Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ospek kampus, Sarana Bullying Kakak Senior

3 Oktober 2024   05:30 Diperbarui: 22 November 2024   02:49 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayo.. terus merangkak.. jangan berhenti" Kata seorang kakak kelas menyuruhku tetap merangkak di genangan air berlumpur di hadapanku.

"Siap.." Jawabku menyusuri genangan air itu, sambil memejamkan mata. Berharap dalam hati, agar setelah ini, tubuhku tak menjadi gatal-gatal ataupun luka. Karena kulitku yang sensitif, sedikit saja luka menimbulkan bekas yang lama hilang. Orang bilang darah manis.

"Ayo.. ayo lagi yang di belakang.." Ucapnya lagi memerintah kepada teman yang berada di belakangku.

Ospek kampus Negeri mengapa begini, batinku dalam hati. Padahal kami tidak bersekolah berbau militer, bukan calon taruna pula. Tapi harus merangkak dalam genangan lumpur, lari keliling lapangan dan berjalan mengitari kampus di siang bolong.

Di awal ospek bahkan harus membawa-bawa balon di tangan, seolah penanda sebagai MABA (Mahasiswa Baru) yang sedang mengalami euphoria masuk kampus. Dari yang semula membawa balon layaknya anak-anak menuju tahap yang lebih dewasa, mahasiswa.

Tak dipedulikannya para senior, kami yang keribetan menyadang berbagai atribut penanda 'Adik Ospek' diantaranya name tag tulis tangan, topi caping, kuncir dua bagi yang tak berhijab.

Juga berkalung buku pengenalan yang dibuat sendiri dengan bentuk tertentu (misalnya kala saya, bentuk lingkaran dengan logo universitas dan foto diri). Buku akan diisi identitas kakak dan teman, yang harus dikumpulkan tanda tangannya per hari minimal 20 orang. Yang secara berkala akan di cek oleh kakak tingkat. Tujuan mengumpulkan tanda tangan ini adalah untuk saling berkenalan satu sama lain.

Berbagai tugas prakarya ini juga kliping tema tertentu diharuskan untuk dikerjakan sepulang dari kampus.

Kami sebagai adik junior hanya diperkenankan menjawab dengan kata "Siap", "Hadir'' dan "Ya" dari segala perintah kakak senior. Apapun harus izin terlebih dahulu, meski hanya sekedar ke toilet atau minum. Kami tidak diperkenankan untuk mengambil sendiri jika tidak diperbolehkan, maka tak heran beberapa temanku dehidrasi, kelelahan dan sakit.

Tak berapa lama, azan Zuhur berkumandang, ah... rasanya penantian panjang. Sontak hatiku merasa gembira, karena Zuhur sebagai pertanda untuk kami bisa beristirahat sebentar.

"Ayo.. ayo duduk berbaris.. kita makan siang" kata sang kakak pemimpin. Sambil menunjuk ke arah tas dan area tempat makan, di bawah pohon rindang.

Tandanya kami diminta mengambil bekal di dalam tas dan berkumpul di area DPR (di bawah pohon rindang). Sebuah area konblok luas dengan atap beberapa pohon besar yang terkadang ditiup angin semilir. Ah.. akhirnya.. kami tak harus berjemur lagi, batinku..

"Yang tadi pagi terlambat, duduk di area pojok sini.." Katanya menunjuk ke arah tempat yang tak terlalu banyak pohon, bahkan cenderung lebih panas.

"Ayo buka kotak bekalnya.. tunjukkan.." Kata Kak Anto, Sang kakak pemimpin. Kembali memerintah melalui Toa yang Ia bawa. Dengan gerakan ia meminta anggota panitia ospek lain mengecek bekal yang kami bawa,

Kami akan dicek satu persatu, apakah bekal sudah sesuai atau belum dengan perintah menu bekal hari ini. Tugas yang diberikan di hari sebelumnya.

Menu telah diberikan istilah tertentu oleh kakak senior. Dan kami para junior menebak dengan benar clue bekal sesuai instruksi. Diantaranya membawa nasi dengan cetakan hurup inisial kampus, tempe-tahu goreng berbentuk inisial kampus, kerupuk tersanjung, apel paling tidak beruntung (apel malang), permen cinta, sayur nano-nano (sayur capcay), serta susu bakteri (yakult).

Setelah dicek satu persatu, ia pun memerintah lagi..

"Ayo nyanyi Mars Kampus disertai saling bertukar bekal makan.." Perintahnya lagi.

Kami pun mulai bernyanyi.. hingga diperintah untuk berhenti, baru kemudian bisa makan. Kali ini kamipun makan dengan lahap, tanpa tau bekal siapa yang kami makan. Tak diperkenankan bertanya, mengomel, menggerutu dan berbicara untuk protes. 

Apakah makanan tersebut layak, sesuai selera ataupun tak ada rasanya. Pokoknya sesuai perintah, harus habis !!

Kami pun harus mengirit air putih yang dibawa, karena juga digunakan untuk minum dan mencuci tangan. Tak jarang kami mebawa beberapa botol Aqua besar di dalam tas. Sebagai cadangan stok air minum.

Dari arah pojok terdengar seorang kakak menghardik dan memerintah adik juniornya.

"Ayo habiskan.." Kata seorang kakak tersebut

Sang kakak komdis (komite disiplin) biasanya akan memberikan hukuman kepada junior yang terlambat datang. Kami yang tak terlambat datang tidak diperkenankan melirik ke arah sana ataupun membela. Jika tak mau mengalami hal serupa.

''Ga mau.. jijik kak" Kata Seorang junior perempuan, entah siapa.

Karena terlambat, maka kakak komdis menghukum junior yang terlambat dengan menjadikan beberapa nasi bekal digabung menjadi satu dan di berikan ludah salah satu kakak kelas. Yang kemudian adik junior memakannya bersama-sama. Alasan para kakak itu bertujuan untuk mengenalkan perihal satu rasa, satu jiwa dalam angkatan.

Ah.. aku cuma bergidik jijik membayangkannya, karena menurutku itu seolah sebagai hukuman yang diperhalus saja tampaknya.

Dari kejauhan, junior perempuan itu berusaha tak mau makan, namun tetap dipaksa dan akhirnya muntah.

Ingatanku melayang kala SMA dulu, entah mengapa pembullyan serupa selalu ada. Aku dahulu korban yang pernah di siram air dingin hingga basah kuyup kala di kamar mandi. Karena dianggap tidak berkata permisi dan berjalan menunduk di depan kakak senior. 

Setelahnya mereka tertawa terbahak-bahak, disertai ancaman tak boleh melapor pada guru. Untungnya, jam pelajaran sudah usai, tentu rasanya malu, menggunakan pakaian basah masuk ke dalam kelas bukan?

Bahkan parahnya, ada teman yang autis pun mengalami pelecehan seksual karena dianggap aneh, dan tak normal. Sebab tak mengindahkan perintah salah satu orang geng penguasa di sekolah.

Ya.. Yang lemah yang ditindas oleh yang kuat, layaknya hukum rimba.

Kini saya melihat langsung bullying terjadi di dunia perkuliahan. Yang notabene katanya mahasiswa. Usia yang beranjak dewasa ternyata perilaku hampir serupa.

Bullying ini tampaknya terjadi di hampir semua lini pendidikan di Dunia. Tak ayal maka sebuah film Korea juga membuat K-drama bertema sama, namun sang korban berhasil membalaskan dendam. Yaitu film The Glory (Pemain Song Hye Kyo-Lee Do Hyun).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun