Mohon tunggu...
Putri Maharani
Putri Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya seorang mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Ingris di STKIP Yapis Dompu

Tetaplah menjadi gelas kosong

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Healing sambil Belajar Kebhinekaan

19 Desember 2022   22:35 Diperbarui: 19 Desember 2022   22:43 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sharring session dengan team pusat PMM (dokpri)

Selain itu kami juga mengunjungi Museum panji, kami melakukan kegiatan Modul Nusantara juga ke Museum panji, Kegiatan dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa/i memahami/mengetahui keragaman budaya Malang Raya dengan tema "Pengamatan sejarah yaitu berbagai jenis topeng, cerita dan peninggalan di era prasejarah, kisah, relief dan pewayangan", kegiatan  itu dibimbing langsung oleh dosen Modul Nusantara Ibu Beti Istanti Suwandayani,S.Pd.,M.Pd. beserta Liaison Officer mbak RR Aulia Tiara Candra yang biasa kami sapa dengan mbak Aulia , selain itu kami juga dipertemukan dengan Mbak Ratna selaku edukator di Musemum Panji. Mbak Ratna mengatakan bahwa "kisah Panji merupakan suatu budaya asli masyarakat Jawa yang bisa dilihat di museum panji" ujarnyya. Nilai-nilai kemanusiaan yang ada di dalam kisah-kisah Panji menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Jawa. Sosial budaya yang bisa di ambil antaranya orang-orang yang memakai tekes (topi) adalah panji.  Selain itu salah satu  bentuk visualisasi dari budaya panji adalah bentuk wayang salah satu nya wayang golek menak (surat/naskah) yang biasanya dipake untuk syiar agama islam dengan tokoh yang namanya amir hamzah. Wayang tengger, tengger merupakan suku di gunung bromo biasanya setahun sekali suku ini mengadakan  upacara keagamaan yang namanya kasodo, pada saat acara tersebut wayang tengger dimainkan. Selain wayang di museum panji juga kita bisa melihat berbagai benda masalalu seperti permainan tradisional dan berbagai peralatan dapur. Di museum panji juga kita dapat melihat batu bata yan memiliki karakter, karakter tersebut kadang-kadang menunjukan rumah siapa contohnya seperti rumah ketua akan menggunakan batu bata berkarakter. Pada jaman kerajaan majapahit orang-orang sudah menenal menabung, biasanya mereka mengunakan celengan babi, karena celeng berarti menabung.

Selain itu kami juga berkunjung ke Gunung Bromo yang bisa dikatakan ikon nya masyarakat Jawa, kami dijemput oleh Tour Guide di Rusunawa jam 01.00 WIB kemudian kami diberikan arahan tetang kegiatan apa saja yang akan kami lakukan di Bromo. Setelah itu kami melakukan perjalanan ke Transit Point selama satu jam untuk berganti Shuttle Jeep, kemudian kami melakukan perjalanan ke Bukit Penanjakan Gunung Bromo untuk menikmati Sunrise dan panorama Bromo dari atas. Sepanjang perjalanan kami melewati jalanan yang bisa dikatakan ekstrim tapi karena kami menggunakan jeep jadi tidak terlalu menegangkan. Setelah sampai di bukit penanjakan gunung Bromo Memang tidak bisa dipungkiri pemandangan sunrise di gunung bromo sangatlah indah walaupun suhu disana sangat dingin tetapi terbayar lunas oleh suguhan sunrise yang sangat indah, tidak lupa kami juga mengabadikan momen dengan selfie dan foto bersama.

Setelah dari bukit penanjakan gunung bromo kami berpindah lokasi menuju pasir berbisik untuk berfoto-foto, kemudian kami juga berkunjung ke Kawah Bromo, karena jarak untuk sampai di puncak kawah bromo sangat tinggi beberapa dari mahasiswa PMM menggunakan jasa kuda atau menunggangi kuda dengan bayaran mulai dari 150.000. setelah dari kawah bromo kami berpindah lagi ke savana bukit telletubies disana kami melakukan diskusi bertema "Eksplorasi Etnis dan Tradisi Masyarakat Tengger" kegiatan ini untuk Pengenalan profil budaya masyarakat tengger, adapun aktivitas mahasiswa, yaitu dialog dengan pegiat budaya masyarakat tengger. Suku Tengger adalah sebuah suku yang mendiami atau berada di sekitar Gunung Bromo. Metode kegiatan melalui dialog yang didampingi oleh dosen MN dan pegiat budaya masyarakat tengger. Pada kegiatan kali ini kami melakukan dialog dengan salah satu masyarakat suku tengger bapak Subardi, beliau menjelaskan bagaimana kebudayaan masyarakat suku tengger seperti upacara kasodo yang dilakukan dibawah kaki gunung bromo, beliau juga menjelaskan beberapa agama yang ada di suku tengger seperti hindu, budha dan islam tetapi masyarakat disana lebih mendomminasi agama islam, selain itu beliau juga mengatakan bahwa suku tengger identik dengan sarung yang dimana laki-laki selalu menggunakan sarung di leher untuk meminimalisir kedinginan sedangkan perempuan menggunakan sarung yang dipakai di pinggang yang disebut kamben, selain itu kami juga mendapat penjelasan tentang makanan khas seperti Tumpeng dimulai dari kenapa nasi tumpeng dibuat dalam bentuk segitiga, kenapa berwarna kuning dan lain sebagainya, setelah kegiatan itu selesai kami pun kembali ke asrama.

Selain berkunjung ke tempat-tempat yang menarik kami juga melakukan konstribusi sosial untuk masyarakat yang terkena bencana alam,  Mahasiswa melakukan pembangunan posko dapur umum, pendampingan rekontruksi fasiltas umum, penyediaan layanan kesehatan gratis, dan pemberian bantuan sembako dan alas tidur . Pada kegiatan kali ini kami melakukan kegiatan kontribusi sosial ke Desa Lebak Harjo Kecamatan Ampel Gading yang dilakukan selama 3 hari dimulai tanggal 18-20 Oktober 2022, dikegiatan ini kami dibagi menjadi beberapa devisi yaitu devisi konsumsi yang bertugas menyiapkan makanan untuk para relawan kemudian devisi acara yang bertugas untuk menkoordinir kegiatan yang dilakukan seperti trauma healing untuk meniminalisir adanya trauma yang didapatkan oleh anak-anak di desa tersebut, tetapi selama kegiatan tersebut kami melakukan secara kolektif untuk menjaga kebersamaan, disana kami juga membantu masyarakat yang rumahnya terkena longsor dan memberikan bantuan sembako dan alas tidur. Kami juga berkunjung ke Klenteng, kegiatan tersebut bertujuan untuk menganalisis peninggalan bersejarah melalui budaya sejarah "Klenteng Eng An Kiong" kegiatan dilaksanakan dengan metode kegiatan: Observasi dan tanya jawab kepada ahli kunci (Bapak Rudi Phan selaku ketua umum) dan didampingi oleh dosen Modul Nusantara dan LO. Berkunjung ke klenteng atau rumah ibadah ini adalah yang pertama kali saya lakukan selain berkunjung ke masjid, pertama kali masuk ke klenteng kami sudah disodorkan aroma dupa yang dibakar hampir di setiap sudut tempat ibadah itu, kami tidak kaget dengan hal itu karena kami sangat menghargai perbedaan dan tujuan kami melakukan kegiatan itupun untuk menumbuhkan rasa toleransi yang tinggi. Pada kegiatan kali ini kami melakukan observasi atau menganalisis sejarah "Klenteng Eng An Kiong" dimana pada kegiatan ini kami melakukan wawancara dengan bapak Rudi Phan selaku ketua umum, beliau menjelaskan bagaimana sejarah klenteng tersebut. "Klenteng Eng An Kiong ini merupakan kelenteng Tridharma yang digunakan sebagai tempat beribadah bagi tiga kepercayaan yaitu Khonghucu, Budha dan Taoisme. Klenteng ini cenderung diberi warna merah dan kuning. Merah memiliki makna kehidupan, kebahagiaan dan keberanian sedangkan warna kuning memiliki makna keagungan" ujar pak rudi.

Dari program ini memberikan banyak manfaat yang saya dapatkan banyak teman baru yang saya dapatkan dari daerah yang berbeda-beda, dengan kegiatan ini kita bisa saling bertukar pikiran dan saling bertukar budaya lebih-lebih meningkatkan rasa toleransi ketika bertemu dengan orang  baru. Di kegiatan modul nusantara banyak tempat-tempat sejarah yang kita kunjungi khususnya di kota malang, hal tersebut tentu menambah wawasan saya tentang keberagaman budaya yang ada di indonesia.

BERTUKAR SEMENTARA, BERMAKNA SELAMANYA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun