Mohon tunggu...
Aulia Zahro
Aulia Zahro Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang biasa yang ingin menjadi luar biasa dalam berkarya

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mimpi dalam Dimensi

10 Maret 2012   04:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:16 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malas rasanya hendak bangun usai melaksanakan sholat subuh, aku baringkan kembali tubuhku di tempat tidur, tidak terbiasa tidur sehabis subuh membuatku sulit memejamkan mata, setelah beberapa waktu mencoba, akhirnya aku seperti tertidur, namun, dalam tidur itu aku mendengar semua kegiatan di rumah, termasuk kegiatan ibu yang sedang memasak di dapur dan bapak yang mau mandi.

Perasaan malas masih menggelayut, walaupun di dunia nyata orang melihatku sudah tertidur pulas, namun secara sadar aku belum tidur, di alam itu, entah aku harus menyebutnya dengan alam apa, sungguh tak pantas jika aku menyebutnya alam mimpi karena aku merasa bisa berkomunikasi dengan suamiku, bahkan setelah mendengar ibu memasak, aku juga sempat membantunya menggoreng ikan sampai menjemur pakaian.

Usai menyelesaikan tugasku, aku berbaring kembali di tempat tidur hingga pulas, dalam tidur itu aku menyadari suamiku masuk ke dalam kamar, aku bisa bicara padanya, namun aku begitu kesulitan membuka mataku. Kukatakan pada suamiku, “Bagaimana kau melihat posisiku saat ini, apakah aku sedang tertidur? Apakah kau mendengar suaraku? Apakah kau melihatku sudah bangun? Oh, aku tidak bisa membuka mataku.”

Walaupun orang melihatku tertidur, perasaanku hanya tidak bisa membuka mata, aku berusaha berkomunikasi dengan siapapun yang masuk ke kamarku, namun mengapa tiba-tiba kamarku menjadi sangat luas hingga terdapat aquarium di sana, dan aku masih bisa melihat suamiku ikut berbaring di sampingku, di ranjang yang sangat luas itu sehingga kupastikan tetap berkomunikasi padanya dengan mengatakan, “aku tidak tidur, hanya saja tidak bisa membuka mataku.” tak ada jawaban apapun dari suamiku

Hingga dalam mimpi itu aku benar-benar terlelap, aku sadar ketika kudengar suara banyak orang di sekelilingku, oh, ternyata aku tergeletak di pinggir jalan, dan orang-orang itu sama sekali tidak perduli padaku. Aku bangun lantas duduk di antara bebatuan, ternyata hari sudah menjelang malam, bejuta bintang bertaburan di langit sana, tak tertinggal redup rembulan yang hampir purnama, angin berdesir menyuarakan kedamaian, oh, damai sekali negeri itu.

Tiba-tiba sosok perempuan sudah berada di pangkuanku, dan aku mengenalnya sebagai pasanganku, terkadang dia terlihat seperti boneka, tetapi bisa bicara selayaknya manusia. Malam semakin larut, aku masih duduk santai di bibir jalan ketika aku mendengar cekikikan suara kuntilanak di belakangku, dan aku sama sekali tidak takut. Sebaliknya aku juga merasa bisa menakutinya dengan perubahan wajahku.

Malam kian larut, aku merasa lelah hingga aku menuju halaman sebuah rumah yang penuh bebatuan, aku membaringkan tubuh pasanganku di halaman yang tidak rata itu, aku mulai membelainya hingga aku teringat dengan suamiku, aku tersadar kalau saat itu aku sedang bermimpi, aku teriak-teriak minta tolong dibangunkan sambil tanganku memegang tangan seseorang yang sama sekali tidak kukenali. Yah, aku terus saja berteriak, “Bangunkan aku! Bangunkan aku!” yang kulihat tangan itu seperti memberi jarak, memisahkan kami antara satu alam dengan alam yang lain.

Aku sadar ketika suami membangunkanku, katanya mendengar aku teriak, padahal saat itu aku tidak merasakan tidur, sebaliknya aku merasa lelah, aku seperti sudah lama sekali pergi dan melalang buana ke mana-mana walau di dunia nyata kulihat jam masih menunjukan jam tujuh pagi. Alhamdulillah, aku masih bisa bangun. Setidaknya aku masih hidup. Namun, perasaan pagi ini tak mungkin mudah terlupakan, yah, aku merasakan berbagai kejanggalan. Beginikah orang yang mati dalam tidur? Wallohua'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun