Dalam Ilmu Fisiologi, tersenyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya bibir atau kedua ujungnya, atau di sekitar mata. Kebanyakan orang tersenyum untuk menampilkan kebahagiaan dan rasa senang. Karena terenyum mampu melepaskan Hormon Endorphin dan Serotonin, yaitu hormon pengurang sakit dan hormon yang mengendalikan suasana hati.
Dalam Hadis pun dikatakan bahwa tersenyum adalah sedekah dan pahalanya besar. Tersenyum tidak saja membahagiakan orang lain tetapi juga menjadi jalan kebahagiaan kita.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Senyumanmu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu." (HR. Tirmidzi)
Tersenyum memang tidak muncul dalam pikiran ketika kita berpikir tentang depresi. Tetapi beberapa orang menutupi yang mereka rasakan dengan memasang wajah bahagia dan membuatnya nampak baik-baik saja.
Yang di bayangkan ketika orang yang merasa depresi sebagai seseorang yang tidak bisa berhenti menangis, kelelahan, tidak ingin bersosialisasi, kamu mungkin benar. Kita contohkan, semisal si A sebagai orang yang paling suka bergaul, tidak pernah tersinggung, dan selalu terlihat bahagia juga energik, namun kita tidak tahu kalau si A yang kita kenal menderita Smiling Depression.
Orang yang mengalami Smiling Depression memang mengalami gejala, tetapi mereka menutupi atau menginternalisasi gejalanya sehingga tidak terlihat bagi orang lain.
Bagaimana tanda-tanda smiling depression?
- Merasa baik-baik saja dan tidak butuh bantuan
Khawatir akan merepotkan orang sekitar yang sebenarnya bisa memberikan bantuan yang tak terduga, juga kekhawatiran mendengar kata "Tidak" saat meminta tolong. Kekhawatiran mendapatkan penolakan ini muncul karena berasumsi bahwa orang lain sudah terlalu banyak tanggung jawab.
Memang, rasa tidak enak itu pasti ada. Tapi, jangan pernah sungkan untuk meminta bantuan jika membutuhkan. Karena selain baik untuk diri sendiri, ada banyak orang yang cenderung tidak menghakimi dan senang saat bisa memberikan bantuannya.
- Selalu menyangkal apa yang dirasakan
Menyibukan diri dengan melakukan aktivitas untuk menyangkal perasaanya yang menghantui. Mencoba memfokuskan diri dengan berkutat dengan suatu pekerjaan, tugas, atau hobi, namun pikiran selalu tertuju kepada perasaannya. Karena  itu cara mereka untuk menghindari dari apa yang dirasakan.
- Memiliki gangguan tidur