Mohon tunggu...
Putri Nabilla Restyani
Putri Nabilla Restyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Seorang mahasiswa Teknik Informatika yang tertarik mengenai dunia teknologi dan digital marketing.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Manajemen dalam Kesuksesan Transformasi Agile di Industri Kritis Keselamatan

18 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 18 Oktober 2024   18:03 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peran Manajemen dalam Kesuksesan Transformasi Agile di Industri Kritis Keselamatan

Transformasi digital telah menjadi topik sentral dalam berbagai sektor industri, termasuk industri yang sangat teregulasi dan kritis terhadap keselamatan seperti kedirgantaraan, farmasi, dan otomotif. Dalam konteks ini, metode manajemen proyek agile, yang awalnya dirancang untuk tim kecil pengembang perangkat lunak, mulai diperluas ke proyek berskala besar. Namun, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hllmann, Kimathi, dan Weritz (2024) dalam artikel "Large-Scale Agile Project Management in Safety-Critical Industries: A Case Study on Challenges and Solutions", penerapan agile pada skala besar di industri yang teregulasi menghadapi tantangan yang sangat berbeda. Industri kedirgantaraan, misalnya, harus mematuhi regulasi ketat terkait keamanan dan keselamatan yang sangat membatasi fleksibilitas yang ditawarkan oleh pendekatan agile. Menurut penelitian mereka, meskipun agile telah diadopsi di hingga 90% departemen IT dalam berbagai organisasi (State of Agile, 2022), penerapannya di industri kritis keselamatan membawa banyak hambatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa hingga 70% proyek digitalisasi di sektor ini menghadapi kendala terkait dokumentasi tambahan dan persyaratan audit yang rumit. Tantangan lain seperti resistensi budaya organisasi dan kurangnya pemahaman tentang cara kerja agile di luar pengembangan perangkat lunak juga diperhatikan. Bahkan, di sektor kedirgantaraan, 60% proyek agile mengalami keterlambatan signifikan karena waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan regulasi tambahan (Nuottila et al., 2022). Oleh karena itu, meskipun agile dapat menawarkan kecepatan dan adaptabilitas yang lebih baik, tidak selalu dapat diimplementasikan dengan mulus dalam industri di mana kesalahan kecil dapat berakibat fatal, baik dari sisi keselamatan maupun dari sisi legalitas.

***


Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hllmann, Kimathi, dan Weritz (2024), ditemukan bahwa tantangan utama dalam penerapan agile di industri yang sangat diatur dan kritis terhadap keselamatan berasal dari empat dimensi: perilaku, teknologi, organisasi, dan regulasi. Pertama, tantangan perilaku muncul dari resistensi terhadap perubahan, di mana lebih dari 50% karyawan di industri kedirgantaraan merasa sulit untuk beradaptasi dengan konsep seperti "Minimum Viable Product" (MVP). Bagi mereka, produk yang belum sepenuhnya selesai dianggap tidak sesuai dengan standar kualitas tinggi yang biasanya mereka pegang. Ini sangat berbeda dari pendekatan agile yang menekankan iterasi cepat dan penyesuaian berkelanjutan berdasarkan umpan balik pelanggan.

Tantangan teknologi, di sisi lain, sangat terkait dengan kurangnya infrastruktur dan pengalaman dalam menerapkan praktik pengembangan berkelanjutan (Continuous Integration and Continuous Delivery atau CICD). Di banyak kasus, investasi dalam alat CICD masih dianggap kurang prioritas oleh manajemen, yang menyebabkan hingga 30% bug dan kesalahan integrasi dalam tahap awal proyek, seperti yang dilaporkan dalam proyek agile besar di industri kedirgantaraan. Tantangan ini menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung transisi ke agile di industri ini.

Di sisi organisasi, banyak perusahaan besar yang terbiasa dengan metode manajemen proyek tradisional mengalami kesulitan untuk beralih. Menurut penelitian, hanya sekitar 20% perusahaan di industri kritis keselamatan yang berhasil mengadopsi agile tanpa menghadapi masalah yang signifikan. Kurangnya komitmen manajemen juga berperan besar, di mana keputusan tim agile sering kali dibatalkan oleh pimpinan yang masih menggunakan pendekatan top-down tradisional. Hal ini tidak hanya mengurangi moral tim, tetapi juga memperlambat kemajuan proyek.

Terakhir, tantangan regulasi adalah faktor terbesar yang membatasi implementasi penuh agile di sektor-sektor ini. Industri kedirgantaraan, misalnya, memiliki persyaratan dokumentasi dan audit yang ketat, yang sering kali bertentangan dengan prinsip agile yang meminimalkan dokumentasi untuk meningkatkan fleksibilitas. Dalam studi ini, ditemukan bahwa sekitar 40% waktu proyek habis hanya untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan, membuat kecepatan yang biasanya dijanjikan oleh agile menjadi tidak realistis dalam konteks ini.

***

Dalam menghadapi tantangan yang signifikan ini, penelitian oleh Hllmann, Kimathi, dan Weritz (2024) menawarkan beberapa solusi praktis. Salah satunya adalah mengadopsi pendekatan hybrid yang menggabungkan elemen-elemen terbaik dari agile dan metode manajemen proyek tradisional. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk tetap fleksibel dalam pengembangan produk, sambil mematuhi persyaratan regulasi yang ketat. Selain itu, investasi dalam pelatihan dan infrastruktur untuk mendukung metode seperti CICD juga sangat diperlukan. Dengan memperbaiki pemahaman tentang agile di tingkat manajemen dan memastikan karyawan memiliki keterampilan yang memadai, perusahaan dapat mengurangi resistensi terhadap perubahan dan meningkatkan efisiensi tim.

Pada akhirnya, penerapan agile dalam industri kritis keselamatan tidak bisa diadopsi secara langsung seperti di sektor lain. Tantangan yang ada, terutama dari sisi regulasi dan budaya organisasi, membutuhkan penyesuaian yang matang. Namun, dengan pendekatan yang hati-hati dan terukur, serta dukungan penuh dari manajemen, agile tetap memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat yang signifikan, bahkan di industri yang sangat diatur dan berisiko tinggi seperti kedirgantaraan dan farmasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun