Mohon tunggu...
Putri Ninda Novianti
Putri Ninda Novianti Mohon Tunggu... Sekretaris - create your own happiness🕊️

Semesta menginspirasi, manusia berimajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam, Komunikasi Verbal dan Problematikanya

30 Maret 2023   23:21 Diperbarui: 30 Maret 2023   23:26 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial, untuk menjalani kehidupan sehari-harinya membutuhkan bantuan orang lain. 

Untuk menjaga hubungan tersebut dibutuhkan sebuah komunikasi yang baik antar sesama manusia. Oleh karena itu, komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi kepada orang lain yang memiliki kesamaan makna, baik berupa pikiran dan perasaan melalui media tertentu. 

Dalam pengertian komunikasi sebagai interaksi sosial, komunikasi bisa dibagi menjadi dua bagian besar yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang berupa kata-kata baik lisan yang dapat dilakukan dengan cara bertatap muka langsung antara pengirim pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) seperti berpidato atau ceramah, juga dapat dilakukan dengan menggunakan media seperti telepon atau handphone, maupun tertulis dengan menggunakan media surat, gambar, tabel, grafik, dan lainnya.

Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi tanpa kata-kata yang berisi penekanan, pelengkap, bantahan, keteraturan, pengulangan, dan pengganti pesan verbal, atau bentuk komunikasi yang menggunakan bahasa isyarat sebagai sarana berkomunikasi dengan orang lain. Untuk komunikasi verbal, Yuval Noah Harari menyebut bahwa manusia menjadi makhluk yang unggul dengan revolusi kognitifnya diawali dengan kemampuannya berbahasa, semacam bergosif dan Safir juga mengakui bahwa manusia tidak hidup di pusat keseluruhan dunia, tetapi hanya di bagian yang diberitahukan oleh bahasa, sehingga bahasa memegang peranan penting karena mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.  

Komunikasi ini paling banyak digunakan dalam hubungan antar manusia karena mempermudah seseorang dalam menyampaikan maksud dari pemikiran dan gagasan. 

Menurut Larry L. Barker, dalam komunikasi verbal bahasa mempunyai 3 fungsi yaitu penamaan, dimana semua benda di dunia dinamai dengan bahasa tertentu; untuk interaksi, dimana interaksi sosial dimungkinkan terjadi karena melalui bahasa; dan transmisi informasi, dimana informasi bisa beralih dari satu orang ke orang lain atau kelompok sosial tertentu ke kelompok sosial lainnya melalui bahasa.

Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. Misalnya komunikasi dalam orasi, pengajaran, dan pemberitaan di media masa, baik cetak maupun elekronik. Bahkan bahasa pun menunjukkan budaya para penggunanya. 

Misalnya, bahasa Inggris mempunyai 4 kata untuk kuda, sementara bahasa Indonesia tidak mengenalnya, yaitu [horse atau kuda, chesnut atau kuda cokelat kemerah-merahan, mare atau kuda betina, dan stallion atau kuda jantan). Peranan kuda dalam sejarah masyarakat Indonesia, terutama Melayu, tidak sebesar di Eropa, pada masa pertengahannya sekalipun. 

Demikian juga dengan penggunaan tenses dalam bahasa Inggris. Di Jawa atau Sunda, ciri orang yang beradab adalah orang yang sikapnya halus atau sopan. Maka, bahasa yang halus adalah bahasa yang tinggi (bahasa Solo atau Cianjur). Namun, bagi orang Medan, tindak berbahasa seperti itu adalah kelemahan dan sikap tidak berterus terang.

Bagi Orang Arab, suara keras berkonotasi kekuatan dan ketulusan, sedangkan sebaliknya berkonotasi kelemahan dan tipu daya. Dalam bahasa Jawa atau Sunda juga terdapat tingkatan berbahasa yang mencerminkan kuatnya budaya feodalism, salah satu faktor pada tahun 1928 yang membuat bahasa Melayu yang egaliter menjadi bahasa nasional, bukan bahasa Jawa atau Sunda, meski pun secara populasi lebih banyak. 

Meski pun begitu, ada sejumlah problematika dalam komunikasi verbal melalui bahasa. Di antaranya yaitu pertama, keterbatasan bahasa, yaitu keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Problematika inilah yang membuat bahasa Melayu atau Indonesia ter-Arab-kan dan ter-Barat-kan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun