Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan acara bedah buku pada tanggal 12 Juni 2023 yang berjudul Bedah Buku: "Religiutas Dari Layar Kaca (Potret Program Siaran Religi Di Televisi Indonesia)" karya Alip Yog Kinandar, Harmonis Ph. D, dan juga Dr. Bono Setya. Penyelenggaraan acara bedah buku ini dilakukan secara langsung yang bertempat di Conference Room Lt.1 pukul 13.00 WIB s.d 15.00 WIB.
Pembahasan acara bedah buku ini mengenai bagaimana potret program siaran religi di televisi Indonesia. Bagaimana peran media dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan serta bagaimana pandangan masyarakat terhadap program televisi keagamaan. Acara bedah buku ini dihadiri oleh ketua KPI Pusat, Dosen-dosen, pakar agama, dan mahasiswa/i.
Acara bedah buku ini dimulai dari pembukaan oleh pembawa acara, pembacaan Al-qur'an, menyanyikan lagu kebangsaan & Hymne UIN Sunan Kalijaga, dimoderatori oleh Ibu Krysna Yudy Nusantari, M.Psi, sambutan oleh Ketua KPI Pusat bapak Ubaidillah, sambutan oleh Dr. Mochammad Sodik selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga, pemaparan materi oleh narasumber dan pembahas, sesi Tanya jawab, dan yang terakhir penutup.
Bedah buku memiliki tujuan yaitu untuk menganalisis dan memahami karya tulis dengan lebih mendalam. Dengan memahami isi buku secara lebih mendalam pembaca dapat lebih memahami pesan-pesan dalam buku yang ingin disampaikan oleh penulis. Bedah buku juga memungkinkan terbukanya ruang diskusi di antara pembaca dan dapat memberikan wawasan baru dan sudut pandang yang berbeda.
Sesuai dengan judulnya, buku ini mencoba mendeskripsikan aspek-aspek dari program keagamaan di televisi Indonesia. Pada sesi pertama yang disampaikan oleh Bapak Alip Yog sebagai narasumber, beliau membahas mengenai tiga persoalan yang paling disoroti dibalik layar program religi televisi yaitu komodifikasi agama, komodifikasi tokoh agama, dan komodifikasi khalayak. Yang dimaksud komodifikasi agama ialah ajaran agama di televisi sudah dijadikan konten, maka program televisi akan berpikir apa yang akan disukai oleh khalayak. Lalu ada komodifikasi tokoh agama. Maksudnya tokoh agama ditempatkan sebagai bintang/selebriti.
"Karena sebagai bintang harus dipoles dan sebagainya, ada citra-citra yang dilekatkan," ujar Bapak Alip.
Kemudian komodifikasi khalayak. Maksudnya khalayak dijadikan pasar oleh media. Khalayak lebih berminat dengan acara dakwah yang memiliki pembawaan santai dan tidak terlalu berbobot, maka dari itu khalayak lebih memilih ustadz/ustadzah yang santai atau menghibur. Media itu memiliki pengaruh sosial budaya, program-program religi khususnya saat bulan ramadhan menayangkan budaya-budaya tetapi diselipkan dengan budaya religi.Â
Buku Religiutas Dari Layar Kaca dikemas dengan baik, bahasa yang nyaman dibaca pembaca. Namun masih memiliki beberapa kekurangan seperti salah ketik. Bapak Rendra juga menambahkan bahwa akan menarik jika ada versi agama lain dari buku ini karena Indonesia memiliki beragam agama.Â
Terakhir dari sisi pakar agama oleh bapak Waryani. Disini membahas pergeseran dari agama sebagai media, media sebagai agama. Jika media menjadikan 'agama baru' peran ahli agama akan teruji, maka harus mengembalikan fenomena media sebagai agama.
