah. Orang tuaku terus menyemangati aku. Kemudian aku coba untuk berpuasa, istighoroh, berdoa dan bismillahirrahmanirrahim, aku mencoba daftar dan mengikuti testnya. Beberapa hari berlalu, kini saatnya pengumuman SNMPTN, dan Alhamdulillah aku lolos. Aku diterima di Ilmu Keperawatan UNDIP. Kaget, senang, haru, semuanya campur aduk. Aku nggak pernah menyangka, kalau aku bisa di terima di Ilmu Keperawatn UNDIP apalagi lewat jalur SNMPTN,karena di awal aku sudah menyerah dan berniat untuk masuk swasta. Coba jika aku menyiakannya, tidak mengikuti test, mungkin sekarang aku tidak kuliah di sini, Ilmu Keperawatan UNDIP. Tidak sampai di sini saja Allah memberi nikmat kepadaku.Setelah aku diterima di swasta kemudian orang tuaku sudah membereskan segala administrasinya, ternyata uangnya masih dapat di ambil. Jadi orang tuaku juga mudah untuk membiayai semua keperluanku. Terima kasih Ya Allah engkau telah memberikan nikmat tiada tara untukku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H