Para guru memahami  home learning adalah dengan memberikan tugas-tugas secara online, dan pengumpulannya pun online. Alhasil para siswa dan orang tua mengeluh.  Seiring dengan 14 hari belajar di rumah, ternyata tugas yang harus dikerjakan anak-anak mereka di rumah malah sangat banyak, karena semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh dikerjakan lebih dari 1 jam. Akibatnya, tugas makin menumpuk-numpuk, anak-anak jadi kelelahan.
Kemampuan dan peran guru sebagai fasilitator, harus mampu memfasilitasi segala keterbatasan orangtua dan siswanya. Khususnya orangtua dan siswa dengan keterbatasan fasilitas dasar dalam penerapan metode e-learning, yaitu gadget dan internet. Dan tentu, ini tidak terbatas wilayah teritorial. Artinya guru adalah pribadi yang wajib menguasai kemampuan pedagogi, andragogi, dan komunikasi terbaik. Tidak ada pengecualian, guru di kota, sekolah favorit, sekolah biasa, maupun guru yang berkiprah di desa atau di daerah pelosok.
Selain berdampak pada kegiatan belajar, minimnya komunikasi antara sekolah dan siswa dikhawatirkan memicu siswa keluyuran dan malah bermain saat jam belajar. Pada akhirnya Imbar menginstruksikan guru dan tenaga pendidik mengawasi siswa yang domisilinya masih dekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H