Harga produsen pada subsektor pertanian terus meningkat dari tahun ke tahun. Terhitung sejak tahun 2021 pada triwulan kedua, inflasi harga produsen pada subsektor pertanian konsisten naik lebih tinggi disbanding tahun-tahun sebelumnya hingga akhirnya sedikit turun pada tahun 2022 triwulan kedua. Diperkirakan lonjakan inflasi harga produsen ini disebabkan karena adanya pandemi.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi harga produsen subsektor pertanian ini berada paling tinggi pada tahun 2021-2022 yang merupakan awal mula bangkitnya kembali kegiatan perekonomian Indonesia yang sempat tidak stabil pada masa pandemi sejak 2019.Â
Seperti pedang bermata dua, kenaikan indeks harga produsen subsektor pertanian juga ada dampak baik dan buruknya. Dampak baiknya adalah perekonomian Indonesia kembali pergerak dan menjadi angin segar untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia.Â
Tetapi, tidak stabilnya harga barang dan jasa pada awal pandemi tahun 2019 akhir berpengaruh pada indeks harga produsen subsektor pertanian yang juga mulai meningkat seiring dengan produsen-produsen pertanian yang mulai memproduksi lagi. Hal ini menyebabkan lonjakan indeks harga produsen pada subsektor pertanian ditahun berikutnya.
Meningkatnya indeks harga produsen pada subsektor pertanian berarti meningkatnya rata-rata harga yang harus dibayar petani dalam memproduksi barang dibandingkan tahun sebelumnya.Â
Kenaikan indeks harga produsen pada subsektor pertanian ini juga tentunya akan memberikan peningkatan pada indeks harga konsumen pada subsektor pertanian untuk konsumen-konsumen pertanian. Seiring dengan meningkatnya permintaan pada subsektor pertanian, indeks harga konsumen pada subsektor pertanian juga akan meningkat hingga setara dengan indeks harga produsen pada subsektor pertanian.
Hal ini dapat dilihat juga pada data dari Badan Pusat Statistik dimana indeks harga konsumen pada subsektor pertanian juga mulai meningkat pada awal tahun 2022.
Meningkatnya indeks harga produsen pada subsektor pertanian yang akan memberikan peningkatan indeks harga konsumen pada subsektor pertanian berarti meningkatnya harga padi, palawija, dan bahan-bahan sembako lain yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, bahwa level indeks harga produsen yang sudah sangat tinggi ini memang tidak langsung akan ditransmisikan pada kenaikan indeks harga konsumen. Beliau memperkirakan hanya 40-60% dari kenaikan indeks harga produsen yang akan ditransmisikan ke konsumen seiring dengan meningkatnya permintaan.
"Karena produsen juga berhati-hati, ditakutkan penjualan mereka drop kalo terlalu mendadak, selain itu kondisi  buffer likuiditas korporasi juga cukup kuat," ujarnya.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menjelaskan bahwa kenaikan pada biaya input produsen semakin dirasakan pada Lebaran bulann Mei kemarin. Dan terus meningkat stabil seusai Lebaran.