Mohon tunggu...
Putri Iqlima
Putri Iqlima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Sosiologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Hai kenalin namaku Putri Iqlima, biasa dipanggil putri mahasiswa S1 Sosiologi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Teori Simulakra Jean Baudrillard (1929-2007)

15 November 2022   15:22 Diperbarui: 15 November 2022   15:33 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jean Baudrillad lahir dikota kecil Reims Paris 20 Juni 1929 dan meninggal pada 6 Maret 2007. Jean adalah salah satu filsuf postmodern yang sejajar dengan Derrida, Lacan, Michel Foucault. Situasi politik yang terjadi di Aljazair pada 1950-an membuat dampak besar terhadap pendidikannya. Pengalaman sosiologis yang Jean jalani menghasilkan pemikiran yang kritis dalam pengetahuan. Baudrillard menjadi Guru Lycee  pada tahun  1958-1966 yang mengajarkan bahasa Jerman. 

Jean melakukannya sebelum lulus dari perguruan tinggi di bawah bimbingan Mentor Henri Lefebvre. Borriad menanggapi pertanyaan filosofis dengan serius Isu-isu sosial, budaya dan kontemporer. Setelah itu dengan kecerdasannya Jean pada bulan September 1966 ia ditunjuk dan mendapat kepercayaan menjadi assisten oleh Lefebvre. 

Pada tahun 1968 Baudrillad berpartisipasi dalam peristiwa demonstrasi yang sangat besar yang dilakukan oleh mahasiswa. Baudrillad membuat tulisan ilmiah yang berjudul "utopie" yang dijadikan sebagai alat mediasi terhadap kritik budaya teknologi dalam kacamata struktural-Marxis.

Dalam karya berjudul "Simulacra and Simulations" (1985), Jean Baudrillard menyebutkan bahwa masyarakat simulasi salah satu bentuk karakter identitas masyarakat yang selalu kekinian dalam hidupnya yang menderita  dengan sebuah absurditas kode, bentuk model seperti karakter dan simbol memproduksi dan mereproduksi dalam sebuah teori yang disebut simulacrum. 

Dalam simulacrum pada dasarnya tidak ada orang yang keberadaan realitas nyata, tetapi selalu berpikir imajinatif  atau berkhayal dalam melihat realitas di ruang tempat mekanisme simulasi berlangsung.

Dalam konteks perkembangan teknologi maya, mengutip Baudrillard, manusia terjebak dalam ruang realitas yang dianggapnya nyata tetapi sebenarnya semu dan penuh rekayasa. Dalam dunia simulasi, bukan realitas yang menjadi cermin realitas, melainkan model (Baudrillard, 1987). Teknologi, kata Baudrillard tidak lagi sekadar perpanjangan dari tubuh manusia atau sistem saraf. Seperti, memory card, DVD, video games atau internet telah mampu menghasilkan fakta, masalalu dan nostalgia. 

Bahkan hal itu mampu menciptakan realitas baru dengan citra buatan dan menyulap fantasi, ilusi atau halusinasi menjadi kenyataan serta melipat realitas kedalam sebuah memory. Realitas yang dihasilkan teknologi telah mengalahkan realitas yang menjadi model acuan yang baru bagi masyarakat. Jadi teori simulacrum atau "simulakra" merupakan sebentuk instrumen yang mampu merubah hal-hal yang bersifat abstrak menjadi konkret dan begitupula sebaliknya : konkret menjadi abstrak. Teori simulakra berwujud dalam teks, visual (citra) dan peristiwa.

Teori simularca jika dalam wujud peristiwa melalui media musik yang dapat mempengaruhi atau mewakili perasaan seseorang yang sedang dirasakan. Fenomena ini banyak terjadi dikalangan anak muda. 

Contohnya ketika seseorang yang sedang putus cinta yang awalnya seseorang tersebut sudah bisa berdamai dengan keadaan atau sudah dapat dikendalikan dengan baik, namun disuatu tempat atau suasana mendengar musik yang galau, perasaan orang tersebut menjadi menggebu dan langsung teringat semua kenangan bersama mantan pacarnya. 

Selain itu, beberapa anak muda saat ini ketika ingin mengutarakan perasaannya kepada seseorang, bisa hanya dengan mengirimkan sebuah lagu yang dapat mewakili isi dari perasaannya. Seperti yang pernah saya lihat di media sosial mereka sedang menonton konser dengan menuliskan caption "Kukira lagu ternyata kisahku" dan "1% nyanyi 99% masalah ati". Makna dari lagu tersebut sangat dalam sehingga mereka yang mendengarkanpun ikut tersentuh.

Sumber : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun