Mohon tunggu...
Putri EkaSari
Putri EkaSari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawati

Semoga menulis menjadikan amal shalih yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rezeki Tak Tertukar, melainkan Sudah Allah Takar

17 Juni 2024   21:52 Diperbarui: 6 November 2024   20:28 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah terpikir mengapa saat musim hujan, ada saja tukang buah potong dan rujak yang tetap mangkal menjajakan dagangannya di pinggir jalan?

Atau tetap ada tukang es doger, es podeng, dan tukang jajanan es lainnya. Yang masih berkeliling meski hari agak mendung, tak ada matahari.

Mengapa mereka tetap berjualan di tengah cuaca yang tak mendukung? Apakah mereka tidak memperhatikan keadaan, batin saya kala itu.

Mungkin itulah satu-satunya kegiatan yang dapat mereka lakukan, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari. Sehingga tak peduli apapun cuacanya, namun mereka tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya.

Desakan ekonomi dan kebutuhan hidup, mampu menegakkan hati untuk mencari rezeki. Mengalahkan rasa malas atau mager (malas gerak) yang terkadang melanda.

Saya merasakan keyakinan dalam hati mereka. Seolah menggambarkan bahwa proses mencari rezeki memang tentu tak mudah. Namun mereka menikmati prosesnya, berharap mendapatkan hasil yang diidamkan.

Mereka begitu yakin dan menggantungkan harapan kepada Sang pencipta. Bahwa setiap hasil pasti diperoleh dengan cara berusaha sebaik-baiknya.

Sesuai peribahasa dalam islam; Man Jadda wajada. Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mencapai tujuannya.

Hal ini mengingatkan tentang esensi momen Idul Adha. Tentu sering kita mendengar tentang kisah Siti Hajar, Ibunda Nabi Ismail. Istri dari Nabi Ibrahim ini sering dikisahkan kembali di khutbah saat Solat Idul Adha. 

Dahulu kala, beliau ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim. Berdua Bersama anaknya, Nabi Ismail di padang tandus tak berpenghuni di Mekah.

Meski hanya seorang perempuan. Namun beliau begitu gigih hatinya, tanpa kenal rasa takut. Beliau menerima ketetapan Allah dengan lapang dada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun