Mohon tunggu...
Putri Khairunniswa
Putri Khairunniswa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Putri Khairunniswa adalah mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Menulis adalah hobinya sejak SMP.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bolehkah Aku Bermimpi?

28 Desember 2024   10:52 Diperbarui: 28 Desember 2024   11:18 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penulis & Sumber: Pinterest

Aqeela Nayla Rahma adalah seorang gadis yang tinggal di sebuah desa yang sangat kecil. Aqeela merupakan seorang penulis muda yang sering menghabiskan waktunya berjam-jam dengan buku dan pena dari pada bermain bersama teman-teman nya di luar. Aqeela mempunyai suatu impian yaitu sebagai penulis terkenal dan berhasil menciptakan sebuah novel best seller.

Namun, yang namanya menuju impian pasti tidak akan mudah untuk menggapainya. Aqeela sadar bahwa ia masih kurang pengalaman dan pengetahuan. Maka dari itu, Aqeela selalu belajar dan mencari pengalaman dari Penulis-penulis terkenal. Tak jarang, Aqeela mengirimkan naskah ke berbagai penerbit, namun masih banyak komentar yang diajukan untuknya. Hal ini membuat Aqeela semakin semangat untuk berlatih.

Bukan hanya itu, teman-teman Aqeela selalu menertawakan impian nya, mengejek Aqeela dengan perkataan-perkataan yang menjatuhkan. Suatu ketika, Aqeela merasa sangat frustasi, ia merasakan lelah yang begitu dalam dan ingin menyerah atas impian yang tak kunjung tercapai. Ia sedang duduk di bawah pohon yang ada di Lapangan dekat rumahnya. Ia merobek kertas yang berisi tulisan-tulisannya kemudian ia melemparkan kertas itu secara sembarang. Tanpa ia sadari kertas tersebut mengenai kepala seorang bapak tua. Bapak itu berhenti, dan mengambil kertas tersebut lalu membacanya. Ia melihat ke sana ke mari mencari orang yang melempar kertas tersebut. Lalu, ia mendapati seorang gadis yang tengah merenung. Bapak itu pun langsung menemui Aqeela.

“Halo anak muda, boleh saya duduk di sini?” Sapa Bapak tua itu.

“Silakan Pak.” Sapa Aqeela dengan ramah. “Apakah ini kertas kamu nak?” Tanya Bapak tua itu kepada Aqeela. “Eh, iya Pak, dari mana Bapak dapatkan kertas ini, bukan nya tadi sudah saya buang ya?” Tanya Aqeela dengan penasaran. “Tadi saya dapatkan di situ.” Jawab Pak tua sembari menunjuk ke arah Selatan.

“Kamu suka menulis nak?” Tanya Pak tua dengan serius. “I-iya Pak, saya sangat suka menulis.” Jawab Aqeela dengan tersenyum.

Pak tua itu bernama Bryan Saputra, seseorang yang pernah menjadi editor di salah satu media terkenal. Meskipun sudah pensiunan, beliau masih berminat dengan kepenulisan. Pak Bryan membaca sekali lagi kertas milik Aqeela. “Menurut saya, kamu hanya perlu berlatih dan bimbingan sedikit lagi agar dapat menjadi penulis terkenal.” Ucap Pak Bryan. Seketika mata Aqeela berbinar, ia seperti mendapat sebuah harapan baru setelah keputusasaan nya tadi. Tapi Aqeela sedikit bingung, kenapa Bapak tua ini bisa sangat yakin tentang kemampuannya. Aqeela pun bertanya kepada Pak Bryan. “Bagaimana Bapak bisa sangat yakin Pak?” Tanya Aqeela. “Iya, saya dulu bekerja sebagai editor di media penerbitan. Dan pastinya saya sangat sering membaca setiap naskah penulis-penulis hebat yang masuk setiap harinya.” Jelas Pak Bryan.

Mereka mulai berbincang-bincang perkara kepenulisan, lalu Aqeela menceritakan tentang impiannya yang terhambat karena kesulitan. Pak Bryan mendengarkan cerita Aqeela dengan penuh hikmat. “Menjadi penulis itu, memang tidak mudah. Perlu banyak belajar dan berlatih. Tapi saya yakin, kamu pasti bisa mencapai impian mu.” Ucap Pak Bryan.

Lalu, Pak Bryan menawarkan kepada Aqeela, untuk menjadi pembimbing Aqeela dalam menjemput impiannya. Aqeela dengan senang hati menerima tawaran itu. Hingga Aqeela dan Pak Bryan selalu bertemu untuk belajar dan membahas tentang tulisan Aqeela.

Setelah berbulan-bulan bekerja keras, Aqeela akhirnya menyelesaikan novelnya. Dengan bantuan Pak Bryan, ia mengirimkan naskah itu ke sebuah penerbit besar. Hari-hari berlalu dengan penuh kecemasan, hingga akhirnya ia menerima surat balasan. “Kami sangat terkesan dengan naskah Anda dan ingin menerbitkannya,” tulis surat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun