Mohon tunggu...
Putri Oktavia
Putri Oktavia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Magelang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Riba: Menjadi Racun yang Menjadi Ancaman Buruk bagi Pribadi dan Masyarakat untuk Masa Depan

6 Juli 2024   07:17 Diperbarui: 6 Juli 2024   07:24 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Riba, atau bunga dalam transaksi keuangan di konsep syariah, telah menjadi topik yang  penting mengingat tren perekonomian pada zaman sekarang. Riba bukan hanya sekadar konsep ekonomi semata, tetapi juga melibatkan aspek moral dan etika yang penting.

Riba menjadi racun yang saat ini mulai merusak kesejahteraan individu, merusak struktur sosial masyarakat, dan mengancam masa depan kita. Dampak buruk riba tidak hanya dirasakan oleh pribadi, tetapi jugu berdampak ke seluruh aspek sosial dan ekonomi. Masyarakat yang terjebak dalam riba akan terbebani dengan utang yang terus bertambah, jatuh ke dalam kemiskinan, dan kehilangan daya beli. Ini menyebabkan kesenjangan sosial yang semakin besar dan memicu konflik sosial.

Dampak riba secara pribadi, dapat membuat orang terjebak dalam lingkaran utang yang sulit diatasi. Dengan bunga yang terus bertambah, beban keuangan seseorang menjadi semakin berat. Hal ini tidak hanya mengancam kesejahteraan finansial, tetapi juga kesehatan mental dan emosional. Stres dan kecemasan akibat utang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, menurunkan kualitas hidup, dan mengurangi produktivitas.

Tidak hanya berdampak pada pribadi, tetapi riba juga dapat berdampak pada masyarakat, dengan adanya riba dapat menyebabkan kesenjangan ekonomi yang semakin meningkat. Adanya praktik Riba bisa membuat masyarakat mendapatka modal dan pinjaman dengan bunga rendah dan bisa memanfaatkan peluang ekonomi, sementara yang kurang beruntung makin terpuruk dalam kemiskinan. Ketidaksetaraan ini menimbulkan ketidakpuasan sosial, dan mengancam persatuan sosial. Selain itu, ketergantungan praktik riba memperkuat dominasi lembaga keuangan besar, mengurangi kemandirian ekonomi lokal, dan menghapus praktik ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.

Untuk masa depan, dampak buruk riba bisa menjadi lebih mengkhawatirkan. Ketergantungan pada utang untuk meningkatkan konsumsi dan investasi bisa menyebabkan krisis finansial yang berulang. Krisis ini tidak hanya merusak sektor keuangan, tetapi juga menyebabkan penurunan finansial yang memperburuk ekonomi global, mengancam stabilitas politik, dan menambah ketidakpastian masa depan.

Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan kembali peran riba dalam ekonomi kita. Menemukan cara yang lebih adil dan berkelanjutan dengan menggunakan prinsip ekonomi syariah yang melarang riba dan mendukung pembagian risiko yang adil bisa menjadi solusi. Dengan berfokus pada keadilan sosial dan kesejahteraan bersama, kita dapat menciptakan sistem ekonomi yang lebih baik. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi kita saat ini, tetapi juga bagi generasi dimasa mendatang. Dengan itu, kita dapat bersama-sama berkontribusi untuk menentang dampak negative dari riba dan membangun dasar ekonomi yang lebih sehat, adil, dan berkelanjutan. Dengan cara ini, kita bisa berharap mencapai masa depan yang lebih baik bagi semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun