Mohon tunggu...
Putri Riskiani
Putri Riskiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seseorang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Politik Hukum Islam Dalam Pembentukan UU Perkawinan

23 Oktober 2022   14:02 Diperbarui: 23 Oktober 2022   14:10 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dinamika politik dalam pembentukan Undang--Undang Perkawinan yang cukup panjang telah tercatat sejarah. Proses perancangan Undang--Undang perkawinan tidaklah berjalan dengan mulus . Mulai dari proses pengesahan Rancangan Undang--Undang yang masih menimbulkan perbedaan pendapat di sana. 

Pemicu perbedaan pendapat terletak pada pembahasan mengenai masalah poligami dan hak-hak perempuan. Pada Mei 1967 Rancangan Undang--Undang Pernikahan atau RUUP telah diajukan namun ditolak oleh fraksi Katolik dan membuat pembahasan rancangan Undang--Undang ini diberhentikan sementara.  Alasannya terkait persoalan menyangkut agama.

 Kemudian  Rancangan  Undang--Undang  Perkawinan  diajukan  ulang  oleh  pemerintah  pada  31  Juli  1973  ke  DPR.  Sebelum  pembahasan  Rancanga  Undang--Undang   dibuka  kembali,  ternyata  beberapa  isi  dari  rancangan  Undang--Undang  tersebut  sudah  dibocorkan  oleh  media.  Dari  sana  bermunculan  tuntutan--tuntutan  sebab  ketidak  sesuaian  Rancangan  Undang--Undang  dengan  ajaran  Islam.  Pasal--pasal  tersebut  diantaranya:

  • Sahnya  perkawinan  yang  tidak  sesuai  dengan  syariat  Islam.  Dalam  Islam  telah  dijelaskan  bahwa  pernikahan  dapat  dinyatakan  sah  apabila  terpenuhinya  rukun  dan  syarat  sah  nikah,  jika  ada  syarat  ataupun  rukun  yang  tidak  terpenuhi  maka  pernikahan  tersebut  menjadi  rusak  atau  tidak  sah.
  • Perbedaan  keyakinan  atau  beda  agama  tidaklah  menjadi  penghalang  bagi  orang--orang  yang  akan  melangsungkan  perkawinan.  Di dalam  Al--Qur'an  telah  dijelaskan  "Jangan  lah  kamu  menikahi  perempuan  musyrik"  (Q.  S.  Al-Baqarah  ayat  221).  Dari  ayat  ini  jelas  bahwa  orang  Islam  tidak  boleh  menikah  dengan  orang  selain  Islam.
  • Larangan  adanya  perkawinan  dengan  sebab  hubungan  anak angkat  ataupun  orang  tua  angkat,  persamaan  hukum  antara  anak  angkat  dengan  anak     kandung.  Hubungan  anak  angkat  ataupun  orang  tua  angkat  tidaklah   menjadi  kemahraman  seseorang,  jika  tidak  ada unsur  kemahraman  di  dalamnya.  Dan  tingkatan  hukum  anak  angkat  dan  anak  kandung  terbilang  berbeda. 

 Organisasi  Islam  Nahdatul  Ulama'  mengadakan  musyawarah  di  Jombang  untuk  mencari  jalan  keluar  dari  problematika  Rancangan  Undang--Undang  Perkawinan  yang  melenceng  dari  ajaran  Islam.  Kemudian  hasil  dari  musyawarah  para  Ulama'  dibawa  oleh  fraksi  Persatuan  Pembangunan  ke  Jakarta  untuk  dijadikan  panduan  saat  sidang  di  DPR.  Dan  hasil  musyawarah  dari  Nahdatul  Ulama'  mendapat  dukungan  dari  beberapa  organisasi  Islam  lainnya.  Sehingga  timbullah  demo  ketidak  terimaan  umat  Islam  terkait  Rancangan  Undang--Undang  yang  melenceng  itu  agar  pemerintah  mau  mencabutnya. 

 Setelah  begitu  panjang  perjalanan  yang  ditempuh  Umat  Islam  guna  memperjuangkan  Rancangan  Undang--Undang  Perkawinan  agar  sejalan  dengan  ajaran  Islam,  akhirnya  mandapatkan  hasil  yang  memuaskan.  Rancangan  Undang--Undang  yang  awalnya  73  pasal,  menjadi  66  pasal,  yang  mana  Rancangan  Undang--Undang  yang  bertentangan  telah  dihapus  oleh  pemerintah.  Sehingga  semua  fraksi  menyutujui  Rancangan  Undang--Undang  Perkawinan  tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun