"Jangan lupa sepeda buat Aku Ton" Celetuk Erwin, dari bangku kelas paling belakang.
"Aku juga mau boneka gratis Ton.." Sambung Wiwi di deretan depan ikutan mengancungkan tangan.
Beberapa teman-teman Anton pun praktis ikut mengancungkan tangan dan berseru menanggapi pernyataan Anton, Bu Ria hanya tersenyum menanggapi riuhnya kelas.
"Aku bisa tidak kebagian bedah rumahku saja Ton? Tanya Daus tiba-tiba dari bagian bangku belakang. Spontan semua anak berhenti dan menoleh ke arahnya.Â
Anton terdiam dalam pertanyaan yang ditujukan Daus, Ia terlihat memutar otak. Memikirkan jawaban untuk Daus, temannya.
Daus yang jarang bicara dan sering diam, bengong di pojokan kelas. Ia adalah salah seorang anak pemulung, yang kini memulung botol plastik atau barang bekas sepulang sekolah.Â
Dahulu ketika kecil, ia sering ikut dengan Ayahnya di dalam gerobak. Mengais barang bekas sambil menyusuri jalanan Jakarta.
Rumahnya adalah gubuk reyot yang terbuat dari seng dan triplek, sehingga praktis sering terkena tampias hujan. Bahkan sering kebanjiran karena dekat dengan Sungai Ciliwung.Â
Ah.. tentu kadang tak terpikirkan dan terlupakan, anak-anak seperti Daus. Yang sering terpinggirkan di sudut Kota Jakarta yang megah.
Tentu menjadi seorang pemimpin yang terpilih kala pilkada. Sebagai Kepala Daerah, bisa berorasi dan promosi tentang beribu ide dan gagasan super.Â
Penuh dengan citra yang mumpuni. Polesan yang baik, sedemikian rupa seperti layaknya Anton.Â