Pentingnya nasionalisme di era globalisasi menjadi semakin relavan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan arus informasi yang melintasi batas-batas negara. Globalisasi membawa dampak positif seperti peningkatan mobilitas dan akses terhadap pengetahuan, namun juga menimbulkan tantangan berupa pengaruh budaya asing yang dapat mengikis identitas nasional. Di tengah situasi ini, nasionalisme berfungsi sebagai pengikat dan peneguh identitas bangsa, yang sangat penting untuk menjaga keutuhan dan martabat negara. Tanpa rasa nasionalisme yang kuat, generasi muda berisiko kehilangan jati diri dan terjebak dalam budaya individualisme serta konsumerisme yang tidak sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, memiliki peran sentral dalam membentuk karakter nasionalisme. Pancasila tidak hanya menjadi landasan hukum, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur yang harus diinternalisasi oleh setiap warga negara. Dalam konteks globalisasi, Pancasila menawarkan panduan untuk menghadapi tantangan modern tanpa kehilangan identitas budaya. Oleh karena itu, penguatan nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda sangat diperlukan agar mereka dapat berkontribusi positif terhadap bangsa, sekaligus mempertahankan semangat nasionalisme di tengah arus global yang deras.
Sila-sila Pancasila merupakan sistem nilai yang menjadi suatu dasar filsafat negara, oleh karena itu sila-sila tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan (Kaelan dan Zubaidi, 2007: 31). Nilai-nilai Pancasila adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi landasan dan inspirasi bagi seluruh kegiatan baik dalam bernegara maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan bernegara, suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu UUD 1945 harus menunjukkan perwujudan nilai-nilai Pancasila.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila adalah sebagai berikut:
- Ketuhanan Yang Maha Esa
Mengandung nilai kerohanian dan pengakuan terhadap keberadaan Tuhan. Menekankan pentingnya toleransi antarumat beragama dan mengajak setiap individu untuk menghormati keyakinan orang lain. - Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Menekankan perlunya menghargai terhadap persamaan derajat sesama manusia dan keadilan sosial. Mendorong setiap individu untuk berperilaku adil, menghormati hak asasi manusia, dan menjaga hubungan yang baik antar sesama. - Persatuan Indonesia
Menekankan pentingnya persatuan di tengah banyaknya suku, budaya, dan agama di Indonesia. Mendorong semua warga negara untuk mengembangkan sikap persatuan, rela berkorban, mengembangkan rasa cinta tanah air, memelihara ketertiban, dan mengembangkan persatuan. - Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Menekankan perlunya kesadaran akan hak dan kewajiban yang sama, mengutamakan musyawarah, menghormati hasil musyawarah. - Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Menyatakan komitmen untuk menciptakan kesejahteraan yang merata bagi semua rakyat. Menekankan perlunya pemerataan sumber daya dan kesempatan, serta perlindungan terhadap kelompok yang kurang beruntung.
Globalisasi telah membawa perubahan signifikan terhadap identitas nasional, terutama melalui arus informasi dan budaya asing. Pertukaran budaya yang cepat dan meluas memungkinkan masyarakat Indonesia terpapar pada berbagai nilai, norma, dan gaya hidup dari belahan dunia lain. Hal ini dapat memperkaya wawasan, tetapi juga menimbulkan tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai tradisional yang telah lama menjadi bagian dari identitas bangsa. Sebagai contoh, norma-norma sosial yang sebelumnya kuat, seperti gotong royong dan kepedulian terhadap sesama, mulai tergeser oleh nilai-nilai individualisme dan materialisme yang lebih dominan dalam budaya global. Selain itu, munculnya media sosial telah mengubah cara berkomunikasi dan berinteraksi, sering kali mengaburkan norma sopan santun yang dipegang dalam budaya lokal. Perubahan ini menciptakan dilema bagi masyarakat dalam menjaga keseimbangan antara menerima pengaruh positif dari luar dan mempertahankan jati diri sebagai bangsa yang kaya akan tradisi dan budaya lokal.
Semangat nasionalisme di Indonesia menghadapi berbagai ancaman di era globalisasi, di antaranya adalah individualisme dan materialisme. Nilai-nilai ini cenderung mengedepankan kepentingan pribadi di atas kepentingan kolektif, sehingga mengurangi rasa solidaritas dan kebersamaan yang merupakan ciri khas masyarakat Indonesia. Krisis identitas juga menjadi masalah serius di kalangan generasi muda, yang sering kali terjebak dalam pengaruh budaya asing tanpa memahami akar budaya mereka sendiri. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya rasa cinta tanah air dan komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari, agar mereka dapat menghadapi tantangan globalisasi tanpa kehilangan identitas nasional mereka.
Melalui penerapan pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan Indonesia, Pancasila turut memperkuat rasa kebangsaan dan karakter siswa. Siswa belajar tentang nilai-nilai Pancasila dan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Selain memberikan bekal pengetahuan, kurikulum ini juga berupaya membantu siswa menghayati nilai-nilai tersebut sehingga dapat mengamalkannya dalam pergaulan sosial. Kegiatan sehari-hari masyarakat, termasuk dalam upaya gotong royong menjaga lingkungan dan sikap saling menghargai antarumat beragama, juga menunjukkan penerapan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, organisasi memegang peranan penting dalam mendidik generasi muda tentang prinsip-prinsip Pancasila. Organisasi ini mengajak anggota dan masyarakat untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai program pendidikan, seminar, dan kegiatan sosial. Dengan demikian, upaya ini dapat membantu dalam pengembangan jati diri bangsa yang tangguh dan berkomitmen  kepada nilai-nilai Pancasila.
Teknologi, khususnya media sosial, memainkan peran penting dalam memperkuat nasionalisme di Indonesia dengan menyebarkan nilai-nilai Pancasila secara efektif. Melalui kampanye positif di media sosial, berbagai organisasi dan individu dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya Pancasila dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, platform digital juga dimanfaatkan untuk menyajikan konten edukatif mengenai Pancasila yang menarik bagi generasi muda. Inovasi teknologi mendorong kreativitas generasi muda untuk membuat konten yang mengedukasi, seperti video, infografis, dan artikel yang menjelaskan nilai-nilai Pancasila. Kolaborasi lintas generasi dalam mempromosikan nasionalisme juga semakin mudah dilakukan melalui teknologi, di mana pengalaman dan pengetahuan dari generasi yang lebih tua dapat dipadukan dengan ide-ide segar dari generasi muda untuk menciptakan gerakan nasionalisme yang lebih kuat dan relevan di era digital ini.
Nasionalisme tetap menjadi fondasi penting di era globalisasi untuk menjaga identitas dan keutuhan bangsa. Pancasila, dengan nilai-nilainya yang universal dan relevan, menjadi panduan dalam menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri. Penguatan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan, teknologi, dan kolaborasi lintas generasi sangat diperlukan untuk membentuk karakter generasi muda yang cinta tanah air. Dengan demikian, semangat nasionalisme yang berakar pada Pancasila dapat terus terjaga, sekaligus membawa bangsa Indonesia menjadi aktor global yang tetap memegang teguh nilai-nilai kebangsaan.
Penulis: Putri Puspita Ayu dan Dr. Dinie Anggraeni Dewi, M.Pd., M.H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H