Mohon tunggu...
Putri Kelanasari
Putri Kelanasari Mohon Tunggu... -

Just Simple.., keep calm every Day :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Harapan dari Kelautan

13 Mei 2014   18:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:33 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hajatan 5 (lima) tahunan Negara ini telah berlalu, kita telah mendapatkan wakil pilihan rakyat (katanya) walaupun di lakukan dengan tipu muslihat, meraka adalah wakil yang mengisi panggung yang penuh tipu daya di senayan sana. Kita banyak berharap pada janji-janji mereka, namun sayang mereka adalah tokoh pengolah kata untuk menipu rakyat jelata.

Sudah lebih dari 6 dasawarsa kita merdeka, tapi tetap belum berdaya menghadapi asing yang mengeksploitasi kekayaan alam kita pada semua sektor yang ada. Para pejabat Negara hanya mengumpulkan harta semata tanpa melihat bahwa rakyat di bawah sana menderita sejadi-jadinya. Kita harus bilang apa??.

Harapan baru datang dari kelautan, dengan potensi kekayaan alam yang begitu nyata di depan mata, kita harus berbuat apa??. Sang empunya pernah berkata bahwa potensi kekayaan laut bisa mencapai 3000 triliun/tahun bila di kelola dengan sebaik-baiknya. Nyatanya saat ini hal itu hanya sebatas kalkulasi angka yang kebenarannya di simpulkan lewat data statistic yang ada.

Duh Gusti, Negara ku ini penuh pesona, kekayaan alamnya ada di setiap jengkal tanah ada, kekayaan lautnya tak terkira, tapi mengapa rakyat di negeriku ini terus saja sengsara, mereka yang miskin meronta-ronta meminta yang seharusnya menjadi haknya dan mereka yang kaya raya tertawa bangga karna berhasil melahap yang bukan haknya.

Duh Gusti, ku ingin pejabat di Negara ini bisa arif dan bijaksana. Menjadi teladan bagi rakyat-rakyat jelata, menjadi panutan para pemuda pemudi bangsa, menjadi semangat bagi generasi yang akan beranjak dewasa. Sungguh indah bukan, jika hal ini bisa menjadi kenyataan.

Oh lautku, tempat moyangku dulu mempertahankan generasi-generasi baru.

Kekinian, dari berbagai sektor harapan ekonomi nasional, kelautan hadir dengan menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif. Kelautan hadir sebagai pemecah masalah, menjadi sebuah penopang keberlanjutan ekonomi Negara kedepannya. Di tengah sektor lain di terpa puting beliung problematika bahaya, sektor kelautan menunjukkan hal apa yang seharusnya di lakukannya.

Konsep pengembangan yang di kembangkan bukanlah sebuah hal yang baru, tapi hal baru yang di motori empunya adalah sikap kerja keras serta konsisten yang di lakukannya menjadi teladan bawahan. Memang sebuah keniscayaan bahwa jika pimpinannya baik maka lingkungan yang di pimpin akan menjadi baik pula. Hal ini terbukti saat ini.

Di tengah situasi nasional saat ini yang begitu gamang paska kompetisi yang di lakukan oleh orang yang rakus harta, sang nahkoda kelautan ini tetap garang dan terdepan menjaga konsistensi bawahan untuk tetap focus pada pekerjaan untuk Negara Indonesia yang di banggakan.

Pantas kiranya kita berharap kepada sektor kelautan untuk menjadi garda terdepan dalam mengelola sumberdaya alam dengan konsep yang relevan untuk pengelolaan kelautan yang berkelanjutan. Pantas kiranya kita berhadap sang nahkota kelautan tetap pada garis kebijakan yang di suarakan dengan segala konsekwensi dan tantang di depan. Pantas kitanya kita mendukung konsep pengelolaan kelautan yang sedang di galakkan untuk kejayaan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Ini adalah bentuk sebuah kritikan untuk kebaikan ke depan, ini adalah sebuah dukungan untuk semua pihak yang sedang menjalankan kebijakan yang menguntungkan serta berkelanjutan, ini adalah suara minor yang selama ini di nina bobokan dengan angan-angan khayalan. Ini adalah sebuah dukungan serta harapan untuk nahkoda kelautan dan perikanan sekarang.

Bangkitlah Kelautan Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun