Mohon tunggu...
Putri NabilaRamadhani
Putri NabilaRamadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi upn veteran yogyakarta

mahasiswi yang slalu mengedepankan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Mimpiku Berlabuh di Public Relations

26 Oktober 2023   20:32 Diperbarui: 26 Oktober 2023   20:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini dan sepuluh tahun lalu, tepat ketika usiaku menginjak delapan tahun, mimpi itu mulai memenuhi kepalaku. Bercita-cita menjadi seorang wanita yang memakai seragam putih lengkap dengan stetoskop yang menggantung indah di leher. Mengatakan ini berpuluh kali kepada ayah ibu dan selalu respon hangat nan menyenangkan yang aku dapatkan. Giat belajar agar mimpi itu bisa segera terwujud, meyakinkan diri bahwa mimpi itu akan bisa aku gapai. Semangat dan dukungan dari orang tua juga menjadi alasan utama untuk belajar semaksimal mungkin agar bisa mengemban profesi dokter. Ya, aku bercita-cita menjadi seorang dokter. Profesi dokter dipikiranku saat itu adalah profesi yang menyenangkan karena bisa mengobati orang lain, mengabdi pada masyarakat dan mungkin saja akan dikenal banyak orang. Saat memasuki masa SMP semangatku untuk menjadi seorang dokter semakin menggebu-gebu. Aku tertarik dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, mulai mempelajari tentang anatomi tubuh manusia, organ-organ bagian dalam manusia, hingga beberapa penyakit yang diderita manusia. Disisi lain aku juga menyukai mata pelajaran Bahasa Indonesia karena menurutku sangat menyenangkan. Aku suka menulis, merangkai kata dan satu lagi, aku juga suka berbicara di depan banyak orang. Untuk menunjang prestasiku, aku sering mengikuti beberapa lomba, seperti lomba pidato, membaca puisi dan juga lomba menulis artikel sederhana. Pada bidang ilmu pengetahuan alam aku juga mengikuti beberapa perlombaan yang diadakan di tingkat sekolah ataupun di tingkat kabupaten. Saat akan memasuki masa putih abu-abu atau masa SMA aku memutuskan untuk mengambil jurusan ilmu pengetahuan alam, karena ini jalan agar mimpiku untuk mengemban profesi dokter bisa terwujud. Orang tuaku juga menyarankan agar aku memilih jurusan ini dengan pertimbangan peluang untuk memilih jurusan dibangku kuliah akan sangat banyak. Di tahun pertama sekolah aku jalani dengan menatap layar gadget setiap hari, ini karena dampak wabah yang sedang mendunia dan menyebar di Indonesia. Namun aku sangat menikmati rutinitas ini karena aku mampu belajar mandiri untuk memperoleh nilai yang bagus. Semangatku untuk mewujudkan mimpi membuat aku mengesampingkan hal-hal yang rasanya akan memengaruhi prestasiku. Pada tahun kedua aku mulai ragu dengan mimpiku, aku mulai merasa khawatir apakah aku akan mampu menggapai mimpi itu?. Aku merasa sainganku untuk menjadi seorang dokter sangat banyak dan mungkin saja mereka lebih berbakat dan hebat dibanding aku. Disisi lain kemampuan menulis dan public speakingku meningkat. Aku sempat mengikuti lomba penelitian dan sering diminta untuk menjelaskan materi di depan kelas. Puncaknya ketika tahun terakhir di SMA, aku memutuskan untuk mengubur mimpiku. Alasan utamanya adalah aku telah menemukan passionku. Minat dan bakatku ternyata tidak sejalan dengan mimpi itu. Aku juga meminta saran kepada orang tua, guru, dan juga beberapa temanku. Dan mereka mengatakan aku harus memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatku. Aku mulai riset beberapa jurusan yang sekiranya akan cocok dengan passion yang aku punya. Akhirnya pilihanku jatuh pada program studi Hubungan Masyarakat karena setelah melihat mata kuliah sekaligus prospek kerjanya aku tertarik dengan program studi ini. Aku memilih Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta karena Yogyakarta adalah salah satu wishlist yang harus aku wujudkan. Ternyata setelah menjalani hampir tiga bulan menjadi bagian dari keluarga besar program studi Hubungan Masyarakat di UPNYK aku merasakan atmosfer baru yang luar biasa. Aku merasa telah menjadi diriku sendiri, aku mampu beradaptasi dengan mata kuliah yang ada, walau kadang beberapa kali menangis karena tugas, tapi aku benar-benar menikmati ini. Aku juga merasakan berada di lingkungan yang tepat, teman sekelas yang baik, senior yang amat ramah, dan dosen yang hebat. Disini, di prodi Hubungan Masyarakat UPNVY aku merasa semua aku dirayakan, aku bebas menjadi diriku sendiri, bebas mengeluarkan pendapat tanpa takut dihakimi, dan juga bisa menjalani hari-hariku dengan bahagia. Saat menjalani perkuliahan di program studi Hubungan Masyarakat ini aku juga mendapatkan banyak sekali pengalaman yang berharga. Melalui tujuh nilai kehumasan yang dijelaskan saat kegiatan dwi jamas, aku mengerti akan makna kekeluargaan dan persatuan. I found a new family, disini aku tidak pernah merasa sendiri karena dikelilingi orang-orang baik yang menjadi keluarga baruku. Nilai-nilai kehumasan ini semakin aku rasakan ketika mengikuti tri kapura beberapa minggu yang lalu, bondingnya sangat luar biasa dan aku tidak merasa sedang melaksanakan ospek, tetapi seperti holiday yang menyenangkan karena semua kegiatannya benar-benar seru. Harapanku kedepannya semoga berada di prodi ini menjadi bagian dari perjuanganku menuju sukses dan saksi bisu kehecticanku dalam merangkai kata dan fakta menjadi sebuah kertas yang berharga. Teruntuk keluarga besar prodi Hubungan masyarakat UPNVY semoga betah menjadi bagian dari prodi ini dan bisa membangun prodi ini lebih baik lagi kedepannya. Jika ditanya apakah aku menyesal memilih jalan ini? Jawabannya, tidak. Walaupun ini keputusan terberat yang pernah aku jalani hingga usiaku delapan belas tahun, bahkan ketika kalimat ini kuketik, air mata terus saja menganak sungai. Bukan, ini bukanlah air mata penyesalan dan kesedihan, tetapi ini adalah air mata keikhlasan serta ungkapan bahagiaku. Karena ini jalan hidup yang diskenariokan Tuhan untukku, juga jalan hidup yang aku pilih. Percayalah, kamu akan merasakan kepuasan yang luar biasa ketika kamu melakukan hal yang sesuai dengan passion, minat, serta bakatmu. Pun ketika kamu ikhlas melepas mimpi yang ternyata tidak ditakdirkan untukmu. Akan kujalani apa yang telah aku mulai dengan sepenuh hati. Terimakasih Tuhan, skenario-Mu yang paling indah. Pada akhirnya aku berdiri disini, diantara ribuan mahasiswa berpakaian hijau tua. Menggenggam harapan orang tuaku, memikul tanggung jawab baruku dan bagian terpentingnya, melabuhkan mimpiku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun