Fajar Bustomi merupakan salah satu sutradara ternama di Indonesia. Pria berumur 38 tahun ini telah menggarap lebih dari 17 film sejak memulai kariernya di dunia industri film tanah air.
Awal mula Fajar berkarir di dunia perfilman ia tidak langsung menjadi seorang sutradara melainkan aisten sutradara dalam film Brownies (2005). Waktu itu Fajar bertugas untuk mencatat adegan sekaligus asisten penyunting gambar.
Sejak saat itu, Fajar pun terus belajar mengenai dunia perfilman.
Nama Fajar Bustomi semakin terkenal ketika film Dilan 1990 (2018), Dilan 1991 (2019), Milea: Suara dari Dilan (2020), dan Mariposa (2020) muncul di bioskop. Keempat film tersebut berhasil merebut hati jutaan penonton Indonesia.
Dalam proses pembuatan film, Fajar Bustomi cenderung menggunakan skenario cerita yang sederhana namun kaya akan rasa. Strategi ini ia gunakan agar penonton lebih mudah mengerti dan memahami alur dan makna ceritanya. Alhasil banyak remaja Indonesia yang masih terbayang-bayang saat pertama kali film Dilan 1990 ditayangkan di bioskop.
Fenomena ini dapat dilihat dari kemunculan video atau meme yang mengutip gombalan dari film Dilan 1990.
Keberhasilannya dalam membuat sebuah film tak lepas dari kerja keras dalam melakukan riset. Untuk keperluan naskah cerita, Fajar harus bergaul dengan para anak remaja. Riset ini banyak membantunya dalam membuat sebuah film yang dapat sinkron dengan remaja masa kini.
Alhasil film-filmnya yang bertemakan tentang remaja sangat mencerminkan kehidupan para remaja saat ini khususnya yang berada di bangku SMA. Â
Terlihat dalam proses pembuatan film, sebagai seorang sutradara Fajar Bustomi lebih mengutamakan alur dan makna cerita dalam sebuah film ketimbang teknis dalam memproduksi film tersebut. Sebagai pemegang peran penting dalam keberhasilan sebuah film, Fajar Bustomi memenuhi tiga konsep dasar dalam teori auteur.Â
Daftar Pustaka