"Artikel ini saya dedikasikan untuk seluruh caregiver diseluruh dunia yang sudah berjuang memberikan yang terbaik"
Pembukaan
Istilah caregiver di Indonesia masih cukup asing di dengar, banyak orang masih belum memahami definisinya tapi kadang sudah melakukan pekerjaanya. Caregiver atau lebih umum disebet dengan perawat, merupakan seorang profesioanl maupun non profesional yang bertugas merawat fisik, mental, dan emosional pasien. Pasien yang dirawat beragam, mulai dari dementia, gangguan mental,  disabilitas, dan banyak lainnya. Caregiver bisa berasal dari profesionl yang terlatif, ada pula yang dari keluarga dekat.
Kebanyakan caregiver berasal dari keluarga dekat, yang dengan suka rela merawat orang terkasihnya. Merawat pasien dengan penyakit tertentu tidaklah mudah, dementia contohnya, bisanya penyakit ini tidak berdiri sendiri pasti ada penyakit penyerta lainya. Keterbatasan fisik, perubahan emosi dari pasien merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh caregiver. Tak khayal banyak caregiver yang merasa tertekan bahkan mengalami gangguan stres selama merawat.
Minimnya keterampilan dan keterbatasan dari pasien membuat tugas ini semakin berat untuk dilakukan. Bukan hanya tenaga yang akan terkuras melainkan emosional dari perawat juga akan di uji. Dibutuhkan kesabaran seluas samudra dan dedikasi tinggi untuk menjalankan tugas ini. Sedihnya lagi tugas ini seolah tak berujung, terus menerus tanpa ada hari libur.
Pada beberapa kasus caregiver harus merelakan waktu tidurnya untuk bersiaga dan berjaga. Selain itu kemampuan finansial dari caregiverpun turut di uji, pasalnya beberapa perawatan terbilang cukup mahal. Apalagi adanya pembatasan klaim asuransi dan administrasi yang cukup ruwet akan memperparah keadaan para caregiver. Tak jarang para caregiver pada akhinya malah membutuhkan perawatan, baik perawatan medis maupun mentalnya.
Support Sistem Yang Perlu Diperlukan
Di beberapa negara seperti Amerika sengaja membuat pelatihan dan pendampingan khusus bagi para caregiver. Ada komunitas-komunitas yang di awasi pemerintah guna membantu para caregiver. Beberapa rumah panti jompo juga dilengkapi dengan tenaga terlatih sehingga penangana pasien bisa maksimal. Desain di beberapa fasilitas umum turut di sesuaikan dengan kebutuhan pasien, hal ini memudahkan para caregiver untuk memobilitas pasien.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, jujur kita harus mengakui kita belum banyak persiapan. Pelatihan bagi para caregiver juga masih sangat jarang. Pendampingan mental para caregiver juga belum umum terdengar, sehingga caregiver berusaha untuk bertahan dengan kemampuanya sendiri. Komunitas-komunitas pendukung caregiver juga masih minim, dan cederung bergerak atas kesadaran masyarakat bukan program pemerintah.
Desain beberapa tempat umumpun masih belum ramah terhadap para pasien disabilitas. Jika ada penggunaanya masih belum maksimal, kesadaran masyarakat yang kurang tutut serta memperparah keadaan. Ambil contoh kursi prioriats, masih sering kita menjumpai orang yang sehat bugar menggunakan kursi itu. Padahal kursi itu dikususkan untuk mereka yang membutuhkan. Bahkan beberapa fasilitas cenderung dirusak atau dicuri, padahal pengadaanya tidaklah murah.
Jika terus begini maka dipastikan beban negara akan semakin berat, pasalnya biaya yang harus dikeluargan untuk kesehatan pasien tidak murah. Supoort sistem memiliki peran penting bagi para caregiver dan pasien.