Sekujur tubuhnya lemas, kakinya sudah tidak mampu menahan tubuhnya, kejadian yang begitu tiba-tiba. Saat itu dia hanya tau bahwa ibu dan ayahnya akan mengantar adiknya untuk terapi. Ada dokter hebat katanya yang bisa menyembuhkan anak autis, tapi buka kesembuhan yang didapat malah kematian. Mobil ayah mengalami kecelakaan, kabarnya ayah hilang kendali karena adik mengamuk di tengah jalan. Ayah dan ibu meninggal di tempat sedangkan adiknya tidak mengalami luka sedikitpun, padahal mobilnya hancur.
Nia melihat adiknya penuh benci, dia merasa sungguh tidak adil, kenapa Ari bisa baik-baik saja. Sementara Ari, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, dia hanya terus-menerus memanggil nama ibu.
" Diam ibu sudah mati" ucap Nia berteriak pada Ari.
Ari sejak awal memang tidak terlalu akur dengan Nia, sehingga saat ditenangkan oleh Niapun dia tidak mau menurut. Bukanya diam Ari malah menangis dengan keras, meskipun dia sudah berusia 10 tahun tapi kelakuanya sama seperti bocah 5 tahun.
" Ayii mau ibu....ibuuuu...buuuu...bubu" rengek Ari.
" DIAM...." Bentak Nia pada Ari.
Mendengar teriakan Nia, Ari semakin manangis dengan kencang, sampai ada pak Shomad supir kantor ayah menghampiri mereka.
" Ari ikut pak Mad beli jelly yuk" ucap pak Shomad.
Tanpa pikir panjang Ari langsung diam dan mengikuti pak Shomad. Nia tertunduk lemas menunggu jenazah di proses. Malam harinya Om dari Singapura datang, semua urusan dengan administrasi diselesaikan malam itu dan jenazah dimakamkan malam itu juga.
" Nia mau seperti apa kedepan, Om tidak bisa terus di Indonesia, Nia dan Ari ikut dengan Om saja di Singapura".
" Nia masih belum bisa mikir om, 2 bulan lagi Nia juga ujian" jawab Nia sambil menutup pintu kamarnya.