Halo semuanya, kali ini saya membuat sebuah cerpen yang memiliki genre horor. Cerita ini saya ambil bedasarkan inspirasi inspirasi dari beberapa cerita.
Selamat membaca, enjoyyy!!!!
Di suatu sore yang cerah aku Jers melihat seorang wanita duduk di teras rumahnya sambil membaca buku. Wanita tersebut membaca buku dengan menyamping sehingga aku hanya melihat sebagian dari wajah dan tubuhnya. Dalam hatiku bertanya “siapa wanita itu?”. Aku bertanya begitu karena melihat kecantikanya yang luar biasa. tak percaya aku di kota ini ada juga wanita secantik itu.
Ya, aku baru saja pindah dari kota Jogja ke daerah Jakarta. Aku tidak menyangka akan melihat pemandangan yang sangat indah di tempat ini. Walaupun di Jakarta banyak wanita cantik tapi menurutku ini berbeda tingkat cantiknya. Wanita ini memiliki rambut panjang dan bentuk wajahnya yang tegas yang memberikan kesan dia wanita blasteran, aku nggak tau tepatnya asal negaranya tapi ku dapat melihat juga ada darah Manado dari parasnya dan caranya berpakain. Yang pasti ku senang dan ada rasa deg-degan saat melihatnya. Entah lah aku tak berani mengatakan ini cinta karena ku tak mengenalnya, sama sekali tak mengenalnya. Bahkan namanya hanya nama panggilannya yaitu Nera. Kadang ku mencoba menebak-nebak apakah dia jomblo atau tidak.
Tiap hari aku melewati rumah wanita tersebut dengan berjalan kaki karena memang sekolah ku melewati rumah tersebut, aku anak sekolah baru di salah satu kampus swasta yang cukup terkenal di Jakarta.
Keesokan harinya aku sengaja agak pagi berangkat ke sekolah agar aku bisa bolak balik melihatnya. Aku rasa dia tidak akan menyadari ketika aku harus bolak balik berjalan di depan rumahnya. Saat mendekati rumahnya ku memperlambat laju jalanku. Kulihat rumah wanita itu baru kusadari rumah tersebut sangat kental dengan arsitektur rumah-rumah belanda dengan pintu dan jendala yang terbuka lebar.
Tepat berada di depan rumahnya aku bisa melihat wanita itu dengan jelas namun ada yang sedikit aneh menurutku. Setiap kali aku melintasi rumah tersebut wanita itu selalu membaca buku dan meminum sesuatu yang hangat dengan posisi yang persis sama.
Beberapa hari berselang ku tak melihat wanita itu lagi. Sudah 5 hari rumah itu terlihat selalu kosong dan anehnya rumah itu terlihat sangat berantakan tak terurus dan aku baru menyadarinya.
1 minggu kemudian aku berangkat ke Rumah Pak Ryan, RT di daerah tersebut. Kedatanganku ke rumah Pak Ryan untuk melapor bahwa saya warga baru di tempat tersebut. Pak Ryan sudah terlihat tua, umurnya kira-kira 65 tahun karena itu ku kemudian memanggilnya kakek. rambut dan jenggotnya sudah putih semua namun sorotan matanya sangat tajam. Sorotan mata yang tajam ternyata tidak menggambarkan bahwa kakek Ryan lelaki yang galak. kakek Ryan ternyata sangat ramah dan banyak bercerita sesuatu yang lucu, bahkan aku tertawa sangat lepas dengan cerita-ceritanya.
Di sela-sela cerita tersebut aku teringat rumah wanita tersebut yang memang tidak terlalu jauh dari rumah kakek Ryan. Saat aku bertanya kemana penghuni rumah tersebut kakek Ryan terlihat kaget dan berkata “kamu serius melihat wanita di rumah itu?” kini aku yang kaget mendengar pertanyaan tersebut “iya kek sekitar 2 minggu yang lalu aku masih melihat wanita di depan rumah itu. tapi beberapa minggu ini ku tidak melihatnya lagi” Kakek Ryan terdiam cukup lama sambil menatap tajam ke dalam mataku. Jujur saja aku takut melihat sorotan mata tajam seperti itu. setelah cukup lama diam kakek Ryan berkata “rumah itu sudah tak berpenghuni puluhan tahun lamanya.” Kali ini aku semakin takut dan tak mampu berbicara. “tidak ada yang berani tinggal di rumah itu. rumah itu angker.” Kata kakek tegas.
Ku semakin ketakutan “terus wanita yang kulihat itu siapa kek?”
“rumah itu milik orang belanda, dia dulunya tinggal bersama istri dan anaknya dan yang kamu lihat itu adalah anaknya bernama Nera.” Jantungku berhenti berdenyut bersamaan dengan itu kurasakan ada aliran keringat yang mengucur di dahiku.
“jadi wanita tersebut sudah lama meninggal?” aku mencoba mencari penjelasan lebih.
Namu kakek tidak menjawab.