Mohon tunggu...
putrinaura
putrinaura Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopi Sahabat dalam Keheningan

1 Desember 2024   08:12 Diperbarui: 1 Desember 2024   08:19 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa yang terletak di kaki gunung, di situlah pak ahmad dan keluarganya tinggal. Pak Ahmad adalah seorang petani yang rajin bekerja di ladang, sementara istrinya seorang penjahit yang sering menerima pesanan dari tetangga dan anaknya masih berumur 5 tahun. Mereka hidup bahagia meski tak kaya, karena mereka selalu bersyukur atas apa yang ada.

Setiap pagi, pak Ahmad duduk di teras rumah dengan secangkir kopi hitam pekat di tangan. Udara pagi yang sejuk seakan berpadu dengan aroma kopi yang hangat, menciptakan suasana damai yang menyelimuti. Biasanya, begitulah cara pak Ahmad memulai hari-harinya, dengan secangkir kopi yang menjadi teman setia dalam setiap langkah kehidupannya. Sudah bertahun-tahun kebiasaan ini menjadi bagian dari rutinitasnya. Kopi baginya bukan hanya sekadar minuman; kopi adalah sahabat dalam keheningan, teman yang menemani saat-saat sendirian di pagi hari. Namun, ada sesuatu yang berbeda pada hari itu. Pagi ini, pak Ahmad merenung lebih lama. Ia teringat pada sebuah hadis yang pernah didengarnya beberapa waktu lalu."Selama aroma biji kopi ini tercium di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat beristighfar untukmu." 

Pak Ahmad teringat benar hadis itu, yang dibicarakan oleh temanya saat mereka ngopi bareng di warung dekat ladang. "Kopi," kata temanya itu, "bukan sekadar minuman untuk menyegarkan tubuh, tetapi bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selama kita minum kopi dengan niat yang baik, kita akan mendapat keberkahan, bahkan malaikat beristighfar untuk kita."

Kata-kata itu terus terngiang di telingapak Ahmad, dan ia pun mulai berpikir lebih dalam tentang makna dari hadis tersebut. Selama ini, ia hanya menganggap kopi sebagai minuman yang menyegarkan, bukan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Tapi, di sisi lain ia masih ragu dengan hadits tersebut. Karena ia hanya sekedar mendengar dari temanya. Karena keraguanya itu akhirnya pak Ahmad memutuskan untuk bertanya kepada salah satu ustadz termasyhur di desanya dan beliau juga termasuk teman pak Ahmad.

 Pada suatu sore yang cerah, pak Ahmad memutuskan untuk mengunjungi seorang teman lamanya, yakni Ustad Ali, yang dikenal sebagai seorang yang bijaksana. Ustad Ali adalah seseorang yang sering memberikan pencerahan spiritual melalui cara yang sederhana, termasuk dalam hal-hal yang tampaknya biasa, seperti kopi. Pak Ahmad sampai di rumah Ustad Ali, dan setelah berbasa-basi sejenak, ia mulai mengutarakan pertanyaan yang mengganggu pikirannya. "Ustadz, saya ingin bertanya. Beberapa waktu lalu, saya mendengar sebuah hadis dari teman saya, ia berkata bahwa ada hadits yang menyatakan selama aroma biji kopi ini tercium di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat beristighfar untuk kita. Saya sering minum kopi, tapi apakah benar kopi bisa menjadi sarana untuk mendapatkan berkah seperti itu?" tanya pak Ahmad, penuh rasa ingin tahu.

Ustad Ali tersenyum bijak. "Memang benar,pak. Ada hadits yang mengatakan hal itu, tetapi hadits ini hadits maudhu'(palsu). Di dalam kitab TADZIR AN-NAS dan TAZKIRAH AL-NAS halaman 177, dan halaman 117 disebutkan bahwa : Sayyid Ahmad bin Ali Bahr Al Qudaimi berjumpa dengan Nabi Muhammad dalam keadaan terjaga, ia berkata kepada Nabi . 

"Wahai Rasulullah, aku ingin mendengar hadits langsung darimu tanpa perantara orang lain."

Nabi Muhammad kemudian bersabda :

" Selama bau kopi ini masih tercium aromanya di mulut seseoranf, maka selama itu pula malaikat akan beristighfar untuknya ."

Inilah hadits yang di dapat oleh AHMAD ALI BAHR AL-QUDAIMI,

Maka bagaimana bisa riwayat ini kita terima?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun