Mohon tunggu...
Putri Eka Pertiwi
Putri Eka Pertiwi Mohon Tunggu... -

Calon Pendidik dan penulis. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Workshop Keterampilan Fasilitasi dalam Penanaman Nilai Olimpisme

5 November 2013   20:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:33 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Assalamualaikum. Malam ini saya ingin membagikan ilmu yang saya dapatkan di perkuliahan Olimpisme hari Sabtu, 2 November 2013. Materi yang Omjay berikan hari itu adalah “Workshop Keterampilan Fasilitator dalam Penanaman Nilai Olimpisme”, materi ini diberikan sebagai persiapan kami untuk praktik lapangan yang akan kami hadapi nanti saat ujian akhir mata kuliah Olimpisme.

Tujuan dari workshop ini sendiri adalah agar kami para mahasiswa mampu menjadi fasilitator dalam penanaman nilai-nilai Olimpisme secara efektif kepada berbagai latar belakang peserta.

Hal paling utama yang harus kita lakukan saat memulai adalah kontrak dan komitmen saat belajar, yaitu:


  1. Mematikan Handphone selama kegiatan
  2. Saling menghargai sesama pelajar
  3. Agar Semangat dan Antusias, bila fasilitator berseru :

Olimpisme ? !(dijawab : Excellence, Respect , Friendship)

Mau seperti apa kita ?! (dijawab : Citius, Altius, Fortius)


  1. Bila peserta merasamendapatkan ilmu/ Hal baru ....... anda bisa berseru 123 !!! (yang lain menjawab : WOW!)

Hal kedua adalah pentingnya saling mengenal antar peserta. Dalam hal ini Omjay meminta kami untuk menggambar sketsa wajah kami sendiri di kertas lalu memerlihatkannya pada teman di sebelah kami.  Saling mengenal antar peserta sangat penting dalam proses penanaman nilai-nilai olimpisme, karena Keterbukaan akan mempermudah proses belajar, suasana Informal seperti ini juga akan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan lebih produktif. Selain itu, mengenal seseorang adalah bentuk dari penghargaaan terhadap orang lain.

Teori atau Konsep Belajar Mengajar.  Konsep dasar belajar mengajar berdasarkan objek/peserta

a.PAEDAGOGI

Ilmu dan Seni Dalam Mengajar Anak

b.   ANDRAGOGI

Ilmu dan Seni Dalam Membantu Orang Dewasa Belajar

Artinya dalam termoniologi:

Paid                 : Anak

Andr                : Orang Dewasa

Agogos            : Membimbing / Memimpin

Prinsip belajar Paedagogi ada 5, yaitu:


  1. Proses Belajar Mengajar dari Orang Tua (Guru) kepada Anak (Murid)
  2. Tujuan Proses Bersifat Mentransmisikan Pengetahuan
  3. Dititikberatkan pada Pengetahuan / Konsep / Teori (Knowledge), bukan kepada Ketrampilan (Skill) atau Sikap (Attitude)
  4. Hasil Pendidikan Sepenuhnya Tanggung Jawab Orang Tua / Guru
  5. Bantuan Guru Terhadap Murid Sangat Dominan, Mengingat Murid Dianggap Mempunyai Kepribadian yang Sangat Tergantung Kepada Pihak Lain

Sedangkan Prinsip belajar pada Andragogi, yaitu:


  1. Belajar bila merasa “ perlu “
  2. Belajar sambil  bekerja
  3. Materi realistis dan relevan dengan kebutuhan
  4. Menghubungkan materi dengan pengalamannya
  5. Membutuhkan lingkungan yang informal dan kondusif (pendekatan simulasi)
  6. Tertarik billa materi menarik (dituntut optimalisasi media  belajar yang optimal)

Konsep Dasar Dalam Pendekatan Belajar – Mengajar Berdasarkan Prosesnya:

a.   “CONCEPTUAL LEARNING”

Lebih menitik beratkan pada pemahaman filosofis/ konsep/nilai dari materi pelajaran yang di berikan.

b.   “EXPERIENTIAL LEARNING”

Lebih menitik beratkan pada proses pemberian pengalaman nyata (fasilitasi), dengan harapan materi pelajaran yang diberikan dapat segera di pahami dan di terapkan dalam kehidupan sehari hari. Experiential Learning diterapkan untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang berbasis pada “kesadaran berpikir” peserta tentang apa yang telah dialami.

Poin penting pada experiential Learning:

Seluruh proses penggalian “poin belajar” bertujuan untuk membuat tiap peserta berkomitmen terhadap apa yang telah diucapkannya, (90% orang mengingat apa yang diucapkanya sendiri sebagai perwujudan komitmen). Fasilitator menggunakan seluruh kemampuan komunikasinya untuk membuat peserta menyelami proses psikologis dalam dirinya selama menjalani simulasi dan “mengatakannya”.

PERAN FASILITATOR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Dalam konteks belajar-mengajar menggunakan metode/fasilitasi simulasi/experiential learning, pengajar lebih tepat disebut sebagai FASILITATOR, karena fungsinya “hanya” pemberi informasi dan pemudah terjadinya proses belajar-mengajar

Di sisi lain, seorang fasilitator mempunyai tugas lebih menantang dari sekedar menyampaikan materi, yaitu merencanakan dan membangun situasi kelas yang kondusif, serta  membimbing dan memotivasi warga belajar agar selalu siap melakukan perubahan positif.

Bagaimana Fasilitator memposisikan diri?


  1. Menjadi bagian dari warga belajar (audiens)
  2. Menciptakan iklim belajar-mengajar
  3. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap proses
  4. Menyadari kelebihan-kekurangan dirinya di antara warga belajar
  5. Mampu melihat permasalahan dan memecahkannya
  6. Mengerti perasaan orang lain lewat pengamatan
  7. Mempunyai kemampuan untuk mempersuasi orang lain
  8. Optimis dan punya itikad baik
  9. Terbuka “Open mind”

Tahapan Proses Fasilitasi


  1. Proses Tee-Up, yakni memberikan Instruksi/ penjelasan/prosedur secara rinci untuk melaksanakan simulasi.

1.Nama simulasi

2.Prosedur, meliputi penjelasan tentang :

-proses simulasi secara utuh

- jumlah orang yang bermain

- waktu maksimum

- media yang digunakan,

- sanksi,

3.Diskusi oleh kelompok sebelum memulai (dan waktu maksimal yang disediakan)

4.Aba-aba “mulai”, “ulang”, “stop” dan “berhenti” atau “waktu habis”

Catatan : Bukan menjelaskantujuan/poin belajar

3.Debriefing, yakni pembahasan/penjelasan makna simulasi melalui diskusi interaktif, dimana diharapkan peserta sendiri yang lebih aktif dalam mengambil kesimpulan dari proses simulasi.  Metode debriefing model 4f:

1.FACT

Menggali dari peserta tentang apa yang telah dialaminya

2.   FEELING

Menggali proses psikologis peserta selama simulasi

3.FINDING

Membimbing peserta untuk menemukan “makna” sebuah peristiwa / simulasi

4.FUTURE (What’s next ?)

Membimbing peserta untuk mempunyai komitmen dalam mengaplikasikan nilai            positif yang didapatkannya di situasi nyata

Catatan : Debriefing biasanya dilakukan pada akhir simulasi, namun bila diperlukan dapat dilakukan pada tengah simulasi (miss: peserta belum mampu menyelesaikan simulasi, sesuai waktu yang dialokasikan)

LARANGAN BAGI SEORANG FASILITATOR:

1. Melakukan penilaian terhadap jawaban peserta  atau perilaku peserta pada             saat kegiatan. Refleksi harus bersifat netral, tidak berisi penilaian benar dan salah. Semua aktivitas dalam experiential learning bertujuan untuk memunculkan perilaku, baik yang mendukung sukses maupun yang menghambat sukses. Apapun yang dilakukan peserta adalah sebuah kontribusi untuk proses pembelajaran

2.Menggunakan kalimat seperti ini : Sebaiknya anda......; Seharusnya                   anda......…

3. Memberikan petunjuk sesuai keinginan fasilitator, karena proses belajar harus datang dari ungkapan dan pemahaman peserta terhadap kegiatan

4. Ikut mempermalukan peserta bila dia diperolok-olek peserta lain.Sangat disarankan fasilitator menetralisasi situasi itu.

Demikian materi yang bisa saya bagikan.Semoga Bermanfaat. Wassalamualaikum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun