Dengan laju pembangunan yang pesat tentunya dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam berbagai faktor seperti ekonomi, sosial, pariwisata dan lain-lain, yang dapat memicu munculnya lembaga perencanaan non tata guna lahan dan memicu munculnya aglomerasi yang terdapat permukiman kumuh dan hal ini juga akan berdampak langsung pada permasalahan bencana lingkungan salah satunya banjir. Banjir dapat didefinisikan sebagai "pembuangan atau kegagalan dalam batas-batas yang wajar, misalnya, akumulasi uap, danau, laut atau air karena hujan deras karena kapasitas drainase yang tidak mencukupi atau berlebihan, atau pencairan salju, pecahnya bendungan atau bendungan yang mempengaruhi daerah tersebut. "menurut (Douben dan Ratnayake 2005).
Banjir juga dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, antara lain kerusakan tempat tinggal (bangunan), perekonomian daerah dan lingkungan suatu wilayah, kerusakan infrastruktur bahka kematian.(Dalam Baldassarre 2012). Bencana banjir tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia yang merupakan negara tropis yang terkena dampak dari bencana ini, karena bencana banjir hampir sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang sangat rentan terhadap banjir. Hingga Maret 2015, terdapat 191 masalah banjir yang tersebar di seluruh Indonesia. Bencana ini menyebabkan kematian 12 orang, 2 orang luka-luka dan lebih dari 400.000 penduduk menderita dan harus mengungsi untuk sementara waktu dan lebih dari 90.000 rumah terendam banjir dan rusak. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 2015).
Kota Palembang merupakan salah satu kota di Indonesia yang menjadi masalah utama yang sering dilanda banjir. Seperti halnya kota-kota besar di Indonesia, berbagai upaya jelas telah dilakukan untuk mengatasi masalah banjir yang terus melanda berbagai kota di Palembang. Namun demikian, tidak semua upaya tersebut membuahkan hasil karena sejauh ini masih ada daerah yang masih sering terkena banjir.Salah satu daerah yang berpotensi terkena dampak banjir di Palembang terletak di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang. Mengambil salah satu kawasan pemukiman di Kecamatan Ilir Barat I. Lokasi pengamatan ini berada di sekitar pemukiman yang berada di kawasan yang berbatasan dengan Bukit Siguntang, tepatnya di Jalan Darmapala Lorong Bukit Permata, Desa Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. tempat terdapat permukiman yang berdiri di atas rawa-rawa air yang kurang terintegrasi dan berorientasi ruang serta terdapat permasalahan lingkungan yang baik di sekitar permukiman, sehingga kondisi lingkungan pada permukiman tersebut kurang baik sehingga menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan seperti banjir.
Oleh karena itu, berdasarkan kondisi yang ada, dokumen ini bertujuan untuk mengkaji penyebab bencana alam yang sering terjadi di permukiman kumuh Jalan Darmapala Lorong Bukit Permata, Desa Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari melakukan observasi lingkungan di kawasan pemukiman dan mengkaji beberapa studi kepustakaan yang berkaitan dengan tentang masalah bencana terkait banjir Pembangunan perumahan dan lingkungan yang kurang terintegrasi dan tidak terintegrasi. Kawasan pemukiman Bukit Lama cenderung mengalami kerusakan lingkungan yang menjadikan kawasan tersebut kumuh. Dengan adanya aspek-aspek yang dapat menyebabkan banjir di sekitar Bukit Lama dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dan instansi terkait agar pengelolaan pengendalian banjir lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H