Hasil tangan kepengarangan Nurhayati Sri Hardini atau yang sering dipanggil NH. Dini tidak pernah gagal. Salah satunya, novel Padang Ilalang di Belakang Rumah, yang merupakan seri Cerita Kenangan. Novel ini menceritakan kehidupan penulis yang pada saat itu masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Pada saat itu juga, Jepang masih menduduki Indonesia dan terjadi pemberontakan oleh anak-anak bangsa atau bisa disebut dengan Pembela Tanah Air (PETA).
Di dalam novel ini mengandung beberapa nilai-nilai sosial untuk kehidupan. Sebagai berikut:
- Kasih Sayang
Ditunjukkan pada kutipan berikut
"Di dalam tas sekolah, Ibu memberiku sejumlah uang. Di dalam tas lain yang tergantung di muka sepeda, ada sebuah kaleng, penuh makanan kering dan sesisir pisang susu," kutipan di Padang Ilalang di Belakang Rumah halaman 52
Pada kutipan di atas menggambarkan bahwa sosok Ibu sangat memiliki rasa kasih sayang terhadap anak bungsunya, Dini. Hal ini patut diterapkan pada kehidupan sosial baik di dalam keluarga maupun di masyarakarat luar. Dengan memumpuk rasa kasih sayang dapat membuat seseorang merasakan rasa damai dan paham akan arti kepedulian.
- Kebijaksanaan
Ditunjukkan pada kutipan berikut
"Ayah menunjukkan kepada anak-anak lelakinya, betapa Ibu bisa mengambil keputusan dalam menentukan sikap. Dan Ibu kepada anak-anaknya perempuan berkata, bahwa wanita pun sanggup bertanggungjawab dalam hal keuangan untuk keperluan keluarga," kutipan di Padang Ilalang di Belakang Rumah halaman 59.
Pada kutipan di atas menggambarkan sosok Ayah dan Ibu yang memberitahukan kepada anak laki-laki dan perempuan. Bahwa perempuan dapat mengambil sikap yang tepat dan bijaksana pada saat situasi penting. Ini sangat perlu diterapkan pada kehidupan sehari-hari karena dengan memiki rasa kebijaksanaan dapat menyelesaikan perkara dengan tuntas dan hati akan menjadi tenang.
- Gotong Royong
Ditunjukkan pada kutipan berikut
"Suasana di rumah padat dan tegang. Bersama pembantu, Ibu melihat dan menghitung kembali jumlah bahan makanan yang kami miliki. Lalu berangkat ke Depok, ke toko Cina yang dia kenal dengan baik. Aku membantu Nugroho mengangkut tong ke kamar belakang sebelah timur, lalu pipa karet buat mengalirkan air ke dalamnya. Siangnya kami berdua bergiliran ke warung koperasi untuk mengganti Simbok yang telah lama berdiri di bawah terik matahari. Giliranku selesai tapi belum mencapai loket penjualan, aku pulang makan," kutipan di Padang Ilakang di Belakang Rumah halaman 90
Pada kutipan di atas sosok Ibu, Dini, Nugroho, dan Simbok saling bergotong royong untuk memenuhi pasokan kebutuhan mereka semasa pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA). Rasa semangat bergotong royong itulah yang harus dibiasakan pada kehidupan sehari-hari karena dapat terciptanya keluarga yang harmonis, dapat meningkatkan rasa tolong menolong dan juga dapat terciptanya persatuan dan kesatuan.