Di sebuah sudut kota besar, terdapat sebuah desa kecil tinggalah seorang pria bernama abdul yang dikenal sebagai pemulung. Setiap hari, ia mengumpulkan sampah di sepanjang jalan, diantara tumpukan plastik, kertas, dan botol bekas. Abdul bukanlah orang kaya atau orang terpandang di mata orang banyak, tetapi ia memiliki tekad dan semangat juang yang tak terukur. Meskipun hidupnya penuh tantangan, Abdul berusaha untuk tetap optimis dan bekerja keras demi masa depannya.Â
Abdul lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya seorang buruh kasar yang bekerja di pabrik dan ibunya seorang penjual makanan keliling. Sejak kecil, Abdul sudah terbiasa dengan kehidupan yang serba kekurangan. Namun, meskipun hidup dalam keterbatasan, kedua orang tuanya selalu mengajarkan nilai - nilai kerja keras, kejujuran dan ketekunan. " Bekerjalah dengan sepenuh hati" Kata ayahnya, " Karena tidak ada yang sia-sia dari usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh"
Seiring berjalannya waktu, Abdul menyadari bahwa untuk bisa keluar dari keterbatasan, ia harus berusaha lebih keras. Setelah lulus dari sekolah dasar, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya. Ia memilih untuk membatu keluarganya dengan bekerja, meski pekerjaannya hanya sebagai pemulung.Â
setiap pagi ia bangun sebelum fajar menyingsing dan berkeliling kota dengan keranjang di punggungnya, mencari barang-barang yang masih bisa dijual, ia mengambil botol bekas, kardus dan plastik untuk dijual ditempat daur ulang.
Suatu hari, Abdul menemukan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Di antara tumpukan sampah, ja menemukan sebuah kardus besar yang berisi barang barang bekas yang tampaknya masih bisa digunakan. Di dalamnya, ada beberapa buku, alat-alat elektronik kecil, dan beberapa barang antik. Salah satu buku yang ditemukan Abdul adalah sebuah buku panduan bisnis kecil yang menginspirasi.Â
Buku itu mengajarkan tentang pentingnya merencanakan bisnis, mengelola uang, dan bekerja keras untuk mencapai tujuan. Abdul merasa seolah buku itu adalah tanda dari Tuhan bahwa ia harus mengubah nasibnya.
Mulai saat itu, Abdul tidak hanya mengumpulkan barang bekas untuk dijual, tetapi ia juga mulai memikirkan cara untuk membuka usaha kecil. Setiap malam, setelah bekerja keras seharian, ia meluangkan waktu untuk membaca buku yang ia temukan dan belajar tentang cara mengelola bisnis. Ia mengumpulkan sedikit demi sedikit uang yang ia dapatkan dari hasil menjual barang bekas, lalu membeli alat-alat sederhana untuk. Memulai usahanya.Â
Tak lama setelah itu, Abdul membuka usaha kecil dengan memperbaiki barang-barang elektronik bekas yang ia temukan. Ia menyadari bahwa banyak orang membutuhkan barang-barang yang masih bisa digunakan tetapi tidak mampus membeli barang baru. Dengan keterampilan yang ia pelajari secara otodidak, Abdul mulai menawarkan jasa perbaikan elektronik.Â
Perlahan, usahanya mulai dikenal orang dan ia mendapat banyak pelanggan. Keberhasilannya tidak datang begitu saja, melainkan melalui perjuangan yang tak kenal kelas. Abdul bekerja siang dan malam, memperbaiki barang-barang elektronik dan menabung untuk masa depannya.Â
Pada suatu malam yang penuh kelelahan, saat ia merasa sangat capek, ia teringat akan sebuah hadits yang sering didengar dari ayahnya, yang selalu mengingatkannya untuk bekerja keras dengan penuh semangat. Hadits itu berbunyi, "bekerjalah untuk duniamu seolah olah engkau akan hidup selamanya,dan bekerjalah untuk akhirat mu seolah olah engkau akan mati besok." Hadits ini menjadi prinsip hidup abdul.
 Ia tidak pernah berhenti berusaha, tidak peduli seberapa berat tantangan yang harus dihadapi. Ia bekerja keras seakan-akan ia akan hidup selamanya, dengan berusaha memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya. Namun, ia juga rajin beribadah dan bekerja keras, dengan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah dan terus memperbaiki diri.Â