Mohon tunggu...
Putri Fatimatuzzahro
Putri Fatimatuzzahro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Bahasa Perancis, Universitas Pendidikan Indonesia

selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Klub Literasi Sekolah SEAQIL di SMKN 1 Tepus: Sebuah Upaya Pembangunan Literasi di Masa Pandemi

8 Oktober 2021   07:30 Diperbarui: 8 Oktober 2021   07:53 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak tahun 2020 lalu masih berlangsung hingga saat ini, tidak hanya berdampak pada perekonomian Indonesia situasi ini juga banyak berdampak pada berbagai bidang kehidupan lain khususnya dalam bidang Pendidikan. Dalam bidang Pendidikan sendiri pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan baru untuk tetap mempertahankan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi, salah satunya yaitu membatasi pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran tatap muka daring yang dilaksanakan dari rumah masing-masing, menggunakan media video conference seperti Zoom, Google Meet ataupun platform lainnya.

Meskipun berada ditengah berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan belajar mengajar secara daring, hal itu tidak menyurutkan semangat para guru, penggiat dunia pendidikan dan juga literasi untuk terus berkreasi menciptakan pembelajaran yang inovatif dan efektif dalam rangka membantu memajukan pendidikan Indonesia walaupun terhalang keadaan. Keterbatasan itu kini menjadi salah satu keuntungan karena dengan memanfaatkan teknologi berbagai aktivitas yang biasanya terbatas dalam wilayah dan ruang jika diadakan secara tatap muka langsung, kini bisa dicapai dengan mudah dimana saja dan kapan saja menggunakan telepon genggam, komputer jinjing dan gawai lainnya.

Salah satu kegiatan pendidikan yang berkontribusi memberikan inovasi dalam masa pandemi ini adalah Klub Literasi Sekolah yang digagas oleh Seameo Qitep in Language. Sehubungan dengan rendahnya nilai kemampuan membaca siswa Indonesia dalam skor PISA 2018, SEAQIL mendirikan sebuah Klub yang berfokus pada literasi siswa sebagai salah satu upaya dalam menunjang kecakapan hidup melalui peningkatan kompetensi siswa dalam kecakapan berliterasi secara tulis atau tutur dan kecakapan abad Ke-21 (berpikir kritis, berkolaborasi, bertindak kreatif, dan berkomunikasi), Selain itu, KLS juga menjadi dukungan pada program pemerintah Indonesia. Dalam hal ini, SEAQIL merujuk pada kebijakan Kemendikbud, yakni Gerakan Literasi Nasional (2017) serta Asesmen Nasional (2021).

Dalam pelaksanaannya Klub Literasi Sekolah (KLS) didukung oleh mahasiswa, kepala sekolah, guru, siswa, serta akademisi dan pegiat literasi. Di tahun pertama diadakannya KLS yaitu pada tahun 2021, satu periode pelaksanaan KLS berlangsung selama tiga bulan. SEAQIL melibatkan sekolah mitra yang berada di 11 provinsi di Indonesia yaitu, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I Yogyakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur, sebagai sekolah penggerak. Dalam realisasi kegiatan ini, SEAQIL turut didukung melalui pendampingan oleh beberapa universitas di Indonesia yang salah satunya adalah Universitas Pendidikan Indonesia.

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang mengikuti program KLS banyak berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Sebagai utusan dibawah naungan SEAQIL dan Universitas, mahasiswa UPI ditempatkan di beberapa sekolah diberbagai provinsi. Penulis sendiri yang merupakan salah satu mahasiswa yang mengikuti program ini, ditempatkan di salah satu sekolah mitra yang berada di D.I Yogyakarta, yaitu SMKN Tepus yang beralamat di Jl. Krakal, Pulegundes, Sidoharjo, Tepus Gunungkidul DIY.

Jumlah Mahasiswa yang ditempatkan di sekolah mitra beragam dan menyesuaikan dengan peminatan yang diinginkan oleh pihak sekolah. Untuk SMKN 1 Tepus sendiri memilih dua peminatan diantara tiga peminatan yang disediakan oleh SEAQIL, yaitu Jurnalistik dan Karya Sastra. Untuk kedua peminatan tersebut, SEAQIL menugaskan empat mahasiswa yang berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negri Semarang dan IAIN Surakarta.

Dalam program ini selain memberikan kecakapan kolaborasi untuk siswa, mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk melakukan kolaborasi antara sesama mahasiswa pendamping yang berasal dari universitas berbeda untuk merancang Rencana Aksi Literasi (RAL), pelaksanaan pengajaran dikelas, dan evaluasi selama kegiatan.

Seluruh aktivitas dalam Klub Literasi Sekolah ini dilakukan secara daring, dari mulai koordinasi antar pihak SEAQIL dan mahasiswa, mahasiswa dan ketua koordinasi kluster ataupun sesama rekan satu kelompok sekolah, juga antara mahasiswa dan pihak sekolah. Begitu pula dengan pendiskusian perancangan RAL. Komunikasi yang dijalin secara daring ini cukup efektif dan mudah, namun tidak dapat dipungkiri bahwa cara berkomunikasi ini memiliki kekurangan juga, terkadang koordinasi terhambat karena keterbatasan jaringan ataupun pihak lain yang kurang cepat dalam merespon. Penyusunan rencana pembelajaran pula dilakukan secara daring, dengan berkomunikasi dan berkolaborasi secara daring diantara mahasiswa pendamping.

Untuk proses pengajaran sendiri, pembelajaran dilakukan secara Synchronous dan Asynchronous. Pembelajaran Synchronous memanfaatkan platform tatap muka daring Zoom dan Google Meet sebagai media utama pembelajaran. Keuntungan dari pembelajaran daring jarak jauh ini mahasiswa pendamping dan siswa dapat terhubung kapan saja dan dimana saja saat waktu pembelajaran dimulai. Hal ini memberikan akses fleksibel bagi pembelajaran, namun nyatanya kami tetap menemui beberapa kendala dalam pelaksanaan kegiatan, sehubungan dengan keterbatasan jaringan yang dimiliki mahasiswa pendamping dan juga masing-masing siswa. Oleh karena itu untuk menanggulangi permasalahan tersebut siswa melakukan kegiatan ini bersama di sekolah agar memudahkan siswa yang memiliki keterbatasan jaringan ataupun perangkat dirumah.

Pihak sekolah menyediakan fasilitas perpustakaan yang dilengkapi dengan komputer jinjing dan projektor untuk menampilkan Zoom/Google Meet. Pelaksanaan kegiatan di sekolah juga dengan disiplin mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan agar kegiatan tidak menyalahi ketentuan.

Solusi tersebut cukup efektif untuk menanggulangi permasalahan jaringan dan perangkat dalam pembelajaran ini sehingga selama kegiatan tidak banyak masalah yang menghambat pelaksanaan. Sedangkan untuk pembelajaran Asynchronous mahasiswa pendamping memanfaatkan sosial media Instagram untuk pengumpulan tugas resensi sebagai pengapresiasian karya dan juga penampilan pembacaan puisi yang diciptakan siswa, selain itu mahasiswa pendamping juga memanfaatkan Whatsapp Group untuk sarana diskusi dan Google Form untuk pengumpulan tugas lain yang berkenaan dengan materi yang diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun