Kemajuan sains dan teknologi menggiring kita ke babak baru peradaban manusia, dari hari ke hari akan melaju semakin pesat dengan ditunjang oleh adanya teknologi informasi komunikasi yang menjadi sarana dunia pendidikan. Saat ini kita masih berada dalam situasi pandemi Covid-19, teknologi digital membuat aktivitas pendidikan semakin mudah apalagi masih diberlakukannya pembelajaran dari rumah. Hal ini menuntut para peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dan memanfaatkan teknologi digital dengan menerapkan Internet of Thing (IoT). Penggunaan teknologi digital dalam media pembelajaran pada generasi 4.0 ini, akan memudahkan mereka dalam mengasah kreativitas dan kecerdasan. Beragam aplikasi digital dapat mereka unduh pada gadget mereka dengan menggunakan koneksi internet. Hadirnya teknologi digital dalam bentuk gadget memudahkan siapapun dalam mengakses informasi kapan saja dan dimana saja. Teknologi membantu mengubah pola komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi informasi tanpa batas.
Baru baru ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan kerja sama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Association of Academies dan Societies of Sciences in Asia (AASSA), serta Inter Academy Partnership (IAP). Mereka mengadakan sebuah Webinar Internasional bagian kedua sebagai kelanjutan dari Webinar Digital Scholarly Communication (DSC). Webinar yang telah dilaksanakan pada tanggal 28 April 2021 ini bertajuk Access to DSC : Strategies, Aplications, and Impact. Rangkaian acara Webinar Internasional ini diadakan mengingat keprihatinan yang telah meluas dan berkembang mengenai permasalahan DSC yang berkaitan dengan masalah nasional dan regional tertentu.
Dalam Webinar sebelumnya, yang bertajuk Regional Pattern of Digital Scholarly Communication pada tanggal 31 Maret 2021, telah disampaikan oleh Prof. Bambang Brodjonegoro (Menteri Riset & Teknologi/Kepala Badan Riset & Inovasi Nasional) bahwa komunikasi ilmiah merupakan proses para akademisi, cendikiawan, dan peneliti membagikan serta mempublikasikan temuan penelitian mereka sehingga karyanya tersedia untuk komunitas akademis yang lebih luas. Terdapat 4 fungsi utama dari komunikasi ilmiah yaitu Sosialisasi (untuk memudahkan karya ilmiah dan temuannya terakses dan dapat dilihat); Pelestarian (untuk memastikan bahwa karya tersebut terpelihara dan dapat terakses dalam jangka panjang); Sertifikasi (sebagai penetapan validitas temuan); Pendaftaran (sebagai penetapan bahwa perorangan ataupun kelompok telah meneliti pada waktu tertentu sehingga klaim diutamakan). Komunikasi dan publikasi ilmiah di masa depan akan memaksimalkan aksebilitas dan manfaat, sekaligus mempromosikan fleksibilitas dan inovasi juga penelitian berkualitas tinggi beserta integritasnya, serta membangun komunitas dan memfasilitasi evaluasi.
Kemudian dalam webinar kedua ini yang turut menghadirkan Direktur Jenderal Pendidikan tinggi, Prof. Ir. Nizam yang menyampaikan terkait bagaimana seharusnya dalam menciptakan semacam inisiatif terkait kebijakan mengenai keterbukaan sumber daya pendidikan dalam mengakses komunikasi pendidikan digital. Pentingnya sorotan pertumbuhan keterbukaan akses pendidikan dalam menciptakan penggunaan ke ruang aman  untuk mengakses situs pendidikan, misalnya literatur ilmiah. Berdasarkan hal tersebut bapak Nizam menuturkan bahwa akan mendorong sumber daya pendidikan terhadap keterbukaan dan penguasaan teknologi dan informasi. Indonesia saat ini sudah memiliki dua situs guna mengakses literatur ilmiah yaitu SINTA (Science and Technology Index) yang memberikan akses ke kutipan jurnal keahlian lingkup nasional maupun internasional yang terindeks SCOPUS, selanjutnya ada GARUDA (Garda Rujukan Digital) yang mana universitas di indonesia dan berbagai lembaga pendidikan mempublikasikan jurnal mereka ke dalamnya.
Dengan keterbukaan sumber daya pendidikan dalam mengakses komunikasi digital dan penguasaan teknologi akan memungkinkan kepada siswa, mahasiswa, maupun masyarakat dapat memiliki akses yang meluas terhadap literatur ilmiah. Hal ini sangat membantu proses pembelajaran bagi mereka agar lebih variatif dan dapat meningkatkan kreatifitas serta kecerdasan. Penguasaan soft skill atau kemampuan bersifat afektif dan psikomotorik yang memiliki peran sangat penting. Kemampuan seperti critical thinking, problem solving, communication, collaboration, dan creativity atau invention sangatlah dibutuhkan dalam persaingan global saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H