Mohon tunggu...
Putri Puspita
Putri Puspita Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Menulis untuk pelampiasan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Karya Sastra dalam Politik Indonesia

17 Desember 2022   00:39 Diperbarui: 17 Desember 2022   00:52 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sastra merupakan sebuah karya yang terbentuk dari hasil imajinatif dan kreatifitas dari seorang pengarang yang dituangkan dalam Bahasa. Sastra merupakan bagian dari seni yang menggunakan Bahasa sebagia medianya. Melalui sastra, seorang penulis dapat menyalurkan potensi yang terdapat pada Bahasa untuk menyampaikan gagasan-gagasan untuk tujuan tertentu.

Menurut DR. Pardi, M.Hum yang merupakan seorang Peneliti dan Balai Bahasa Yogyakarta, menjelaskan bahwa karya sastra memprediksi kehidupan, karya sastra memberikan rekaman kehidupan politik, dan karya sastra memberikan penyelesaian dari kasus politik kebangsaan. Yang dapat diartikan bahwa karya sastra merupakan sebuah seni yang dapat menjadi wadah untuk menuangkan segala permasalahan kehidupan termasuk politik yang ada di setiap negara.

Menjelang kemerdekaan dan zaman reformasi terdapat kaitan antara sastra dan politik. Hal ini dikarenakan, banyaknya sastrawan yang menyuarakan suara hati mereka melalui karya-karya sastra yang mereka ciptakan. Hal tersebut bertujuan untuk menyuarakan nilai-nilai, hati Nurani yang dapat membuat emosi seseorang bangkit, sehingga akan berpengaruh terhadap proses politik yang ada.

Salah satu contoh karya sastra yang memiliki peran terhadap politik Indonesia, yaitu :

SERATUS JUTA

Karya: Taufik Ismail

Umat miskin dan penganggur berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Di tengah mereka tak tahu akan berbuat apa
Kini kutundukkan kepala, karena
Ada sesuatu besar luar biasa
Hilang terasa dari rongga dada
Saudaraku yang sirna nafkah, tanpa kerja
berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Kita mesti berbuat sesuatu, betapun sukarnya.

Puisi karya Taufik Ismail di atas memberikan gambaran bagi pembacanya mengenai keadaan masyarakat Indonesia pada masa reformasi. Dimana banyak rakyat miskin dan tanpa pekerjaan yang tak tahu harus berbuat apa untuk menghidupi kelangsungan hidup mereka dan keluarga. Betapa pilunya jaman Reformasi yang harus rakyat lewati, seakan menyindir para petinggi pemerintah yang tak dapat memberikan bantuan untuk mereka yang kurang mampu.

Dapat dilihat bahwa karya sastra dapat dipandang terhadap kehidupan sosial yang ada dalam lingkungan sekitar. Sastra juga dapat dipandang sebagai suatu bentuk gejala sosial di masyarakat. Sastra dapat mencapai tujuan dalam politik melalui Bahasa.

Selayaknya para politikus yang harus menemukan cara agar bisa memengaruhi masyarakat dengan menggunakan Bahasa sebagai medianya, maka para sastrawan pun menggunakan sastra sebagai media untuk menuangkan segala pemikiran terkait nilai-nilai dan permasalahan politik, melalui karyanya para sastrawan dapat menarik emosi para masyarakat dalam menanggapi persoalan politik.

Pepatah mengatakan "Dengan Bahasa akan ku kuasai dunia" uraian tersebut menunjukan kedudukan Bahasa dalam kehidupan yang dapat digunakan untuk memengaruhi ideologi seseorang sehingga dapat merubah cara piker orang tersebut. Jika kita lihat dari sejarah sastra pada masa Balai Pustaka hingga kini, sastra akan memberikan kritik terhadap dunia politik yang tidak berjalan dengan semestinya. Sastra juga dapat digunakan sebagai cara mendidik masyarakat dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air.

Karya sastra juga tidak hanya menjadi tempat untuk memberikian kritikan terhadap pemerintah tetapi juga sebagai alat politik dalam memberikan kesadaran terhadap rakyat mengenai nilai-nilai politik agar rakyat lebih maju kedepannya. Seperti yang disampaikan oleh Dr. Pardi bahwa Hendaknya kita menyadari karya sastra berkaitan erat dengan politik, tapi tujuannya adalah untuk mencerdaskan semua orang. Kalau mendengar kritik dalam karya sastra, hendaknya kita berpikir dewasa untuk mencerna kritik tersebut, untuk perbaikan terkait dengan kehidupan pribadi, sosial, dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun