Mohon tunggu...
Putri Fitria
Putri Fitria Mohon Tunggu... -

~Perempuan Aceh yang datang dari Medan ke Yogyakarta untuk belajar Antropologi di Universitas Gadjah Mada. Penyuka kucing, kopi, dan buku~ http://putrifitria.wordpress.com/\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Oleh-oleh Khas Merapi

14 Januari 2011   08:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:36 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merapi Ashes Bottled, by Anin A Nugroho

[caption id="" align="alignleft" width="313" caption="Merapi Ashes Bottled, by Anin A Nugroho"][/caption]

Runtuhnya Tembok Berlin 20 tahun lalu adalah momen besar dalam sejarah Jerman. Momen ini juga memiliki efek samping dengan menciptakan beberapa peluang yang tidak biasa bagi industri pariwisata mereka. Checkpoint Charlie, kawasan yang dulunya menjadi perbatasan antara Jerman Barat dan Timur, telah berubah menjadi tujuan wisata bagi pengunjung yang tertarik oleh sejarah perang dingin di negara itu. Sisa batu Tembok Berlin yang seukuran dua jari tangan dijual di sana seharga 16-29.50 euro. Batu bata kecil tersebut dijual dalam kantong plastik sederhana.

Sekarang, fenomena yang sama terjadi di Indonesia. Yogyakarta, kota yang berjarak kurang lebih 30 km dari pusat bencana nasional meletusnya Gunung Merapi mulai memproduksi "oleh-oleh Merapi". Botol bening ukuran kecil diisi penuh abu vulkanik dan diberi label menarik dengan gambar gunung Merapi. Harganya jauh lebih murah dari potongan batu tembok Berlin, hanya Rp.10.000.

Ide kreatif ini diprakarsai oleh Agus Budi Setiawan, seorang mahasiswa pascasarjana jurusan Disain Komunikasi Visual di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Mulanya botol-botol berisi abu Merapi ini dia jadikan sebagai hadiah untuk orang-orang yang menyumbangkan uangnya pada aksi-aksi penggalangan dana yang diadakan mahasiswa ISI Yogyakarta. Seperti yang terjadi di pelataran pintu masuk Mal Malioboro pada tanggal 9 Agustus 2010. Agus dan teman-temannya menyuguhkan pertunjukan seni kontemporer menggunakan atribut-atribut yang berkaitan dengan Merapi.

[caption id="" align="alignright" width="372" caption="Agus Performance at Malioboro Mall, by Anin A Nugroho"]

Agus Performance at Malioboro Mall, by Anin A Nugroho
Agus Performance at Malioboro Mall, by Anin A Nugroho
[/caption]

Agus sendiri memvisualkan idenya dengan gerak tubuh yang dramatis sembari membopong replika gunung Merapi di atas pundaknya. Seluruh tubuhnya dibaluri abu vulkanik membuatnya terlihat seperti korban bencana yang baru terkena sapuan awan panas dari Merapi. Alunan dari alat musik tiup dan perkusi yang dimainkan menambah sendu suasana. Para pengunjung Mal Malioboro pun seperti terhipnotis oleh atmosfer drama yang tercipta dari pertunjukan Agus. Tidak sedikit yang kemudian menyumbang, memasukkan uang ke dalam replika gunung yang di sodorkan Agus.

Penggalangan dana mereka lakukan secara berkelanjutan di berbagai tempat. Acara terakhir adalah rangkaian acara bertajuk 'Holy Sale' yang diadakan di lapangan Badminton ISI pada 19-20 november 2010. Total dana yang sudah dikumpulkan dalam 10 hari mencapai 19 juta lebih. Jumlah yang tidak sedikit tentunya, hal ini tercapai tidak terlepas dari peran serta masyarakat di Yogyakarta. "Yogyakarta itu kota yang luar biasa. Orang-orangnya sangat apreasiatif terhadap seni. Saya acung dua jempol," ujar Agus yang baru tinggal menetap dua bulan di kota gudeg ini [caption id="" align="alignleft" width="272" caption="Display at Malioboro Mall, by Anin A Nugroho"]

Display at Malioboro Mall, by Anin A Nugroho
Display at Malioboro Mall, by Anin A Nugroho
[/caption]

Selain disajikan dalam acara-acara penggalangan dana, botol berisi abu Merapi ini juga dijual sebagai oleh-oleh di 'Sunday Morning', pasar dadakan tiap minggu pagi di kawasan Universitas Gadjah Mada (UGM). Tidak tanggung-tanggung, pemasaran lewat jejaring sosial Facebook dan Twitter pun dilakukan. Hasilnya Agus dan teman-temannya mendapat sejumlah pesanan dari luar kota, Jakarta dan Aceh. Wisatawan mancanegara juga tidak kalah antusiasnya dengan oleh-oleh 'unik' ini. Bahkan mereka bersedia membayar lebih, 50 ribu sampai 100 ribu untuk satu botolnya.

Tidak mengenyampingkan faktor keamanan, Agus menyertakan peringatan berbahaya layaknya peringatan pada bungkus rokok. Abu vulkanik dapat menyebabkan jaringan paru-paru robek, mata rusak dan infeksi saluran pernafasan akut. Hal ini sekedar memberikan pengertian bagi mereka yang membelinya. Namun peringatan ini terkadang membuat orang takut. Contohnya seorang ibu yang melarang anaknya membeli karena menganggap abu vulkanik itu bisa terkonsumsi secara tidak sengaja.

Agus juga bercerita ketika dia menjajakan botol-botol tersebut di Sunday Morning, seorang pria mendatanginya untuk meminta izin meniru. Agus mengizinkan dengan syarat hasil dari penjualan disumbangkan untuk korban Merapi, walaupun sedikit. Harapannya para korban bencana bisa cepat pulih kehidupannya dengan bantuan berkala yang tepat sasaran. "Penjualan oleh-oleh Merapi ini untuk tujuan jangka panjang. Kami akan terus memasarkannya, dan uang yang kami dapat seluruhnya untuk korban Merapi," tambah Agus.

Agus menjelaskan hingga saat ini mereka masih melakukan survei dan pengumpulan data terhadap seniman-seniman yang tinggal di lokasi bencana. Karena bentuk bantuan mereka adalah pengadaan alat-alat berkesenian yang hancur akibat bencana. Bantuan akan disalurkan kepada perorangan ataupun komunitas seni. Bukan berarti mereka tidak perduli akan aspek lain yang dibutuhkan para korban. Bagi mereka, masyarakat maupun pemerintah hanya terfokus pada bantuan dalam bentuk pangan dan sandang. Bahkan bantuan-bantuan tersebut sudah terlihat menumpuk di tempat-tempat pengungsian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun