Mohon tunggu...
Putri Indah Sari
Putri Indah Sari Mohon Tunggu... -

Don't be affraid to try something.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laki-laki Menjadi Juru Masak

22 April 2014   00:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Juru masak atau yang biasa disebut "chef" ini adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk membuat atau menciptakan suatu makanan yang baru dan bernilai lebih. Biasanya, yang melakukan pekerjaan tersebut adalah seorang perempuan. Karena, pekerjaan ini merupakan pekerjaan halus yang dapat diselesaikan dengan baik oleh tangan-tangan penyabar. Namun, pada pekerjaan ini juga dilakukan oleh para laki-laki yang gagah berani. Di Indonesia, sudah banyak laki-laki yang menekuni profesi ini, contohnya Chef Juna.

Junior Rorimpandey atau lebih dikenal dengan Chef Juna adalah pria kelahiran Manado, 20 Juli 1975. Ia adalah seorang chef yang menjadi terkenal setelah menjadi juri di acara "Master Chef  Indonesia". Dia sudah mengundurkan diri dari jabatannya yaitu Executive Chef  di Restoran Jack Rabbit Jakarta, pada akhir Juli 2011. Selama 12 tahun, ia berada di luar negeri sebagai chef spesialis makanan Jepang & Perancis. Ia mengaku masuk ke dunia kuliner karena suatu "kecelakaan" yang mana sebelumnya dia sempat mengikuti studi di Amerika Serikat untuk menjadi seorang pilot. (id.wikipedia.org/wiki/Juna_Rorimpandey)

Penyimpangan sosial yang satu ini terjadi karena banyak alasan, salah satunya adalah faktor hobby (kegemaran). Banyak laki-laki yang sangat menggemari berbagai macam makanan, sehingga ia tertarik untuk mempelajari ilmu memasak makanan tersebut. Pertama, ia akan mencoba membuat makanan sederhana seperti memasak mie instan, spagheti, atau hanya sekedar membuat nasi goreng untuk sarapan pagi. Selanjutnya, ia akan mencoba membuat makanan yang cara memasaknya lebih sulit lagi contohnya membuat sayur sup, telur balado, dan sejenisnya.

Seiring berjalannya waktu, keingin-tahuan ia akan cara-cara membuat makanan akan lebih banyak dan hal ini sangat mendorong ia untuk terus belajar serta memahami cara-cara memasak makanan lezat dan nikmat. Cepat atau lambat ia akan menjadi seseorang yang mahir dalam membuat segala jenis makanan. Otomatis, ketika ia mendapat tawaran untuk menjadi juru masak di sebuah hotel atau restoran ia akan langsung menerimanya tanpa pikir panjang lagi.

Di Indonesia memang sudah tidak asing lagi jika laki-laki menggeluti profesi juru masak (chef), baik di hotel maupun restoran-restoran. Jika tidak percaya, silakan anda kunjungi sebuah restoran atau hotel kemudian datangilah dapurnya, di sana akan terlihat para chef laki-laki yang sedang menikmati pekerjaannya yaitu berkreasi membuat makanan yang lezat untuk para customer (tamunya).

Hobby memasak bagi para laki-laki juga dapat dipengaruhi oleh kegiatan sehari-hari di rumahnya yang sering membantu ibunya memasak makanan untuk makan siang, makan malam, ataupun sarapan pagi. Kebiasaan ini akan merangsang ia untuk mengkaji lebih dalam ilmu memasak agar ia dapat menyajikan makanan-makanan baru yang lebih lezat untuk dinikmati oleh keluarganya. Oleh sebab itu, dia juga pasti ingin menekuni pekerjaan di bidang masak-memasak seperti chef, koki, atau sejenisnya.

Setelah mendapatkan pekerjaan, ia akan terus melakukan eksperimen untuk menciptakan suatu makanan kreasi baru dan pantas dinikmati oleh para pencinta kuliner. Bukan hanya itu, dia juga dapat mengembangkan resep-resep makanan yang sudah ada agar lebih menarik dan mempunyai rasa yang lebih nikmat. Atau dapat menambah hiasan pada makanan tersebut dan menatanya dengan baik serta rapi agar nilai keindahannya (estetika) lebih terlihat. Sehingga penikmat makanan tersebut dapat dengan lahap menyantapnya dengan rasa lezatyang ada pada makanan buatan chef  laki-laki tersebut. Jika sebuah makanan baru yang dihasilkan oleh chef  laki-laki tersebut dapat dinikmati oleh orang banyak, maka dia akan membuat makanan lain yang tidak kalah mutu dengan makanan sebelumnya. Begitu terus selanjutnya dan lama-kelamaan hasil-hasil karya tersebut akan terus bertambah dan dia pun secara tidak langsung sudah mengasah potensinya sehingga dapat menjadi chef yang benar-benar handal dan tidak ada yang dapat meragukan kemampuannya. Dengan begitu, dia juga bisa mendapatkan penghargaan atas kreasi-kreasi yang telah ia hasilkan dalam bidangnya. Selain itu, kumpulan hasil kreasi resep makanan itu bisa diabadikan dalam sebuah buku resep karya dia sendiri. Membanggakan bukan ?

Laki-laki menjadi juru masak/chef dapat dikatakan sebagai perilaku menyimpang, karena pekerjaan ini perlu kesabaran dan ketekunan yang cukup agar hasilnya dapat maksimal dan yang lebih dominan memiliki 2 hal itu adalah perempuan. Pekerjaan memasak juga sering dilakukan oleh para ibu yang sudah pasti perempuan. Namun, jika pekerjaan ini dilakukan oleh laki-laki maka hal tersebut dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang tetapi bersifat positif. Sebab, dapat menimbulkan dampak-dampak yang baik bagi pelakunya. Seperti dapat menambah keterampilannya, menambah pengetahuannya, ia dapat memilih profesi yang ia inginkan dan sesuai dengan bidang memasak, dapat menambah penghasilan untuk dirinya dan keluarganya, dan masih banyak lagi dampak-dampak positif  lain yang akan didapatkannya ddari tindakan menyimpang ini.

Sebab lainnya, yaitu ia dapat menciptakan kreasi-kreasi baru yang mempunyai nilai lebih. Bukan hanya rasa, tetapi kreasi makanan tersebut juga memiliki nilai keindahan (estetika) pada tampilannya. Karena dalam ilmu chef makanan itu bukan hanya harus lezat, namun harus menarik tampilannya agar para penikmatnya dapat tertarik dan bertambah hasratnya untuk menyantap makanan tersebut. Dibandingkan dengan pecinta kuliner, para chef  laki-laki ini lebih unggul karena para pecinta kuliner hanya dapat menyantap dan mencicipi makanan dan tidak bisa membuatnya, sedangkan para chef  laki-laki dapat berkreasi membuat makanan sendiri sesuai kehendak  ia dan apa yang ada di otak dia untuk diaplikasikan pada masakan yang akan ia ciptakan tersebut.

Kesimpulan : Jadi, tidak semua perilaku menyimpang itu berdampak negatif, namun ada juga yang berdampak positif seperti contoh yang saya ambil tersebut. Di samping itu, masih banyak perilaku-perilaku menyimpang lainnya yang bersifat positif  yang ada di kehidupan kita. Ada baiknya kita dapat memaknai semua tindakan perilaku menyimpang dengan segala yang positif. Jangan pernah merasa paling benar dan dengan seenaknya menilai perilaku orang sebagai suatu kesalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun