kuliah daring ini berdasarkan surat edaran dari Mendikbud tentang pembelajaran daring selama pandemi dalam rangka mencegah penyebaran virus Covid-19.
Selama hampir dua tahun, pandemi Covid-19 masih melanda Indonesia hingga saat ini. Hal tersebut memberikan banyak dampak dan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya berdampak besar terhadap pendidikan di perguruan tinggi di Indonesia. Dimana yang pada mulanya perkuliahan berlangsung secara konvensional (tatap muka) kini harus bertransformasi menjadi perkuliahan yang dilakukan secara daring. Situasi pandemi ini memang memaksa penerapan sistem pembelajaran secara daring dilakukan agar perkuliahan tetap berjalan. Dilakukannya perkuliahan daring di Indonesia merupakan suatu hal yang baru diterapkan secara serempak. KebijakanDalam pelaksanaan kuliah daring ini pastinya terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, sehingga hal tersebut menimbulkan problematika baru. Menurut hasil penelitian tim Litbang LPM Kompen mengenai kendala dalam pelaksanaan pembelajaran daring, terdapat 57,26% responden menyatakan mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan materi yang disampaikan oleh dosen. Diikuti keluhan lainnya seperti kesulitan mencari referensi jawaban, dosen yang tidak responsif, koneksi jaringan yang tidak stabil, tugas yang diberikan begitu banyak dan jarang dijelaskan, serta waktu pembelajaran yang dirasa sangat singkat.
Dalam pembelajaran daring, materi perkuliahan pastinya dituntut untuk tersampaikan dengan baik layaknya kuliah offline atau tatap muka. Sehingga kemampuan dan kreativitas para dosen dalam menyampaikan materi adalah salah satu tuntutan terbesar dalam sistem perkuliahan daring atau jarak jauh ini. Namun, pada kenyataannya masih banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dijelaskan oleh dosen. Terlebih jika dosen hanya memberikan materi berupa modul atau powerpoint tanpa penjelasan materi secara detail. Selain itu, kurangnya kesempatan untuk berdiskusi secara langsung dan bebas dengan dosen karena keterbatasan fitur dan kualitas jaringan internet dan kurang lancarnya komunikasi antara dosen dengan mahasiswa. Keterbatasan yang ada mengenai kelengkapan materi dan bahan ajar turut menyumbang kesulitan yang ada ketika mahasiswa berusaha memahami materi pelajaran yang diberikan. Mahasiswa dituntut untuk belajar secara mandiri, sedangkan bahan ajar/modul yang diberikan oleh dosen banyak yang dianggap sulit untuk dipahami. Para mahasiswa seringkali mengalami kebuntuan ketika mempelajari topik perkuliahan karena penjelasan yang diberikan dosen tidak mudah dipahami, serta terbatas dalam penyampaiannya. Untuk mengatasi kendala dalam memahami materi perkuliahan tersebut, Â biasanya para mahasiswa membuka website atau youtube yang memiliki penjelasan mengenai topik yang mereka pelajari. Dengan demikian mereka bisa memahami dari penjelasan orang lain selain dosen mereka. Hal ini dianggap sebagai salah satu kendala dan kekurangan dalam pembelajaran daring yang mereka ikuti.
Jadi, yang mahasiswa keluhkan adalah kendala layanan pembelajaran yang diberikan dosen kepada mereka. Pelayanan pembelajaran dari para dosen dirasa kurang maksimal. Kebanyakan dosen hanya memberikan daftar hadir untuk diisi, kemudian membagikan bahan ajar/modul. Lalu menyuruh para mahasiswa untuk belajar sendiri, kemudian diberikan tugas untuk dikerjakan. Â Kondisi ini semestinya menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran secara daring. Sebagai seorang pendidik, dosen seharusnya lebih proaktif untuk mengimbangi mahasiswanya. Dosen harus siap menyampaikan materi dengan metode pembelajaran yang lebih efektif, inovatif serta kreatif sehingga materi pembelajaran tersampaikan dengan baik dan mudah dipahami oleh para mahasiswa.
Kondisi saat ini sangat memberi beban pada mahasiswa dan membuat pengalaman perkuliahan menjadi sesuatu yang membosankan dan melelahkan, bahkan dapat mencapai titik jenuh dan berdampak pada tidak berkualitasnya pendidikan yang diperoleh. Mahasiswa terengah-engah mengikuti proses pembelajaran. Dalam sekejap tugas menumpuk. Mereka dituntut bertransformasi menjadi pembelajar mandiri. Hal ini didasari oleh kegagapan para pengajar yang tidak memiliki keahlian khusus dalam bidang ini atau tidak adanya keseriusan dari pihak universitas atau fakultas dalam menyikapi dan memaksimalkan perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan. Hal ini menjadi nyata ketika dunia pendidikan menghadapi situasi pandemi.Â
Masih banyak lembaga pendidikan yang tidak siap dalam menerapkan sistem pembelajaran secara daring. Selain itu pula metode belajar, cara penyampaian materi yang monoton dan membosankan serta bahan ajar yang dosen berikan kepada mahasiswa dirasa kurang efektif dan kurang maksimal dilakukan saat perkuliahan daring. Kebanyakan mahasiswa merasakan kejenuhan dalam proses pembelajaran. Rasanya seperti tidak ada yang dipelajari selama kuliah daring berlangsung. Ini amerupakan reaksi-reaksi spontan yang disampaikan oleh mahasiswa terkait sistem belajar virtual-online atau daring ini. Harusnya komunikasi antara mahasiswa dengan dosen dikemas dengan menarik agar tidak terkesan membosankan dan monoton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H