Mohon tunggu...
Mustika PutriMillenia
Mustika PutriMillenia Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Jember

Mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota NIM 181910501022

Selanjutnya

Tutup

Nature

Peran Perencanaan dalam Memanfaatkan Siklus dan Sumber Energi untuk Mengurangi Degradasi Lingkungan

8 Desember 2019   19:36 Diperbarui: 8 Desember 2019   20:02 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di dalam sebuah perencanaan wilayah untuk memanfaatkan siklus dan sumber energi dengan melakukan berbagai cara seperti "Daur Ulang" yang merupakan suatu proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencehag adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan dan berguna, selain itu bisa mengurangi bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur Ulang juga merupakan suatu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan prosuk atau material bekas pakai. Dengan menggunakan "Daur Ulang" selain bermanfaat bagi masyarakat juga dapat mengurangi keusakan pada lingkungan dan degradasi lingkungan. Selain itu, untuk merencanakan suatu wilayah menemukan sebuah solusi untuk permasalahan pengolahan pada lingkungan yang diakibatkan oleh sampah, permasalahan desain harus berasal dari lingkungan yang dimana bangunan itu dibangun dan memanfaatkan potensi dan sumber daya lingkungan untuk mengatasi setiap persoalan di desain. Serta pemahaman atas masyarakat lokal, terutama aspek sosial-budayanya juga memberikan andil dalam pengambilan keputusan dalam sebuah desain, dengan memahami hal tersebut maka dapat mendesain lngkungan binaan tanpa menimbulkan kerusakan alam maupun kerusakan manusia. Arsitektur merupakan bagian dari alam. Untuk itu, setiap ingin merencanakan atau mendesain mampu menjaga kelangsungan hidup setiap pada unsur ekosistem yang ada di dalamnya sehingga tidak akan membuat atau merusak lingkungan.

Di Era globalisasi sekarang, banyak perancangan bangunan yang tidak memerhatikan keselarasan bangunan antara dengan alam dan lingkungan sekitar seperti contohnya dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, penggunaan material dan teknologi yang tidak ramah terhadap lingkungan dan alam. Oleh karena itu, perancangan pada suatu wilayah dan perancangan pada bangunan menggunakan konsep ekologis, konversi sampah menjadi energi alternatif, dan memanfaatkan sampah menjadi sumber energi listrik. Seperti contoh studi kasus di Desa Ngibikan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, wilayah tersebut adalah wilayah paska bencana. Biasanya hunian paska bencana di desaign yang hanya mempertimbangkan kecepatan konstruksi dan efisiensi biaya pembangunan dengan kurang memerhatikan kekhasan budaya lokal, kondisi lingkungan suatu kawasan. Jika hal itu dibiarkan terjadi terus menerus, maka arsitektur lokal yang merupakan suatu wadah masyarakat lokal dari budaya lokal daerah itu dan bentuk respon masyarakat terhadap kondisi lingkungan sekitar secara perlahan akan terancam hilang bersamaan dengan adanya bencana, yang kemudia akan tergantikan dengan bentuk-bentuk hunian yang hamper seragam disemua tempat.

Dengan mengetahui penerapan kosep ekologis hunian paska bencana di Desa Ngibikan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada perancangan hunian paska bencana ini, dapat merencanakan suatu wilayah dan hunian tidak hanya mengedepankan kecepatan pembangunan dan efisiensi biaya saja, namun juga memelihara keberlangsungan arsitektur lokal serta responsive terhadap lingkungan dimana bangunan tersebut berdiri. Konsep ekologi ini merupakan konsep penataan lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan memanfaatkan barang yang ada di sekitar baikpun itu sampah lalu diubah atau dimanfaatkan menjadi sumber energi.

Wilayah paska bencana biasanya banyak sampah yang menumpuk misalnya paska bencana banjir banyak sampah yang menumpuk dari luapan air sungai yang disertai banyaknya sampah, paska bencana tanah longsor juga banyak sampah yang berasal dari puing-puing rumah, paska bencana tsunami juga banyak sekali sampah yang menumpuk karena luapan air yang didapat lebih besar daripada bencana banjir. Bencana tsunami selain sampah-sampah dari puing-puing bangunan sampah yang didapat berasal laut. Dari semua jenis sampah yang ada sampah yang berasal dari plastik ternyata jumlahnya cukup banyak dan besar. Sumber energi selama ini yang banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat berasal dari fosil, baik dari batubara maupun minyak bumi. Sumber energi ini memiliki jumlah yang terbatas sehingga jika digunakan terus menerus akan semakin menipis,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun