Mempermainkan rasa atau dipermainkan rasa?
Aku tau, kamu dipertemukan dengan ku semua karena takdir tapi aku tak pernah menyangka jika takdir juga membawa rasa dalam pertemuan kita. Rasa ingin saling memiliki, rasa ingin saling menjaga, dan rasa saling mencintai. Semua rasa itu ikut serta dalam pertemuan kita yang awalnya hanya orang asing yang ingin saling mengenal dan kini menjadi sepasang kekasih yang saling mengasihi.
Awal yang terbilang sangat Indah untuk kisah Cinta diusia muda, moment-moment manis yang menjadi pelengkap rasa. Ingin saat itu juga meminta waktu untuk lebih lambat walau kita hanya saling menatap tanpa saling berucap. Menyampaikan rasa yang membuat jantung berdegup kencang melalui mata ditengah sunyi.
Detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan mulai terlewati dan meninggalkan banyak kenangan manis. Namun, entah siapa yang memulai awan putih yang awalnya sempat kita ciptakan kini terganti dengan awan hitam hasil ke egoisan. Kau ataupun aku keras dengan keinginan masing-masing.
Melupakan mimpi yang sempat kita bangun bersama, janji yang dulu kita ikrari bersama kini teringkari dan terhapus oleh waktu. Tanpa sadar kita mulai saling menyakiti, saling mengecewakan, dan memilih untuk sendiri.
Kau dan aku sadar apa yang kita lakukan menyakiti diri kita masing-masing, berpisah bukanlah hal yang kita inginkan. Rasa untuk terus bersama masih tertanam kuat bersama rasa kecewa dan amarah. Bukan ini yang kita inginkan, bukan ini akhir yang kita harapkan.
Dimalam yang panjang kau dan aku menangis tak kuat menahan rindu, namun tak mampu menyampaikan rindu itu. Semua ini hasil dari ke egoisan kita, kita yang tersiksa karena kebodohan.
Ingin ku ulang waktu, ingin ku jaga kamu saat itu. Kaupun berkata ingin kau ulang waktu, ingin kau mengalah dan melupakan ke egoisan mu. Tapi semua sudah terjadi, gelas yang pecah akan susah kembali utuh.
Kepercayaan mu dan kepercayaan ku sudah hancur, namun rasa yang tersimpan dihati masih utuh untuk orang yang lama. Bisakah kita memulai semua lagi? Jujur aku takut. Rasa kecewa dan amarah ini masih ada dan berubah menjadi rasa trauma.
Tapi rasa untuk selalu bersama mu dan mencintai mu juga tak kalah kuat. Aku bingung harus apa. Apa kau pernah menyangka rasa Cinta yang hadir tiba-tiba ternyata membawa rasa kecewa yang mendalam?
Bukan hanya hati dan fikiran kita yang berperang, ternyata semua rasa yang ada dihati ini ikut mengadu kuat. Tak ingin kalah, semua rasa yang kita rasakan terus berujar. Tapi kita sadar hanya satu yang akan menang, rasa Cinta kita.